Dark/Light Mode

Jangan Salah, Stunting Dan TBC Bukan Cuma Persoalan Warga Miskin

Rabu, 29 September 2021 11:51 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy (Foto: Istimewa)
Menko PMK Muhadjir Effendy (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Stunting dan tuberkulosis (TBC) menjadi dua permasalahan serius bidang kesehatan yang dialami oleh bangsa Indonesia.

Presiden Jokowi menargetkan penurunan stunting bisa mencapai angka 14 persen pada tahun 2024. Sedangkan eliminasi TBC, diharapkan terjadi pada tahun 2030.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyelenggarakan sosialisasi Peraturan Presiden No. 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dan Peraturan Presiden No. 68/2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis kepada seluruh Biro Kesejahteraan Rakyat Provinsi/Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Menko PMK Muhadjir Effendy menjelaskan, sosialisasi itu sebagai upaya mendukung komitmen Presiden Jokowi untuk mempercepat penurunan angka stunting  dan memperkuat penanggulangan TBC. Sebagaimana tertuang dalam kedua perpres tersebut.

“Saya pikir, sangat bijak Bapak Presiden menurunkan dua Perpres itu secara berbarengan di saat peringatan 17 Agustus yang ke-76. Kita memang harus betul-betul memberi perhatian terhadap dua isu besar yang bisa berpengaruh terhadap performance atau kinerja dari SDM kita ke depannya,” ujar Menko PMK, dalam arahan sosialisasi perpres pada Selasa (28/9).

Baca juga : Jelang PON Papua, BNPB Bagikan 1.500 Masker Untuk Warga Mimika

Ditegaskan, stunting dan TBC tidak hanya terjadi di daerah yang menjadi kantong-kantong kemiskinan. Namun, stereotip itu yang kemudian berkembang di lingkungan masyarakat pada umumnya.

“Dua-duanya berada dalam kategori tertentu, biasanya di lingkungan yang kumuh atau kantong-kantong kemiskinan. Akan tetapi tidak selalu terjadi seperti itu. Ada faktor-faktor di luar kekumuhan, yang bisa menjadi penyebab stunting maupun TBC,” kata Muhadjir.

Muhadjir menjelaskan, salah satu yang dituding menjadi penyebab lahirnya generasi stunting adalah kurangnya pengetahuan remaja. Khususnya remaja putri, mengenai bahaya diet ekstrem.

Diet yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan, biasanya akan menyebabkan seseorang menderita anemia.

Remaja putri yang menderita anemia, sangat berisiko. Terutama, jika kelak hamil dan mengandung buah hati calon generasi penerus bangsa.

Baca juga : CFO Huawei Dibarter Dua Warga Kanada

“Stunting bisa terjadi, sekalipun calon ibu berasal dari keluarga mampu. Kurangnya informasi yang cukup tentang bagaimana diet yang baik, bisa mengakibatkan stunting,” jelas Muhadjir.

Hal yang sama, juga bisa terjadi pada kasus TBC. Karena itu, bekal pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang pentingnya mencegah stunting maupun TBC sejak dini kepada masyarakat, sangat penting.

“Dukungan dari pemerintah daerah juga sangat penting. Strategi yang dilakukan harus melibatkan semua pihak. Apalagi, saat ini kita masih dihadapkan pada masalah pandemi Covid-19 yang tidak kalah menyedot perhatian kita semua,” tegasnya.

Berdasarkan data Litbang Kemenkes, angka stunting pada tahun 2020 diprediksi mencapai 26,92 persen. Sementara notifikasi kasus TBC, mengalami peningkatan signifikan sejak tahun 2017 dengan perkiraan 33 persen kasus masih belum terlaporkan, dan angka keberhasilan pengobatan masih berada di angka 83 persen. Serta 11.463 kasus TBC resisten obat (TBC-RO).

Sesuai amanat Perpres, Presiden telah menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai pelaksana dan penanggung jawab percepatan penurunan stunting.

Baca juga : Piala Sudirman, Ginting Cs Jalani Latihan Perdana

Sedangkan penanggulangan TBC, penanggung jawabnya adalah Kementerian Kesehatan.

BKKBN dan Kemenkes, keduanya berada di bawah koordinasi Kemenko PMK. [DIR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.