Dark/Light Mode

Dino Patti Djalal, Konkret Rekatkan Hubungan RI-Korsel Lewat Peran Jurnalis

Sabtu, 10 Juni 2023 08:00 WIB
Founder  Chairman FPCI Dino Patti Djalal (kelima kiri) dan Wakil Direktur Jenderal Biro ASEAN dan Asia Tenggara Kemenlu Korsel Kim Dong-bae foto bersama 13 jurnalis peserta The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea di Kantor Kemenlu Korsel, Seoul. (Foto: FPCI)
Founder Chairman FPCI Dino Patti Djalal (kelima kiri) dan Wakil Direktur Jenderal Biro ASEAN dan Asia Tenggara Kemenlu Korsel Kim Dong-bae foto bersama 13 jurnalis peserta The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea di Kantor Kemenlu Korsel, Seoul. (Foto: FPCI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hubungan Indonesia-Korea Selatan (Korsel) yang terjalin sejak 1973, terus menunjukkan tanda-tanda penguatan. 

Tak hanya dalam konteks hubungan antar pemerintah yang baru-baru ini ditandai oleh penandatanganan 102 Nota Kesepahaman (MoU) dalam proyek relokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, tetapi juga dalam hubungan antar masyarakat atau people to people yang antara lain direkatkan melalui hallyu atau K-wave (gelombang Korea).

Gelombang Korea sangat identik dengan dunia hiburan seperti musik, drama, dan variety shows yang dikemas secara apik menyajikan budaya-budaya Korea. Alhasil, aneka nama-nama besar atau brand yang mewakili Korea pun lekat dengan masyarakat kita. Sebut saja BTS, Blackpink, Hyundai, Samsung, dan Innisfree.

Relasi yang baik ini, tentunya harus terus dipelihara. Agar kualitas hubungan diplomatik RI-Korsel semakin meningkat. 

Dalam konteks ini, wartawan sebagai pintu masuk informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memegang peranan penting. Media mainstream sebagai clearing house dari aneka hoax yang bertebaran di media sosial, menjadi acuan pemberitaan yang dapat meningkatkan pemahaman dan sikap saling pengertian kedua negara.

Jangan sampai, manisnya hubungan kedua negara terguncang oleh pemberitaan yang tidak benar. Status Indonesia sebagai satu-satunya special strategic partner Korsel di Asia Tenggara, harus bisa dijaga dengan baik. 

Poin inilah yang secara jeli digarisbawahi Dino Patti Djalal, mantan Wakil Menteri Luar Negeri sekaligus eks Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS).

Baca juga : Di Depan Zelensky, Jokowi Tegaskan Kesiapan Indonesia Jadi Jembatan Perdamaian Ukraina-Rusia

Lewat Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) yang didirikannya pada tahun 2015, Dino menggandeng Korea Foundation. Membuka program The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, yang berjalan sejak tahun 2021. 

"Program ini khusus dirancang untuk mewadahi jurnalis Indonesia, dalam meningkatkan pemahaman dan memperluas jaringan mengenai berbagai isu terkait Indonesia-Korsel," ujar Dino.

“Kami berupaya mendorong partisipasi media dalam membentuk persepsi dan kebijakan tentang hubungan Indonesia dan Korea Selatan," imbuhnya.

Animo Tinggi

Koordinator Program FPCI Mohammad Irfan mengungkap, jurnalis yang berminat mengikuti program The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, terhitung banyak. Total pendaftar dari seluruh Indonesia, melebihi 150 orang. 

“Yang lolos seleksi administrasi, 50 orang. Lolos wawancara, 30 orang. Dan akhirnya, yang diberangkatkan ke Korea berjumlah 14 orang. Namun, 1 orang batal berangkat pada tahun ini karena berhalangan,” papar Irfan. 

Didahului Workshop

Dalam program ini, peserta terseleksi mengikuti pembekalan berupa enam workshop tentang hubungan Indonesia-Korea, yang menghadirkan pembicara dari kedua negara. Materi disampaikan dalam bahasa Inggris. 

Topiknya beragam. Mulai dari soal hallyu, hubungan perdagangan, topik lingkungan hidup seperti climate change dan sustainability, hingga kerja sama di bidang pertahanan yang membahas joint development jet tempur KF-21.

