Dark/Light Mode

Akademisi Sambut Baik Debat Programatik Capres

Senin, 8 Januari 2024 18:49 WIB
Nobar Debat Capres 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum KPU di Senayan, Jakarta, Jumat (7/1/2024). Foto: Istimewa
Nobar Debat Capres 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum KPU di Senayan, Jakarta, Jumat (7/1/2024). Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Debat Capres 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Senayan, Jakarta, Jumat (7/1/2024) disambut sejumlah akademisi.

Para mahasiswa, happy melihat para kandidat yang beradu argumentasi ihwal pertahanan Indonesia.

Menteri Luar Kampus Unkris, Gema Marbun menilai Capres Prabowo Subianto kurang gereget dalam berdebat. Padahal, tema pertahanan ini seharusnya makanan sehari-hari Prabowo sebagai Menhan.

"Tetapi jangan lupa dibalik 01 dan 03 juga pasti ada jenderal di belakangnya. Misalnya, dari pihak Ganjar itu wakil TPN-nya Andika Perkasa, pasti ada bisikan mengenai kekurangan Menhan," kata Gema dalam saat nobar debat di Jakarta.

Menurut Gema, yang menarik dari sesi tadi adalah selain substansi dan gagasan, seperti biasa Capres Anies Baswedan dan Prabowo ini saling serang personal seperti mengungkit luka lama.

Baca juga : Anies Serang Pribadi Prabowo Saat Debat, Pengamat: Publik Tak Suka

Sedangkan, Anies dan Ganjar Pranowo terkesan berkesinambungan mengenai masalah cyber.

"Itu yang luput dari 02, karena memang banyak sekali kasus yang menyatakan bahwa sistem keamanan di Indonesia itu di bawah standar. Menurut saya itu yang seharusnya menjadi concern penting untuk dibahas," katanya.

Presiden Mahasiswa Universitas Jayabaya, Ridho Ramdhani menilai sikap pemimpin itu sangat menentukan arah negara karena kondisi geopolitik sekarang tidak pasti. Sehingga, dirinya sangat ingin mendengar, Indonesia mau di bawa ke arah yang mana?

"Pak Prabowo luput bahwa keadaan internasional sekarang dipenuhi oleh eskalasi konflik militer sehingga sudah saatnya Indonesia memihak. Belum lagi konflik Natuna dan laut China Selatan apakah kita akan ke China atau Amerika?" ungkapnya.

Kemudian, Capres Prabowo menafsirkan imperialisme sebagai bentuk agresi militer. Padahal, kondisi sekarang dianggap berada di neo imperialisme.

Baca juga : Kaesang: Prabowo Sangat Baik Dalam Debat Capres

Indikatornya, terdapat ratifikasi oleh parlemen dalam kesepakatan ekonomi yang sangat tidak berpihak kepada masyarakat. Sarannya, Prabowo mengubah definisi imperialisme, karena kita tidak butuh imperialisme masa lalu.

Sementara, mantan Ketua DPM Unindra, Usman Ohoiwuy tidak sependapat dengan argumentasi Capres Prabowo yang menyampaikan bahwa Indonesia harus melanjutkan politik non-blok.

Memang, katanya, soal cyber security ini perlu dibahas lebih lanjut karena perang hari ini banyak informasi datanya diambil dari dunia maya.

"Kemudian mengenai Hubungan Internasional tadi Pak Prabowo menekankan bahwa ekonomi itu yang terpenting kalo bicara Internasional. Saya sedikit merivisi Pak Prabowo bahwa Indonesia ketika hadir di rapat Internasional itu bukan semata-mata hanya membahas mengenai keuntungan saja tapi kita juga harus terlibat dalam menyelesaikan masalah bangsa-bangsa," katanya.

Muksin Mahu, Koordinator Pusat BEMNUS menyimpulkan, Mahasiswa harus bisa konsisten mengadakan diskusi, yang dalam hal ini konteksnya meresponi gagasan-gagasan Capres.

Baca juga : Kapolres Rokan Hulu Bagikan Sembako Ke Warga Terdampak Banjir

Beda pilihan adalah hal yang wajar akan tetapi jangan sampai mempengaruhi kita untuk subjektif melihat suatu masalah.

Diskusi, konsolidasi hingga aksi harus tetap dilaksanakan sebagai bentuk pengawalan hal-hal ideal. Menciptakan demokrasi yang sehat juga merupakan tanggungjawab kita kaum muda.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.