Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Bukan Cuma 4, Ini 6 Pembantu Patrick Kluivert Poles Timnas
- Baru Dipanggil Masuk Timnas, Neymar Malah Cedera
- Alhamdulillah, Joey, Dean Dan Emil Audero Resmi Bisa Bela Timnas Indonesia
- Telkom Akses Bantu Rumah Ibadah & Panti Asuhan di Berbagai Daerah
- Liga Europa: Man United, Spurs Dan Lazio Lolos Perempat Final
Ini Kisah Konjen RI Cape Town, Afrika Selatan (8)
Diplomat RI Di Negeri Ginseng: Antara Soju, Protokol, Dan Semenanjung Korea
Jumat, 19 Juli 2024 22:20 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Cerita ringan ini mengisahkan dua anak, kakak beradik yaitu Mas Geng dan Tudi, yang hidup dan tumbuh sebagai generasi X. Tudi lahir pada 1968 dan Mas Geng tahun 1965.
Penempatan Di Seoul, Korea Selatan
Korea Selatan menjadi negara ketiga tempat penugasan Tudi sebagai diplomat pada kurun waktu 2014-2018.
Dia ditugaskan di KBRI Seoul sebagai koordinator fungsi Protokol untuk beberapa bulan, kemudian sebagai koordinator fungsi politik. Sambil menunggu pejabat ekonomi baru, dia merangkap tugas ekonomi sekitar 4 bulan.
Tugas-tugas protokol ini gampang-gampang susah. Jika semua berjalan lancar, orang berkata "sudah biasa". Tapi jika ada kesalahan protokol, dampaknya bisa macam-macam.
Contoh kesalahan bisa menyebabkan insiden protokol, seperti pada pengaturan posisi foto bersama ketua delegasi pada sidang multilateral yang di-host oleh salah satu negara. Komunikasi awal persiapan dengan petugas protokol menginformasikan posisi bebas. Namun, pada pelaksanaannya, posisi sudah ditentukan.
Salah satu ketua delegasi tersinggung dan walk-out. Tuan rumah pun ketar-ketir khawatir delegasi tersebut mengurungkan kehadirannya.
Konon ada satu cerita, benar atau tidaknya wallahu a'lam, seorang Duta Besar ke istana untuk penyampaian Surat-surat Kepercayaan atau Credentials kepada Kepala Negara. Dia didampingi pejabat protokolnya yang penampilannya keren parlente, lebih keren dari duta besarnya yang kelihatan biasa saja.
Mungkin karena posisi jalan yang salah, sehingga yang disambut, disalami, dan diantar oleh Presiden adalah sang pejabat protokol. Ha-ha-ha.... Duta Besarnya dibiarkan jalan kebingungan. Nah, ini kayaknya cerita di balik layarnya bisa seru dan panjang.
Ada kalanya pegawai setempat bidang protokol kurang legowo mengenai tata protokol. "Saya ini sudah MA atau Master of Airport dan sudah 22 tahun bekerja di protokol dan airport. Pak Tudi baru 2 minggu di sini tapi dia menjadi bos saya," kata dia ke salah satu tamu yang dijemput. "Emang masalah buat lo," kata Tudi dalam hati. Ha-ha-ha...
Masih berlanjut, pegawai tersebut lantas cuti dan Tudi harus menjemput tamu ke dalam bandara. Aksesnya sangat ketat dan jalannya sangat rumit antara keberangkatan dan kedatangan serta jalan "tikus" petugas protokol.
Home Staff sebelumnya pernah berjam-jam tidak bisa keluar, muter-muter saja di dalam. Dan pegawai setempat yang MA tampak senang melihat "bos"nya tersesat di dalam bandara.
Beruntung Tudi lancar. Melihat hal ini, si pegawai setempat itu berkomentar, "Untung saya cuti, jadi Pak Tudi bisa cepat menguasai seluk-beluk bandara."
