Dark/Light Mode

Cuekin Barat

Demi Cuan, Arab Saudi Kian Merapat Ke China

Selasa, 13 Juni 2023 05:43 WIB
Cuekin Barat Demi Cuan, Arab Saudi Kian Merapat Ke China

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah Arab Saudi cuek alias tak ambil pusing dengan warning Barat agar berhati-hati dalam menjalin kerja sama dengan China. Sebaliknya, Negeri Petro Dolar tersebut malah menyatakan ingin memperkuat kerja sama ekonomi dengan Negeri Tirai Bambu.

Arab Saudi berambisi menghdupkan kembali jalur sutera, dengan China. Keinginan ini disampaikan Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman kepada Reuters, kemarin.

Abdulaziz beralasan, rencana kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan China, murni soal cuan. Ditanya tentang kritik Barat terhadap hubungan bilateral tersebut, Menteri Abdulaziz , tidak ambil pusing.

“Kita ini melihat dari sisi bisnis saja. Pebisnis akan pergi ke lokasi yang menjanjikan keuntungan,” ujarnya saat ditemui di acara Konferensi Bisnis Arab-China diRiyadh, Minggu (11/6).

Para pengusaha dan investor China telah berdatanganke Riyadh untuk menghadiri konferensi tersebut. Pertemuan yang mengeratkan kerja sama kedua negara itu berlangsung beberapa hari usai kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken.

Sebelumnya Maret lalu, perusahaan raksasa minyak negara Saudi, Aramco, mengumumkan dua kesepakatan besar untuk meningkatkan investasi miliaran dolarnya di China dan meningkatkan peringkatnya sebagai penyedia minyak mentah utama China.

Kesepakatan ini merupakan yang terbesar dilakukan ArabSaudi sejak kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Riyadh, Desember lalu.

Saat itu, Xi menawarkan perdagangan minyak dalam mata uang yuan. Ini merupakan langkah China untuk melemahkan dominasi dolar, yang mayoritas dipakai sebagai mata uang dalam perdagangan internasional.

“Permintaan minyak di China masih terus meningkat. Jadi tentu saja kami harus memenuhi sebagian dari permintaan itu,” ujar Menteri Abdulaziz.

“Daripada bersaing, berkolaborasilah dengan China. Ini l3ijbih menguntungkan,” sambungnya. Dalam pertemuan itu, Menteri

Investasi Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan, Arab Saudi dapat menjadi pintu masuk bagi China ke dunia Arab. Arab Saudi mencakup 25 persen dari total perdagangan China dengan negara-negara Arab.

Baca juga : Sah, Duo Persija Muda Merapat Ke Arema FC

Volume perdagangan Arab Saudi dan China pada 2022 naik30 persen daripada 2021. Abdulazah menambahkan, hubungan Arab Saudi dan China terus tumbuh dalam beberapa puluh tahun.

“Kami berkomitmen untuk be￾kerja sebagai jembatan yang akan

menghubungkan dunia Arab dengan China,” kata AbdulaIs di Konferensi Bisnis Arab-Cina, seperti dikutip Arab News, kemarin. Ia menekankan, China berperan sebagai pemimpin dalam kemajuan teknologi dan inovasidi dunia Arab.

Di acara yang sama, Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan me￾ngatakan, perusahaan-perusahaan China memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi di negara-negara Arab.

“Teknologi dan kompetensi China akan membuat kami dapat membangun masa dan perekono￾mian untuk generasi berikutnya,” ujar Faisal menambahkan.

Wakil Ketua Komite Konfe￾rensi Konsultatif Politik Rakyat China Nasional Hu Chunhua, menyebut, perdagangan antara negara-negara Arab dan Chinese terus tumbuh di tengah berbagai tantangan ekonomi global.

“Ini adalah putaran ke-10 Belt and Road Initiative (BRI). Negara-negara Arab merupakan mitra alam inisiatif ini karena lokasi geografi mereka,” ujarnya.

BRI merupakan inti kebijakan luar negeri Presiden Xi yang fokus pada pembangunan in￾frastruktur global yang diadopsi

China pada 2013. Lewat proyek ini, China telah berinvestasi ke lebih dari 150 negara dan organisasi internasional.

Kerja Sama Pertahanan

Kedekatan Arab Saudi dengan China menimbulkan kekhawatiran kedua negara itu bakal memperluas ke kerja sama ke sektor keamanan dan militer.

“Kesepakatan kerja sama kedua negara itu baru sebatas

Baca juga : Setan Merah Cuci Gudang

ekonomi dan perdagangan. Namun, jika kerja sama ini sudah sukses, biasanya akan meluas

ke sektor lainnya,” ujar Director Scowcroft Middle East Security Initiative dari Atlantic Council’s Middle East Program, JonathanvPanikoff kepada Aljazeera.

Dia beranggapan, Beijing bisa saja menargetkan kerja sama keamanan dengan Arab Saudi di masa depan. Salah satu contohnya adalah dukungan Beijing atas upaya produksi rudal balistik di dalam negeri Arab Saudi.

Selain itu, di area tertentu, seperti drone bersenjata, China Telah melakukan penjualan se￾suai dengan spesifikasi senjata buatan Arab Saudi.

“Tantangan bagi AS, Riyadh menilai Beijing lebih mudah

untuk diajak bekerja sama,” ujar Panikoff.

“Mereka memandang China konsisten secara politik, dan tidak menggurui Riyadh tentang

isu-isu seperti hak asasi manusia

dan tidak memiliki batasan me￾ngenai izin penggunaan perang￾kat militer,” lanjutnya.

Meskipun demikian, China

masih belum bisa menggantikan

Baca juga : Senator Puas Kerja Sama Dan Respons Kementan

AS sebagai pemasok utama per￾tahanan Arab Saudi. Tidak ada

indikasi bahwa Beijing dapat

atau akan berusaha melakukan￾nya di masa mendatang.

“Karena militer Saudi sangat

bergantung pada bantuan, pela￾tihan, dan suku cadang AS, akan

merugikan diri sendiri jika Saudi

mengandalkan China untuk meng￾gantikan Amerika Serikat di bidang ini,” jelas mantan Duta Besar AS untuk Tunisia, Gordon Gray.

Gray menambahkan, aset militer AS di Teluk akan membantu mempertahankan Arab Saudi jika skenario terburuk terjadi. Misalnya serangan dari Iran.

Jika itu terjadi, Saudi pasti akan menghubungi Pusat Komando AS atau CENTCOM. ■ 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.