Dark/Light Mode

KBRI Helsinki Promosi Kiprah Ulama Perempuan Indonesia Ke Komunitas Internasional

Selasa, 9 Mei 2023 23:13 WIB
Dubes RI Ratu Silvy Gayatri menyampaikan sambutan pembukaan pada acara diskusi Moslem Women Empowerment in Indonesia: Perspective of Women, Peace, and Security di KBRI Helsinki, Senin (8/5). (Foto: KBRI Helsinki)
Dubes RI Ratu Silvy Gayatri menyampaikan sambutan pembukaan pada acara diskusi Moslem Women Empowerment in Indonesia: Perspective of Women, Peace, and Security di KBRI Helsinki, Senin (8/5). (Foto: KBRI Helsinki)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Helsinki menggelar forum diskusi yang mengupas tentang ulama perempuan, di Finlandia, Senin (8/5). Diskusi ini digelar untuk memperkaya pemahaman komunitas internasional tentang keragaman Islam di Indonesia.

Keberadaan ulama perempuan di Indonesia menjadi topik menarik, karena selama ini ulama kerapkali diidentikkan dengan laki-laki. 

Untuk itu, forum diskusi ini menawarkan definisi ulama yang lebih luas bagi komunitas internasional di Finlandia. Selain juga menunjukkan kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia.

Diskusi ini diberi tema "Empowerment Wanita Muslim di Indonesia: Perspektif Wanita, Perdamaian, dan Keamanan". 

Sejumlah duta besar negara sahabat dan komunitas diplomatik, perwakilan beberapa kementerian setempat, international women’s club, peneliti universitas, hingga organisasi agama dan dialog lintas iman di Finlandia hadir dalam diskusi ini.

Country Representative Asian Muslim Action Network (AMAN) untuk Indonesia, Rubiyanti Kholifah, selaku pembicara utama dalam diskusi tersebut, menekankan bahwa definisi ulama di Indonesia tidak hanya melekat pada guru agama laki-laki, tetapi juga perempuan, dengan sumbangsih nyata bagi pemberdayaan masyarakat.

Baca juga : Indonesia Siap Memanen Energi Matahari dan Angin

“Di Indonesia kata ulama itu cenderung netral, tidak selalu diasosiasikan dengan laki-laki," kata Rubiyanti.

Para ulama perempuan ini, jelasnya menyadari bahwa interpretasi teks keagamaan harus sejalan dengan pengalaman perempuan di Tanah Air. 

"Para ulama perempuan ini juga aktif merujuk teks-teks Islam yang mendukung kesetaraan gender," sambungnya.

Menurut Rubiyanti, kultur Islam di Indonesia secara alamiah cukup inklusif, sehingga perempuan muslim dapat beraktivitas di berbagai ruang publik. 

Dia mencontohkan Pondok Pesantren Hasyim Asy'ari di Jepara yang dipimpin oleh Nyai Hindun Anissa, seorang ulama perempuan, dan diterima dengan baik oleh komunitas muslim lainnya. 

Kehadiran ulama perempuan semakin menguat selepas reformasi. Menurut Rubiyanti, karena iklim demokrasi di Indonesia semakin membaik. Dampaknya, partisipasi perempuan di ruang publik, termasuk dalam urusan agama, semakin diterima oleh semua kalangan.

Baca juga : Top, Penyanyi Indonesia Juara 1 Festival Musik Internasional Di Moskow

Peran nyata para ulama perempuan dari Indonesia ini mendorong Dubes RI untuk Finlandia dan Estonia, Ratu Silvy Gayatri, menggelar forum diskusi yang menghadirkan Rubiyanti. Diskusi mengenai keragaman Islam di Tanah Air itu termasuk dalam agenda diplomasi kebudayaan yang senantiasa diupayakan KBRI Helsinki.

“Forum semacam ini penting untuk memperlihatkan wajah muslim Indonesia kepada dunia. Apa yang telah dilakukan oleh para ulama perempuan ini perlu ditularkan ke negara lain, karena pada akhirnya perempuan yang berdaya akan memberi pengaruh pada kemajuan suatu bangsa,” ujar Dubes Ratu Silvi Gayatri. 

“Kita upayakan agar acara semacam ini rutin digelar di perwakilan Helsinki. Kami berkomitmen selain mendorong perdagangan dan investasi, KBRI juga dapat aktif mempromosikan budaya Indonesia, serta perspektif kita terhadap Islam," sambungnya.

Untuk diketahui, Rubiyanti adalah aktivis pesantren kelahiran Banyuwangi yang terlibat aktif dalam jejaring kajian gender dan Islam selama tiga dekade terakhir.

Ia menyebutkan bahwa keberadaan ulama perempuan turut berperan membuat ajaran Islam di Indonesia lebih moderat, dibandingkan negara mayoritas muslim lainnya.

Salah satu contoh kiprah ulama perempuan di Indonesia diantaranya lewat fatwa melarang perkawinan anak dan kawin paksa bagi umat muslim. Para ulama perempuan di Tanah Air ini juga aktif memberi rekomendasi pada Kementerian Agama, agar fatwa mereka senantiasa dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan.

Baca juga : Pesut Etam Ikat Mantan Bek Persebaya

Selain menolak perkawinan anak, ulama-ulama perempuan ini turut merespons berbagai topik lain yang relevan dengan keseharian umat muslim global. Di antaranya penolakan terhadap sunat perempuan, reintegrasi eks-kombatan kelompok teroris, hingga perlindungan perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual.

Wacana mengarusutamakan ulama perempuan, menurut Rubiyanti, mulai marak sejak dekade 1980-an, diupayakan para santriwati terdidik yang saling berjejaring di berbagai kota. Hanya saja, menurut Rubiyanti, ulama-ulama perempuan di Indonesia sempat lama tersebar di berbagai pesantren tanpa memiliki wadah bersama untuk menyuarakan pendapat saat muncul dialog mengenai tafsir-tafsir keagamaan. Hal itu yang mendasari lahirnya KUPI yang berhasil digelar Rubiyanti dan rekan-rekan pegiat feminis muslim lain untuk pertama kalinya pada 2017. Munculnya KUPI ternyata mendapat sambutan hangat dari komunitas muslim internasional, sehingga kongres ke-II mereka yang digelar pada 2022 lalu di Jepara, dihadiri lebih dari 1.500 ulama perempuan dari 32 negara.

Lebih jauh lagi, Rubiyanti mengapresiasi adanya forum diskusi yang diinisiasi KBRI Helsinki, karena acara ini secara efektif menghubungkannya dengan banyak mitra potensial untuk berkolaborasi bersama ulama perempuan di KUPI.

“Ke depan kami ingin mendorong orang dari mancanegara datang ke Indonesia, karena tanpa datang dan melihat sendiri kondisi pesantren di negara kita, mereka tidak akan paham mengapa bisa muncul gerakan ulama perempuan. Mereka bisa sekaligus belajar demokrasi di Indonesia dan nilai keislaman kita yang khas,” ujar Rubiyanti.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.