Orang Korea Suka Soju Tapi Takut Istri
Salah satu fenomena umum yang sering dijumpai di Korea Selatan adalah kegemaran minum soju orang-orang negeri Ginseng. Minuman soju atau arak Korea juga sering kali efektif untuk menunjukkan persahabatan yang sejati atau bergaul sampai ke zona "nyaman" sehingga bisa diskusi lebih plong.
Namun laki-laki Korea nampaknya takut istri kalau minum soju terlalu berat. Untuk merayu istri, biasanya mereka membelikan bunga atau mainan anak untuk anak mereka. Ha-ha-ha...
Maka tidak mengherankan jika di pinggir-pinggir jalan di Korea banyak dijumpai orang berjualan mainan anak dan bunga.
Baca juga : Debut Diplomat Di Wina, Dari Jari Terjepit Hingga Bersinar Di UNIDO
Tudi jadi ingat nostalgia di Wina. Dia pernah minum wine sampai nggliyeng. Perlu dicatat di sini, wine merupakan minuman yang sangat lazim dalam pergaulan diplomatik.
Karena cukup "nggliyeng", dia sampai mau merangkul cewek Austria. Untung istrinya yang di belakang menggondeli dia. "Mas kamu kenapa?"
Tudi menjawab, "Saya kira itu Dik Tik." Dik Tik adalah panggilan dia untuk istrinya. Ha-ha-ha...
Diplomat biasanya pada penempatan pertama, mereka masih banyak dimaklumi jika membuat kesalahan. Mereka tidak boleh takut salah karena ketakutan itu sendiri menjadikannya kurang dapat berkembang optimal. Banyak berlatih walaupun awalnya tertatih-tatih tapi di ujung menjadi terlatih.
Di penempatan ketiga, Tudi pun berkurang "cengengesan"-nya dan menjadi agak serius.
Kemajuan Korea Yang Perlu Dicontoh
Tudi terkesan dengan kemajuan negara ini. Konon pada tahun 1960-an, Korea adalah negara miskin sama dengan negara-negara miskin lainnya di Asia dan Afrika.
Namun, saat ini Korea Selatan telah menjelma menjadi negara maju berteknologi tinggi. Korea Selatan memiliki keunggulan di bidang telepon genggam, semikonduktor, mobil, bahan kimia, dan baja.
Republik Korea (ROK) sebenarnya tidak banyak memiliki sumber kekayaan alam yang menonjol. Namun kerja keras, kegotongroyongan melalui gerakan Semaul Undong, dan semangat ke-Korea-an di bawah kepemimpinan yang kuat semasa Presiden Park Chung-hee - ayah Presiden Park Geun-hye, kemajuan yang signifikan berhasil diraih dan mengantarkannya menjadi salah satu yang terunggul di dunia.
Republik Korea berhasil menduduki posisi prestise, yakni ranking 1 dunia di berbagai bidang seperti e-government, DRAM memory chips, LCD display, mobile phone, shipbuilding, internet speed, dan ranking ke-5 untuk autos dan refinery capacity.
Selain itu, ranking ke-6 untuk produksi baja global dan kemudahan berbisnis menurut Bank Dunia. Di bidang pembuatan kapal, market share ROK di dunia mencapai 41 persen. Hal ini cukup signifikan jika dibandingkan dengan Jepang sebesar 29 persen dan China 24 persen.
Republik Korea menawarkan peluang yang baik sebagai sumber modal/investasi, teknologi, dan produk-produk teknologi.
Hubungan Indonesia-Korea Selatan
Hubungan Indonesia-Korea Selatan terus menguat dan pada tahun 2017 memasuki babak baru "Special Strategic Partnership" yang ditandatangani Presiden Joko Widodo dan Presiden Moon Jae-in pada saat kunjungan Presiden Korea Selatan ke Indonesia.
Di bidang ekonomi, berbagai upaya diplomasi ekonomi dilakukan baik melalui forum bisnis besar maupun kecil, pada tingkat Duta Besar dengan chairman atau CEO Chaebol Korea Selatan maupun pada tingkat teknis.
