Dark/Light Mode

Hari Anti Perdagangan Manusia Sedunia

Inggris Soroti Perbudakan Modern, Kerja Gila-gilaan Tanpa Gaji Dan Perlindungan

Jumat, 29 Juli 2022 22:08 WIB
Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rob Fenn (Foto: Net)
Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rob Fenn (Foto: Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari ini kita memperingati Hari Anti Perdagangan Manusia Sedunia. Perdagangan Manusia adalah perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan orang dengan paksa, penipuan atau pengelabuan, dengan tujuan untuk memanfaatkan mereka demi keuntungan bisnis.

Singkatnya, para korban telah dirampas kebebasannya, hak-hak dan martabatnya. Mereka sangat menderita.

Pria, wanita dan anak-anak dari segala usia dan semua latar belakang, bisa menjadi korban kejahatan ini. Sayangnya, perdagangan manusia sudah terjadi di setiap wilayah dan negara di dunia.

Baca juga : Waah, Perdagangan Indonesia- Swiss Perdana Naik 55 Persen

Pemerintah Inggris menilai, Indonesia telah mengambil langkah serius untuk mengatasi masalah tersebut dan membantu para korban. Antara lain dengan menyelamatkan nelayan yang kerja paksa di kapal penangkap ikan berbendera Cina, dan memulangkan korban perdagangan dari Arab Saudi.

Di samping mempertahankan Nota Kesepahaman yang mencakup perekrutan, penempatan, dan perlindungan pekerja migran. Dengan negara-negara tujuan besar seperti Arab Saudi dan Malaysia.

Indonesia memperkirakan, dari total 6-8 juta orang Indonesia yang bekerja di luar negeri, lebih dari 2 juta orang di antaranya adalah perempuan yang bekerja di sektor domestik.

Baca juga : Mundur Hari Ini, Boris Johnson Masuk 4 Besar PM Inggris Dengan Masa Jabatan Tersingkat

Mereka tidak memiliki dokumen atau telah memperpanjang masa berlaku visa. Sehingga rentan terhadap perdagangan manusia.

Terkait Hari Perdagangan Manusia, Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rob Fenn mengatakan, momen penting  ini menyoroti masalah paling serius yang mungkin belum pernah Anda dengar.

"Korban perdagangan ini secara efektif menjadi perbudakan modern. Bekerja dengan jam kerja yang berlebihan, dan tidak memiliki kontrak formal dan perlindungan kerja. Mereka rentan terhadap kekerasan. Upah mereka tidak dibayar. Orang-orang mati dalam kesengsaraan, sementara yang lain memperoleh keuntungan," kata Fenn dalam rilis Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Jumat (29/7).

Baca juga : Induk Perusahaan FPNI Ekspansi Bisnis Material Baterai, Kerja Sama Dengan Elon Musk?

Menurutnya, ini merupakan masalah global. Kita harus bahu-membahu untuk menghapuskan, dengan membukanya ke ruang publik. Kita hanya bisa melawannya, dengan meningkatkan kesadaran terhadap masalah ini, dan mengungkapkannya secara terbuka.

"Saya bangga, banyak program kedutaan kami berusaha untuk mengatasi masalah ini. Program Akses Digital kami mencoba menghubungkan masyarakat pedesaan ke internet, mendidik mereka tentang hak digital dan memastikan tetap aman saat online. Di samping memberikan akses panduan gratis bagi mereka yang mengalami masalah hukum," papar Fenn.

"Sementara Program Tech Hub kami, membantu wanita di daerah pedesaan menciptakan bisnis yang sukses di komunitas mereka. Kita harus terus bekerja sama untuk mencegah perdagangan manusia, sekarang dan selamanya," pungkasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.