Baca juga : KPK Dalami Kepemilikan Aset Rafael Alun Lewat Adik Kandungnya

Workshop ini tak semata menjadi landasan pembekalan ilmu bagi jurnalis yang akan diberangkatkan ke Korsel. Tetapi juga menjadi semacam sarana pengikat atau bonding kekeluargaan antar jurnalis. Sangat baik untuk mengurangi sumbatan komunikasi yang mungkin muncul, saat kunjungan kerja. Meminimalkan sikap canggung.

Jarang ada program yang seperti ini. Karena biasanya, dalam perjalanan liputan, jurnalis baru mengetahui orang yang akan pergi bersamanya, begitu tiba di bandara. Sesaat sebelum berangkat ke tempat tujuan.

Kunjungan Ke Korea

Kelar masa pembekalan di Tanah Air, peserta terseleksi diberangkatkan ke Korsel. Salah satunya, dari Rakyat Merdeka. Seluruh biaya perjalanan, visa, akomodasi ditanggung Korea Foundation. 

Dalam kunjungan sepekan pada 28 Mei - 3 Juni, 13 jurnalis itu mengunjungi berbagai tempat penting di Korea. Mulai dari Gyeongbokgung Palace yang merupakan satu dari lima istana besar di Korsel dan terbesar yang dibangun Dinasti Joseon, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Seoul, Kementerian Luar Negeri Korsel, Korea Trade-Investment Promotion Agency (KOTRA) yang merupakan Badan Promosi Investasi dan Perdagangan Korsel, Partai People Power, dan Kantor Berita Yonhap. 

Tak hanya muter-muter Seoul, 13 jurnalis juga pergi Busan, kota pelabuhan yang bersiap menjadi tuan rumah World Expo 2023. Menjajal KTX, kereta berkecepatan tinggi 305 kph/190 mph.

Saat ini, KTX menduduki peringkat 8 kereta paling cepat sedunia. Mengungguli Trenitalia ETR1000 (Italia), yang memiliki kecepatan 300 kph/186 mph dan Haramain High Speed Railway (Arab Saudi), dengan kecepatan 300 kph/186 mph.

Ini tentu saja menjadi pengalaman tersendiri bagi para jurnalis. Sambil mendoakan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang merupakan kereta cepat pertama di Asia Tenggara bisa beroperasi lancar pada pertengahan Agustus mendatang. Sebagai kado HUT RI ke-78.

Baca juga : Moeldoko: Potensi Kerja Sama Pertanian RI-Korsel Masih Besar

Dari Busan, rombongan menempuh perjalanan darat ke Geoje, dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Bukan untuk menengok lokasi syuting drama Korea, tetapi mengunjungi Hanwha Oceans, bendera baru Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co. Ltd, pabrikan kapal selam yang memproduksi KRI Nagapasa-403, KRI Ardadeli-404, dan KRI Alugoro-405. 

Dilanjutkan dengan mengunjungi Korea Aerospace Industry (KAI) di Sacheon, yang merupakan pabrik pesawat KF-21, jet tempur kolaborasi RI-Korsel.

Dari dua tempat yang terkait sektor pertahanan ini, para jurnalis melihat bukti nyata knowledge is power. Lewat penguasaan ilmu pengetahuan, Korea sukses membalikkan nasib, dari salah satu negara termiskin di dunia menjadi negara donor, dalam tempo setengah abad.

Pesan penting lainnya, kedua pabrikan alutsista itu mengingatkan soal pembayaran patungan ongkos produksi KF-21 yang masih tertunggak. Soal ini, Kementerian Keuangan mengatakan, anggarannya sudah masuk APBN 2022 dan 2023.

Sementara Hanwha Oceans yang menang tender pengadaan tiga kapal selam RI batch 2 pada tahun 2019, masih sabar menanti kepastian kontrak dari pemerintah Indonesia. Sekalipun sudah melakukan pre order komponen, demi memenuhi tenggat pasokan.

Semoga, 50 tahun hubungan diplomatik RI-Korsel bisa memberikan kepastian atas kontrak tersebut. Tak ada lagi tunggu-menunggu. Kepercayaan bisa terus terbangun. Hubungan bilateral dan multilateral pun menguat. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.