Dark/Light Mode

Kurban Dan Ibadah Haji Ajarkan Ketaatan Dan Toleransi Yang Tinggi

Sabtu, 1 Juli 2023 17:23 WIB
Sekjen PB DDI Suaib Tahir (Foto: Istimewa)
Sekjen PB DDI Suaib Tahir (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari Raya Idul Adha diperingati untuk mengenang napak tilas ketaatan Nabi Ibrahim AS atas perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS. Peristiwa tersebut mengisyaratkan sebuah ujian ketaatan, ketundukan, dan kerelaan diri manusia untuk ‘menyembelih’ kepentingan diri, ego, dan sifat kebinatangan manusia yang cenderung berbuat brutal dan ekstrem.

Sekjen Pengurus Besar Darud Da'wah Wal Irsyad (PB DDI) Suaib Tahir mengatakan, kisah Nabi Ibrahim AS adalah salah satu contoh kongkret yang memiliki tingkat keimanan yang sangat tinggi. Sehingga, apa pun yang diperintahkan Allah siap dilaksanakan, termasuk menyembelih anak kesayangannya. 

“Ini dibuktikan kesediaan Nabi Ibrahim melakukan pengorbanan, meskipun pada akhirnya bahwa perintah tersebut hanya sebatas ujian kepada Nabi Ibrahim untuk menguji sampai mana ketaatannya terhadap perintah Allah. Mereka yang taat kepada Allah tidak akan memedulikan kepentingang, apalagi kepentingan materi dan kemewahan. Semua diserahkan kepada Alah untuk mencapai ridhanya,” ucap Suaib, Dalam keterangan yang diterima redaksi, Sabtu (1/7).

Ia mengatakan, momentum ini sesungguhnya menjadi kesempatan bagi semua pihak untuk selalu belajar dan mentadaburi bahwa sesungguhnya Allah memberikan kesempatan untuk mengikis rasa ego, mengedepankan persaudaraan dan solidaritas antara sesama umat manusia.

Baca juga : Jemaah Haji Keluhkan Makanan Dan Transportasi, DPR Minta Mashariq Minta Maaf

“Idul Adha tidak bisa dipahami hanya sebagai ritual tahunan. Lebih dari itu, harus mentadabburi agar kita benar-benar menjadi umat yang bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya.

Menurut dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta ini, berkurban dalam arti sesungguhnya adalah mengikis rasa egois, rakus, tamak, dan memberi yang terbaik untuk orang lain. Suaib mengatakan, berkurban menjadi salah satu indikator tingkat solidaritas dan keimanan yang tinggi terhadap Allah SWT.

“Betapa banyak orang yang memiliki uang yang cukup untuk membeli kurban tetapi belum tentu siap dan bersedia untuk berkurban,” ujar Suaib.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, lanjutnya, merupakan dua sosok yang sangat mengagumkan. Keduanya adalah Nabi yang totalitas dalam mencintai Allah. Nabi Ibrahim lahir di tengah-tengah situasi kekuasaan yang sangat bengis yaitu Raja Namrud, yang dengan mudah membunuh siapa saja yang membantah dan tidak menurutinya.

Baca juga : Senayan Bakal Sidang Menag

“Meskipun dibakar, Nabi Ibrahim konsisten dalam pendiriannya, beriman kepada Tuhan sebagai pencipta langit, bumi, dan semua yang di dalamnya,” ujarnya.

Menurutnya, Nabi Ibrahim tidak hanyak fokus terhadap kesalehan individual, melainkan ia juga memikirkan keluarga, keturunannya dan negerinya. Tak heran, Nabi Ibrahim diakui sebagai bapak para Nabi yang patut diteladani demi persatuan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Dia lalu berbicara mengenai hikmah haji. Saat haji, umat Islam di seluruh dunia, meskipun mereka berbeda-beda, tetapi satu tujuan yaitu menggapai ridha Allah. Kata dia, ini tentu menunjukkan bahwa umat Islam sangat menghargai dan bertoleransi terhadap yang lain.

“Jika kelompok ekstrem berusaha menciptakan ekslusivisme, intoleransi di masyarakat dan menganggap orang lain bukan bagian dari dirinya, hal ini harus dihilangkan. Cara berpikir seperti itu bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang sangat menghormati perbedaan,” ujar anggota Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Baca juga : Jemaah Haji Telantar Karena Transportasi, Puan Minta Ada Perbaikan

Suaib menambahkan, dalam ibadah haji dilarang saling mencela, bertengkar, dan melakukan tindakan apa pun yang merusak, termasuk memotong pohon di jalan. Ini adalah petunjuk, bahwa dalam upaya menciptakan iklim yang kondusif dalam kehidupan sosial kita harus menghindari perbuatan-perbuatan yang tercela misalnya saling menjatuhkan dan saling memojokkan.

“Oleh karena itu, hikmah-hikmah yang terkandung dalam perayaan Hari Raya Idul Adha, atau yang juga disebut Hari Raya Haji, dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam membangun masyarakat yang damai,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.