Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Imlek 2023, Warga China Ramai-ramai Panjatkan Doa Untuk Kesehatan

Minggu, 22 Januari 2023 21:12 WIB
Ahli medis China meyakini, 80 persen warga Negeri Tirai Bambu telah terinfeksi Covid. (Foto: EPA-EFE via The Straits Times)
Ahli medis China meyakini, 80 persen warga Negeri Tirai Bambu telah terinfeksi Covid. (Foto: EPA-EFE via The Straits Times)

RM.id  Rakyat Merdeka - Doa untuk kesehatan mendominasi harapan warga China di Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada hari ini, Minggu (22/1). Setelah tiga tahun ini menjalani kondisi yang begitu berat, di bawah tekanan pandemi Covid-19.

Antrean warga yang ingin memanjatkan doa di Tahun Baru Imlek, membentang sekitar 1 km di luar kuil Lama yang ikonik di Beijing. Ribuan orang menunggu giliran untuk mendoakan orang yang mereka cintai.

Kuil itu telah berulang kali ditutup, sebelum pembatasan Covid-19 berakhir pada awal Desember.

Seorang warga Beijing mengungkap harapannya, agar Tahun Kelinci mendatangkan kesehatan bagi semua orang.

“Saya pikir, gelombang pandemi ini sudah hilang,” kata wanita berusia 57 tahun yang hanya menyebutkan nama belakangnya, Fang kepada Reuters, Minggu (22/1).

“Saya tidak tertular Covid. Tetapi suami saya dan semua orang di keluarga saya terinfeksi. Saya masih berpikir, sangat penting bagi kita untuk melindungi diri sendiri," imbuhnya.

Baca juga : Inem Pelayan Seksi Cs Rawat Kecantikan Di Klinik Queen

China melaporkan hampir 13 ribu kematian terkait Covid-19 di rumah sakit, dalam periode 13-19 Januari. Angka ini menambah hampir 60 ribu kematian dalam sebulan atau lebih, dibanding sebelumnya.

Pakar medis China meyakini, gelombang infeksi di seluruh negeri telah mencapai puncaknya.

Data pembaruan jumlah kematian, dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, muncul di tengah keraguan atas transparansi data Beijing. Namun, angka itu tetap tergolong sangat rendah, menurut standar global.

Rumah sakit dan rumah duka kewalahan, sejak China meninggalkan rezim pengendalian Covid paling ketat di dunia dan pengujian massal pada awal Desember, yang dikenal dengan kebijakan nol Covid.

Kebijakan itu telah menyebabkan berbagai kerusakan dan tekanan ekonomi yang signifikan.

Jumlah kematian yang dilaporkan oleh otoritas China, tidak termasuk mereka yang meninggal di rumah.

Baca juga : Korsel Kalang Kabut, Warga China Yang Mau Dikarantina, Hilang Di Bandara Incheon

Beberapa dokter mengaku, mereka tidak disarankan untuk mencantumkan Covid-19 pada akta kematian.

Banyak ahli kesehatan memperkirakan, tahun ini, lebih dari satu juta orang akan meninggal akibat Covid.

Perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris Airfinity memperkirakan, kematian akibat Covid dapat mencapai angka 36 ribu sehari minggu ini.

Saat jutaan pekerja migran pulang ke rumah untuk merayakan Tahun Baru Imlek, pakar kesehatan sangat mengkhawatirkan nasib mereka yang tinggal di pedesaan China. Mengingat buruknya fasilitas medis di wilayah tersebut. Tak sepertindi wilayah pesisir.

People's Daily menyebut, sekitar 110 juta perjalanan penumpang kereta api diperkirakan telah melakukan perjalanan selama 7-21 Januari, dalam 15 hari pertama dari 40 hari perjalanan Tahun Baru Imlek. Atau naik 28 persen dibanding tahun lalu. 

Sebanyak 26,23 juta perjalanan via kereta api, jalan raya, kapal laut, dan kapal terbang dilakukan pada malam Tahun Baru Imlek.

Baca juga : Padati Jalan Sekitar Stadion Santos, Warga Brazil Beri Penghormatan Terakhir Untuk Pele

Meski hanya setengah dari tingkat pra-pandemi, angka tersebut naik 50,8 persen dari tahun lalu.

Pergerakan massa orang selama masa liburan dapat menyebarkan pandemi, dan meningkatkan infeksi di beberapa daerah.

Namun, melalui platform medsos Weibo, Kepala Ahli Epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China Wu Zunyou mengatakan, gelombang Covid berikutnya tak mungkin terjadi dalam waktu dekat.

"Kemungkinan Covid-19 mengalami rebound besar di China dalam dua atau tiga bulan ke depan sangat kecil, karena 80 persen orang telah terinfeksi," tutur Wu. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.