Upaya mendorong pengusaha-pengusaha ROK untuk berinvestasi khususnya di bidang infrastruktur di Indonesia masih menjadi tantangan besar.
Pengusaha ROK umumnya tidak terlalu sabar untuk mengikuti prosedur yang cukup panjang seperti proses pelelangan proyek dan lebih menyukai penunjukan langsung. Mereka tidak terlalu proaktif dalam mengeksplorasi peluang-peluang bisnis dan investasi di luar negeri dibandingkan dengan misalnya China dan Jepang.
Baca juga : Menggapai Asa Di Tengah Prahara
Selain itu, saat itu terdapat masalah yang menghambat direalisasikannya proyek investasi besar seperti Posco dan Lotte Chemical. Hal ini berdampak cukup substansial karena mereka berposisi sebagai "kapal induk" yang diikuti oleh "kapal-kapal" kecil investasi lain.
Untuk investor di bidang industri padat karya, terdapat kekhawatiran tentang biaya tenaga kerja yang meningkat substansial. Dengan kerja keras, fokus pada penyelesaian hambatan investasi, dan tersedianya daftar proyek investasi prioritas untuk masing-masing daerah, Indonesia akan menjadi lebih menarik bagi FDI perusahaan ROK.
Indonesia menghadapi persaingan dengan negara lain seperti Vietnam yang dipandang lebih menawarkan kemudahan dan jaminan investasi.
Vietnam menjadikan dirinya lebih menarik untuk tujuan bisnis dan investasi relatif dibandingkan dengan Indonesia. Negara ini memberikan garansi investasi dalam hal terjadi perubahan aturan hukum dan kebijakan. Selain itu sebagai negara sosialis, Vietnam menetapkan 'price ceiling' dalam perolehan tanah untuk para investor yang terbagi dalam berbagai wilayah. Harga tanah menjadi lebih menarik dan terjangkau bagi para investor.
Di Vietnam, investor asing tidak dapat membeli hak milik atas tanah, namun mereka dapat menyewa tanah dengan masa sampai 70 tahun.
Concern utama pengusaha ROK untuk berbisnis dan berinvestasi di luar negeri adalah perlunya jaminan pemerintah mengenai investasi mereka dan permasalahan “land acquisition”.
BKPM memang telah menciptakan “one stop service” untuk memberikan pelayanan yang transparan, cepat, mudah, dan murah. Namun waktu itu, banyak pengusaha masih menjumpai proses perizinan yang terlalu panjang.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan pertambangan waktu itu menginformasikan mereka harus menempuh 963 perizinan. Dari jumlah tersebut, 550 perizinan sudah diselesaikan dalam waktu lebih dari 2 tahun.
Berbagai tantangan domestik, saat Tudi masih penempatan di Korea Selatan, dipandang sangat mempengaruhi efektivitas kinerja diplomasi Indonesia. Tantangan itu di antaranya masih lemahnya konektivitas antarpulau di Indonesia, kurangnya kepastian hukum di Indonesia, seringnya demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan upah dan hak-haknya, serta menjadikan investasi di Indonesia semakin berbiaya tinggi.
Selain itu, kurangnya brosur-bahan promosi, lemahnya koordinasi antarlembaga terkait di Indonesia yang antara lain disebabkan tidak adanya daftar yang jelas yang memuat “contact person” pejabat berwenang terkait rencana investasi asing di berbagai sektor spesifik, dan lain-lain.
Semenanjung Korea
Di bidang politik keamanan, isu yang terus mengemuka adalah situasi Semenanjung Korea.
Kondisi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara sejak pemecahan oleh AS dan Uni Soviet sebagai pemenang Perang Dunia II, masih sangat dinamis kadang bergerak sangat positif namun tiba-tiba membalik (reversal).
Ada sebagian masyarakat di Korea Selatan yang menginginkan penyatuan kembali Korea.
