Dark/Light Mode

Generasi Muda Berhijrah Penting Perkuat Rasa Cinta Tanah Air

Sabtu, 20 Mei 2023 14:04 WIB
Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Jajang A Rohmana (Foto: Istimewa)
Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Jajang A Rohmana (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Fenomena hijrah yang terjadi di generasi muda saat ini patut didukung dan juga patut didampingi. Tujuannya, agar hijrah para milenial menjadi gerakan anak muda yang memperbaiki dirinya secara keagamaan, sosial, dan juga kebangsaan yang cinta Tanah Air.

Guru Besar Ilmu Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Jajang A Rohmana menilai, sejatinya hijrah bagi generasi muda diharapkan mampu diarahkan agar memperkokoh nilai-nilai kebangsaan, mempererat rasa persatuan dan kesatuan di kalangan generasi muda.

“Penting disadari bahwa hijrah yang kemudian banyak melanda generasi muda itu perlu diarahkan kepada hal-hal yang lebih positif. Hal-hal yang lebih kontributif bagi eksistensi nilai-nilai kebangsaan di Indonesia saat ini, bukan dengan makna-makna yang bersifat politis dan inkonstitusional,” ujar Prof Jajang, dalam keterangan yang diterima redaksi, Sabtu (20/5).

Untuk itu, kata Jajang, setidaknya ada dua hal yang perlu dibedakan guna mengajak generasi muda untuk hijrah memperkuat kecintaan kepada negara. Pertama, dari sisi pemikiran, melalui upaya penanaman kesadaran bagi generasi muda bahwa nilai-nilai ke-Islaman dan nilai-nilai kebangsaan merupakan sesuatu yang tidak kontradiktif. “Islam kebangsaan adalah suatu yang selaras, yang saling mendukung satu sama lain," terangnya.

Baca juga : Srikandi Ganjar Fasilitasi Minat Generasi Muda Dengan Pelatihan Desain Grafis

Kedua, pewacanaan saja tidak cukup, tetapi juga harus dengan aksi bagi generasi muda. Ia mengungkapkan, aksi bagi generasi muda mengajak itu adalah dengan beragam cara. Paling banyak dengan media sisal dalam bentuk video. Kemudian flyer, update-update status, info-info yang berkaitan dengan kesadaran akan nilai-nilai kebangsaan. Juga kesadaran akan upaya untuk membela nilai-nilai nasionalisme melalui aksi-aksi nyata di lapangan serta pelibatan anak muda.

Ketua Dewan Tafkir Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP Persis) ini menilai, di era kontemporer saat ini, peran ulama maupun dai sangat penting di dunia digital. Pasalnya, dunia digital tidak lagi hanya terbatas pada media-media tradisional, misalnya pengajian atau ruang-ruang mimbar keagamaan.

“Peran yang nanti akan menyentuh langsung kepada generasi muda yang secara cepat dan efektif adalah ketika para dai juga terlibat dalam penggunaan media sosial, penggunaan gadget, media media digital,” terangnya.

Selain itu, tutur Jajang, para dai maupun pemuka agama berperan sebagai agen sosial, diyakini mampu memengaruhi pemahaman masyarakat. Sehingga konten, isi, pesan yang disampaikan, baik di darat maupun di dunia maya, penting untuk diisi dengan yang mengajarkan nilai-nilai kebangsaan, persatuan dan kesatuan.

Baca juga : Teddy Minahasa Sebut Ada Perintah Pimpinan, Hakim Banding Diminta Dalami

“Budaya yang ada masyarakat kita sejak zaman nenek moyang itu dibentuk dalam situasi bagaimana menghormati terhadap perbedaan, dibentuk oleh beragam etnik, bahasa, budaya maupun agama yang datang silih berganti. Ini yang membuat nenek moyang kita memahami, menyadari pentingnya mempertahankan, pentingnya menghormati perbedaan-perbedaan itu,” ungkapnya.

Prof Jajang meyakini, pemahaman moderat jauh lebih mudah diterima masyarakat Indonesia yang majemuk. Sehingga konten dakwah yang mengajarkan toleransi, kedamaian, dan tidak segregatif sangat relevan dengan karakter anak bangsa.

“Di Indonesia, dengan kultur majemuknya sudah sangat mendarah daging, pemahaman penghormatan akan perbedaan-perbedaan, toleransi menjadi bagian penting. Ada yang menyatakan kita ini bukan orang Indonesia yang Muslim, tapi Muslim yang Indonesia. Ini yang jadi identitas kuat yang saya kira menjadi modal bagi warga negara,” ujarnya.

Hal ini, menurutnya, tampak dalam hal penggunaan kopiah, penggunaan bahasa, penerjemahan kitab suci, bahasa-bahasa dalam dalam berdoa. Kemudian ada banyak hal lain yang membuat Islam menjadi lebih meng-Indonesia. Itu karena ada keselarasan antara nilai agama dan budaya bangsa Indonesia.

Baca juga : Kasus Suap Pengurusan Perkara MA, KPK Sita Ferrari Hingga McLaren

Untuk itu, Rektor Universitas Persatuan Islam (Unipi) ini berharap, pendakwah memiliki peran dan tanggung jawab dalam menyampaikan pesan dakwah berisi kesejukan dan kedamaian, tidak provokatif. “Bagaimanapun pesan yang disampaikan di era digital ini akan disorot dan mudah ditiru oleh masyarakat kita,” tutup Prof Jajang.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.