Dark/Light Mode

Tuding Pencoblosan Cuma Formalitas

AS-Negara Barat Tolak Pantau Pemilu Kamboja

Senin, 24 Juli 2023 06:12 WIB
Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, memberikan suaranya di Phnom Penh, Minggu, 23 Juli 2023. (Foto AFP/ Tang Chhin Sothy)
Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, memberikan suaranya di Phnom Penh, Minggu, 23 Juli 2023. (Foto AFP/ Tang Chhin Sothy)

RM.id  Rakyat Merdeka - Partai Rakyat Kamboja (CPP) pimpinan Perdana Menteri (PM) Hun Sen sudah diprediksi memenangkan pemilu Kamboja, kemarin. Pesta demokrasi ini dianggap hanya formalitas demi melanggengkan kekuasaan Hun Sen. Ia disebut-sebut bakal menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Hun Manet.

Barat menilai, pemilu Kamboja tidak memenuhi syarat untuk bebas, jujur dan adil. Uni Eropa (UE), Amerika Serikat (AS), dan negara-negara Barat lainnya, menolak mengirim pemantau. Hanya Rusia, China, Guinea-Bissau, dan Indonesia yang mengirimkan perwakilannya, untuk memantau pemungutan suara.

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Putu Supadma Rudana menyaksikan langsung pemilu di Kamboja. Menurut dia, proses pesta demokrasi di Kamboja berjalan lancar, damai dan penuh kegembiraan. Dia berharap, hal ini terjadi juga di Indonesia di Pemilu 2024.

Hun Sen (70) telah memerintah sejak 38 tahun lalu. Ia merupakan pemimpin terlama di Asia. Penyerahan kekuasaan kepada putranya nanti, menurut pakar Kamboja dari Universitas Lund, Swedia, Astrid Noren-Nilsson, tidak akan menghilangkan pengaruh Hun Sen.

Baca juga : BPIP Dukung KPK Berantas Serangan Fajar Di Pemilu

“Menurut saya, mereka akan bekerja sama dan tidak ada perbedaan besar dalam pandangan politik mereka, termasuk kebijakan luar negeri,” ujar Noren Nilsson, dilansir Associated Press, kemarin.

Menurutnya, Hun Manet hanyalah bagian dari apa yang diharapkan rakyat Kamboja sebagai perubahan generasi. Ke depan, CPP berencana memunculkan tokoh-tokoh muda untuk posisi menteri.

“Ini semua tentang transisi, tentang siapa yang akan masuk dan di posisi apa mereka,” jelasnya.

Menjelang pemilu, Partai Cahaya Lilin (CP), satu-satunya partai yang dianggap jadi penantang serius CPP, dilarang mengikuti pemilu. Hal tersebut tentu saja dikecam sejumlah organisasi internasional.

Pemilu Kamboja Jauh Dari Demokrasi

Baca juga : Orang Muda Ganjar Ajak Masyarakat Rawat Tempat Wisata Di Lombok Utara

Human Rights Watch menilai, pemilu Kamboja tidak berjalan sesuai dengan prinsip demokrasi yang sebenarnya. Sedangkan Asian Network for Free Elections menyebut, Komisi Pemilihan Kamboja telah menunjukkan, diskualifikasi semacam itu semakin memperburuk lingkungan politik yang tidak seimbang dan tidak adil.

“Telah terjadi penyempitan ruang sipil dengan merongrong partisipasi aktif masyarakat sipil dalam proses pemilihan,” jelas mereka.

Hun Manet (45), anak sulung Hun Sen itu merupakan lulusan Akademi Militer AS di West Point. Hun Manet juga memiliki gelar magister dari New York University (NYU) dan gelar doktoral dari Universitas Bristol, Inggris.

Saat ini, Hun Manet adalah pemimpin tentara Kamboja. Terlepas dari pendidikan Baratnya, sejumlah pengamat memprediksi, tidak akan ada perubahan signifikan dari kebijakan ayahnya.

Baca juga : Beri Penghormatan, Masyarakat Sasak NTB Sematkan PIN Dan Pemaje ke Ganjar

Selama beberapa tahun terakhir, Hun Sen membawa negara itu semakin mendekat pada China.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.