Sejak pemisahan kedua Korea, pengaruh perang ideologis antara AS yang liberal kapitalis dengan Uni Soviet yang sosialis komunis sangat kuat dan menjadikan upaya reunifikasi menemui tantangan yang tidak mudah. AS berkepentingan mengamankan pengaruhnya terhadap Korea Selatan, sementara Uni Soviet, setelah bubar diteruskan oleh Rusia, berkepentingan terhadap Korea Utara. Kondisi ini menjadi semacam "jebakan" yang sulit untuk keluar, terlebih lagi dengan adanya perang Rusia-Ukraina, di mana AS dan Rusia semakin erat merangkul kawan-kawannya masing-masing.
Dinamika hubungan Korea Selatan dan Korea Utara dapat dilihat pada peristiwa Agustus 2015. Hubungan kedua negara sempat mendekati babak baru "rujuk."
Baca juga : Lika-Liku Merantau, Kuliah, Dan Teror Polisi Khusus Susu
Kedua negara melakukan perundingan secara maraton sejak 22 Agustus hingga Rabu, 25 Agustus 2015. Mereka menyepakati sejumlah hal terkait insiden ledakan ranjau darat.
Korea Utara akan menyampaikan penyesalan atas insiden ledakan ranjau darat dan menghentikan status "state of semi-war."
Sementara itu, Korea Selatan setuju menghentikan propaganda siaran pengeras suara yang diarahkan ke wilayah Korea Utara.
Kedua negara sepakat mengatur reuni keluarga-keluarga yang terpisah dan meningkatkan saling kunjung non-pemerintah (non-government exchanges).
Perundingan maraton selama 4 hari tersebut berlangsung di desa gencatan senjata Panmunjeom dan dihadiri oleh National Security Chief Kim Kwan-jin dan Unification Minister Hong Yong-pyo dari Korea Selatan, sementara dari Korea Utara adalah Hwang Pyong-so, orang kedua di Korea Utara, serta Kim Yang-gon, pejabat tertinggi Korea Utara untuk urusan antar-Korea.
Namun, membaiknya hubungan itu masih sangat "fragile." Pada Februari 2016, Semenanjung Korea kembali memanas. Korea Utara melakukan uji coba nuklir ke-4 dan peluncuran rudal jarak jauh. Ini menjadikan Korea Selatan yang tadinya mulai adem “mencak-mencak” kembali.
Korea Selatan bereaksi serius dengan menempatkan tambahan sistem rudal Patriot AS Bateri D 1-43 Unit Artileri Pertahanan Udara yang berada di Fort Bliss, Texas. Rudal Patriot dengan kecepatan tinggi tersebut dapat mencapai jarak ketinggian 40 km dan dapat meng-intercept rudal jarak pendek Korea Utara KN-01, KN-02, dan rudal jarak jauh Scud dan Rodong yang diarahkan ke Korea Selatan.
Selain itu, mereka menutup kompleks industri Kaesong yang menjadi simbol terakhir rekonsiliasi kedua Korea.
Penutupan kompleks industri yang terletak di kota perbatasan Korea Utara tersebut menjadi langkah "unprecedented" selama 16 tahun sejak dicanangkannya kerja sama ekonomi kedua negara pada pertemuan "summit" pertama Korea Selatan - Korea Utara pada tahun 2000.
Korea Utara yang marah selanjutnya melakukan pengusiran warga Korea Selatan dari kawasan tersebut.
Aksi-reaksi pun berlanjut. Pemerintah Korea Selatan memutus transmisi listrik dan pasokan air ke kompleks industri Kaesong di Korea Utara. Sementara itu, Korea Utara memutus jalur komunikasi militer dan faksimile LO Barat yang merupakan jalur komunikasi terakhir yang tersisa antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Sampai saat ini, situasi Semenanjung Korea masih rumit dan banyak diwarnai ketegangan. Indonesia yang memiliki hubungan baik sejak lama dengan kedua Korea mungkin dapat berperan sebagai "honest broker" bagi perbaikan hubungan kedua Korea.
Oleh Tudiono, Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Cape Town, Afrika Selatan.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya