Dark/Light Mode

Blinken Dan Menlu Se-ASEAN Hadiri Acara EAS

Indo-Pasifik Jangan Jadi Medan Perang

Sabtu, 15 Juli 2023 07:00 WIB
Menteri Luar Negeri Menlu Amerika Serikat Antony Blinken kelima (kiri) dan Menlu Retno Marsudi keenam (kiri) bersama para Menlu negara anggota ASEAN dan negara mitra, berpegangan tangan di hari terakhir gelaran ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference AMM /PMC, di Jakarta, Jumat 14/7.
Menteri Luar Negeri Menlu Amerika Serikat Antony Blinken kelima (kiri) dan Menlu Retno Marsudi keenam (kiri) bersama para Menlu negara anggota ASEAN dan negara mitra, berpegangan tangan di hari terakhir gelaran ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference AMM /PMC, di Jakarta, Jumat 14/7.

 Sebelumnya 
Menlu Retno menegaskan keinginan Indonesia agar Indo-Pasifik menjadi kawasan stabil untuk ekonomi dan bukan medan perang.

Retno menilai, saat ini sebagian pihak mengatakan, Indo-Pasifik sedang mengalami gejala-gejala perang dingin di tempat panas.

“Indo-Pasifik tidak boleh menjadi medan pertempuran yang lain. Kawasan kita harus tetap stabil,” tegas Retno.

Baca juga : Menlu Retno Ajak ASEAN- Selandia Perkuat Stabilitas Indo Pasifik

Mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Belanda itu menyampaikan prinsip para pendiri Bangsa Indonesia tentang pentingnya bersatu, meski ada perbedaan, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Kata dia, semuanya memiliki perbedaan. Tapi keputusan ada pada diri sendiri.

“Gunakan perbedaan tersebut sebagai kekuatan atau mengubahnya menjadi kekuatan untuk memperkaya upaya-upaya kolektif kita,” ujar Retno.

EAS beranggotakan 18 negara yakni, negara-negara anggota ASEAN dan para mitra. Termasuk AS, China, Rusia, Jepang, India, Australia, Korea dan Selandia Baru. EAS merupakan wadah inklusif untuk membahas dinamika di kawasan dan dunia.

Baca juga : Keren, Produk Tradisional Khas Indonesia Bisa Jadi Merek Internasional

Retno bilang, masyarakat menaruh harapan besar kepada EAS, sebagai satu-satunya forum yang melibatkan semua pemain kunci di kawasan Indo-Pasifik.

Saat ini, Indo-Pasifik berada di momen yang menentukan. Kawasan ini akan menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi global dalam 30 tahun ke depan. Perkembangan penting di bidang teknologi, kedokteran, dan energi terbarukan terjadi setiap hari.

Namun, menurut Retno, saat ini belum mampu mewujudkan lingkungan yang kondusif. Untuk mengoptimalkan potensi di kawasan. “Karena kecurigaan dan ketidakpastian masih terjadi,” ujarnya.

Baca juga : Kejaksaan Gunakan Ruang Publik Sebagai Sarana Introspeksi Tangani Perkara

Selain sebagai net kontributor pertumbuhan ekonomi, Indo-Pasifik juga harus jadi net kontributor untuk perdamaian serta menyebarkan paradigma kolaborasi ke kawasan lain. EAS harus berkontribusi mewujudkan cita-cita kolektif, yaitu kawasan yang damai, stabil, dan inklusif.

“Bayangkan EAS sebagai sebuah kereta, dan komitmen kita terhadap Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) dan Bali Principles sebagai rel kereta. Kita harus memastikan jalan kita berpapasan, bukan saling menghalangi,” kata Retno.

Semua pihak harus bekerja sama untuk menjembatani, menanamkan kepercayaan, dan membangun arsitektur kawasan yang inklusif. Perbedaan yang ada tidak boleh menjadi pemisah, melainkan justru memperkaya upaya kolektif dan menjadi kekuatan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.