Dark/Light Mode

Wastra Nusantara Semarakkan Museon Den Haag

Rabu, 12 Desember 2018 10:37 WIB
Dubes DenHaag Mr. I Gusti Agung Wesaka Puja (kiri), dan Perancang Busana, Gita Orlin (kanan) (Foto: IG@gitaorlin)
Dubes DenHaag Mr. I Gusti Agung Wesaka Puja (kiri), dan Perancang Busana, Gita Orlin (kanan) (Foto: IG@gitaorlin)

RM.id  Rakyat Merdeka - Para model melenggang mengenakan busana di Museon, museum budaya dan ilmu pengetahuan Den Haag, Belanda, pada 7 Desember lalu. Ada sekitar 200 orang yang melihat. Anak bangsa patut merasa bangga. Sebab suguhan itu menggunakan bahan wastra atau kain tradisional Nusantara. Ada rancangan desainer Leny Rafael berbahan tenun Badui. Lalu, karya Adelina Willy Suryani busana berbahan sutra Garut. Ada kain khas Sumba gubahan Rizki Permatasari. Serta Dwi Lestari Kartika mengangkat kain batik Bekasi.

Sementara perancang Gita Orlin membawa batik Trenggalek. Melisa A Bermara menampilkan karya yang terinspirasi burung Enggang khas Kalimantan. Lala Gozali menampilkan kain lurik Jawa. Putri Permana membawa tas Jepara. Delapan desainer itu makin mengukuhkan pemahaman bahwa Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku bangsa. Latar belakang etnis, bahasa, dan budaya yang berbeda-beda. Termasuk kainnya beragam dan unik. Peragaan busana tersebut bertema The Modest Heritage of Indonesia yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag bersama Pelangi Wastra Indonesia. 

Baca juga : Marah Tak Selesaikan Masalah

“Acara ini untuk mempromosikan kekayaan dan keragaman budaya serta karya kreatif Indonesia lewat kain-kain tradisional,” kata Duta Besar Wesaka Puja dalam sambutannya dalam keterangan pers kepada Rakyat Merdeka, kemarin.Wesaka mengutip slogan rumah mode Cushnie et Ochs, “Life is too short to wear boring clothes” (Hidup terlalu singkat untuk mengenakan busana membosankan). Ya warna-warni kain Indonesia tentu tak membosankan. Seperti penampilan para model yang dinamis. Ditambah jamuan makan malamnya yang menggugah selera. Disajikan sate ayam dengan lontong, nasi goreng kambing dengan acar dan bakwan sayur.

Acara peragaan busana berbahan wastra Indonesia itu diawali dengan acara bincang-bincang bertajuk “Wastra Indonesia, Timeless Sources of Inspiration”. Pemandunya Yetty Haning dari Centre for Culture and Development Belanda (CCD-NL).Salah satu program CCD-NL tahun depan adalah “Binding with Ikat”. Mengirim tiga desainer Belanda ke Kupang untuk mendalami teknik maupun desain tenun ikat. Bekerja sama dengan para pengrajin dari Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Baca juga : Aroma Kopi Nusantara Semarakkan Somerset House London

Hasil karya mereka akan dipamerkan di Eindhoven Design Week Oktober 2019 dan beberapa museum di Belanda. Diharapkan hasil karya mereka tersebut dapat pula dipamerkan di InaCraft dan Indonesia Fashion Week 2020.
Fashion show ini didukungperancang perhiasan BaroQco dan Ferlin Yoswara, serta Garuda Indonesia. Ferlin Yoswara adalah desainer muda Indonesia pertama yang mendapatkan start-up visa dari Pemerintah Belanda. Ferlin juga masuk dalam Top 5 International Ethnic Businesswomen 2018 untuk Belanda.  [DAY]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.