Dark/Light Mode

Implementasi Konsep At-Tasamuh: Berbuat Baik ke Sesama dalam Puasa

Kamis, 14 Maret 2024 11:01 WIB
Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal, KH Bukhori Sail Attahiri (Foto: Istimewa)
Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal, KH Bukhori Sail Attahiri (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bulan Ramadan membawa momen spiritual yang selalu ditunggu-tunggu seluruh umat Islam. Tak hanya memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, namun juga kesempatan untuk memperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal, KH Bukhori Sail Attahiri menekankan pentingnya konsep keseimbangan hablumminallah (hubungan dengan Allah) dan hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia) selama menjalankan ibadah puasa. "Dua hal ini harus dijalankan secara bersama tanpa meninggalkan salah satunya," ucapnya, di Jakarta, Rabu (13/3).

Menurut Kiai Bukhori, seorang Muslim yang menjalankan puasa tidak bisa mengesampingkan pentingnya berbuat baik pada sesama manusia. Berbuat baik terhadap sesama manusia juga berarti saling menghormati antara umat Islam yang berpuasa dengan mereka yang tidak menjalankannya.

Dia mengatakan, konsep toleransi sebenarnya juga diajarkan dalam Islam. Islam mengenalnya dengan istilah at-tasamuh. Mendalami konsep ini, manusia diajarkan untuk tidak semena-mena lalu melanggar hak dari mereka yang dianggap berbeda. 

Baca juga : Ketersediaan Pangan Asal Ternak Aman Jelang Puasa

“Karena kita ini hidup dalam suasana yang damai, berbeda kalau kita sedang dalam situasi perang ya, itu lain lagi kaidahnya. Hidupnya kita di negara Indonesia yang kondusif dan dinaungi oleh peraturan hukum yang berlaku, maka kita semuanya mengacu kepada regulasi Pemerintah serta nilai dan norma masyarakat yang ada,” jelas Kiai Bukhori.

Agar rasa toleransi dapat dihayati masing-masing individu, ia juga mengenakan pentingnya saling mengerti dan memahami. Dengan demikian, masyarakat Indonesia bisa tetap kondusif walaupun berbeda suku, golongan, hingga keyakinan.

Menurutnya, semua elemen masyarakat harus saling mengingatkan apabila terjadi keresahan yang ditimbulkan pihak tertentu. Ketika ada satu oknum yang bikin onar, dampak buruknya bisa ikut dirasakan masyarakat yang lain. 

Kiai Bukhori mencontohkan, dulu ada berita orang yang melakukan salat di tengah jalan, sehingga membuat lalu lintas di suatu tempat menjadi terganggu. “Ibadah salat itu memang kewajiban kita sebagai Muslim dan itu bentuk penghambaan manusia kepada Allah. Tapi pelaksanaan salat di tengah jalan tentu tidak dibenarkan karena mengganggu lalu lintas," imbuhnya.

Baca juga : Kemenperin Dan Dubai Health Authority Perkuat Kerja Sama Industri Alat Kesehatan

Dia pun berpesan pada umat Islam agar dapat menjadikan ibadah puasa di tahun ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Walaupun diharuskan menahan lapar dan haus, ibadah puasa tidak hanya perkara jasmani, namun juga sebagai sarana perbaikan aspek rohani. 

Ia menambahkan, menjalankan puasa berarti harus menghindari berprasangka atau bahkan mengatakan keburukan tentang orang lain (ghibah). Jika melakukannya, berarti puasanya tidak sempurna karena hanya memperhatikan aspek jasmani namun meninggalkan kerohaniannya, khususnya dalam menjaga lisan dari perkataan yang buruk.

“Ketika kita sanggup menahan untuk tidak makan atau minum hingga waktu berbuka tiba, namun kita masih menyibukkan diri kita dengan memperbincangkan kejelekan orang lain, maka sulit untuk mengatakan bahwa puasa kita ada nilai pahalanya,” tambah Kiai Bukhori.

Ia menegaskan, jika dalam berpuasa masih menyakiti orang lain melalui perkataan atau perbuatan, sebenarnya orang yang demikian tidak menghayati puasanya. Orang yang sungguh-sungguh dalam ibadah puasa adalah mereka yang mencari ridha Allah SWT sekaligus menjaga kerukunan dengan sesama manusia.

Baca juga : Timnas AMIN Konsolidasi Ribuan Perwakilan Saksi dan Satgas

Menurut Kiai Bukhori, keberhasilan dalam menjalankan ibadah puasa akan menunjukkan kadar ketakwaan seseorang di hadapan Allah. Dalam ajaran Islam, orang yang bertakwa adalah orang-orang yang bisa memilih yang terbaik dan menghindari yang dilarang oleh Tuhannya. 

“Manusia yang bisa menjauhi yang dilarang Allah SWT adalah yang dapat dikatakan bertakwa. Memiliki ketakwaan berarti punya kesadaran dan berupaya melalui tindakan preventif, supaya ia tidak termasuk dalam jurang yang dilarang oleh Allah SWT,” pungkas Kiai Bukhori.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.