Dark/Light Mode

G20 Tak Boleh Lumpuh Di Masa Presidensi RI, Jangan Lupa Gaet China

Minggu, 3 April 2022 20:33 WIB
Pendiri dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal (Foto: YouTube)
Pendiri dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal (Foto: YouTube)

 Sebelumnya 
Middle Powers

Terkait pentingnya upaya menjaga keutuhan G20, Dino menilai, pertemuan kedua pemimpin merupakan peluang baik untuk bicara blak-blakan mengenai masalah yang sensitif terkait G20.

Di luar jalur G20, Presiden Jokowi juga dapat mengirimkan special envoy ke Ukraina dan Rusia, untuk membantu mencari jalan keluar dalam konflik ini.

"Mungkin ada yang bilang, apa bisa? Menurut saya, kenapa tidak. Kita sebaiknya terlibat bukan sebagai mediator, karena ini lebih ribet urusannya. Namun, sebagai good office yang mungkin dapat menemukan aspek tertentu, yang dapat dijembatani dari konflik ini. Saya yakin, inisiatif ini pasti akan diterima dengan baik oleh Rusia dan Ukraina," papar Dino.

Baca juga : Sesuai Tugas Presidensi, RI Undang Semua Anggota Ke KTT G20 Bali

Selain itu, Dino juga meminta Indonesia untuk melakukan kerja sama intensif dengan sesama middle powers, yang sebetulnya adalah kelompok informal terbesar di G20. Yaitu, afsel Korsel dan Arab Saudi, Turki, Australia, Brazil, Argentina, dan Meksiko.

Peran China

"Jangan lupa menggaet China. Dari semua negara di dunia, saat ini China adalah negara yang paling memiliki pengaruh terbesar terhadap Rusia. Pandangan Presiden China Xi Jinping pasti akan didengar Presiden Rusia Vladimir Putin," kata Dino.

Dunia Barat yang baru saja mempermalukan China dengan melakukan boikot Olimpiade Musim Dingin, menurutnya juga harus lebih bijak memperlakukan China.

Baca juga : Reisa: Jangan Euforia!

Mungkin, dalam mencari solusi perang di Ukraina, diplomasi Indonesia juga dapat bersinergi dengan diplomasi China.

"Dalam KTT G20 nanti, Indonesia juga tidak perlu alergi terhadap rujukan perang di Ukraina, dalam deklarasi akhir G20. Karena kalau sama sekali tidak merujuk pada situasi Ukraina, maka G20 akan kehilangan kredibilitas di mata internasional," terang Dino.

Sebagai Presiden G20, Indonesia juga tidak bisa membungkam atau menghiraukan negara mana pun yang ingin berbicara.

"Ingat, sebagai Presiden G20, Indonesia berada dalam posisi sebagai pemimpin. Bukan moderator acara. Kita juga harus realistis, dan menurunkan ekspektasi yang berlebihan. Karena dalam suasana pertengkaran dan perpecahan, ruang gerak G20 menjadi sangat terbatas," pesan Dino.

Baca juga : Di Eropa Kasus Covid Naik Lagi, Jangan Sampai Masuk Sini

Yang penting, lanjutnya, kita harus bisa meminimalkan damage yang terjadi di G20.

Sebisa mungkin, mencapai suatu kesepakatan minim, yang bisa menghindari terjadinya krisis ekonomi dunia. Dengan menjaga kerja sama pandemi dan perubahan iklim. Serta menjaga kestabilan keuangan, keamanan pangan dan energi, jaringan supply chain dan inflasi.

"Jangan lupa, G20 masih 8 bulan lagi. Jadi, masih ada kemungkinan munculnya faktor X yang belum kita ketahui wujudnya. Namun, bisa mengubah kalkulasi politik di G20. Semoga, faktor X ini adalah sesuatu yang positif. Bukan negatif," tutur Dino.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.