Dark/Light Mode

Dubes Rusia Komentari Pertemuan Putin -Kim Jong Un

Ini Kunjungan Bilateral Dua Negara Bersahabat

Kamis, 14 September 2023 04:36 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin kedua kiri dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kedua kanan mengunjungi Kosmodrom Vostochny di Amur, Rusia, 13 September 2023. (Sputnik/Artem Geodakyan/Pool via Reuters)
Presiden Rusia Vladimir Putin kedua kiri dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kedua kanan mengunjungi Kosmodrom Vostochny di Amur, Rusia, 13 September 2023. (Sputnik/Artem Geodakyan/Pool via Reuters)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menebar ancaman saat merespons Pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un di Vostochny Cosmodrome, Amur, Rusia, Rabu (13/9).

Pihak Gedung Putih telah memperingatkan akan ada konsekuensi jika kedua negara membuat kesepakatan jual beli senjata untuk memenuhi pasokan senjata Rusia dalam perang Ukraina.

Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva mengungkapkan, kunjungan Kim Jong Un merupakan pertemuan kenegaraan biasa.

Dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin, Dubes Vorobieva membahas pertemuan tersebut tanpa menyanggah maupun mengiyakan pemberitaan yang menuding pertemuan keduanya terkait jual beli senjata. Dubes perempuan itu tidak membeberkan detail pertemuan Putin dan Kim Jong Un.

Dia hanya memastikan, keduanya membahas kelanjutan beberapa kerja sama bilateral.

Baca juga : Temui Presiden Putin, Kim Jong Un Tiba Di Rusia Naik Kereta Anti Peluru

“Ini merupakan kunjungan kenegaraan yang biasa dilakukan negara bersahabat dan membahas berbagai kerja sama bilateral,” ujar Dubes Vorobieva, dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.

Perubahan Politik Global

Mengutip pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, Dubes Vorobieva mengatakan, pembicaraan antara pemimpin Rusia dan Korut merupakan hal penting mengingat perubahan geopolitik di dunia

Antara lain sinergi yang ditunjukkan negara G20, perluasan blok BRICS (Brazil, Russia, India, China dan South Africa) di negara-negara berkembang dan proses de-dolarisasi sebagai jalan keluar dari krisis.

Negara-negara BRICS pada Agustus lalu sepakat menerima keanggotaan Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Mesir, Argentina dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam sebuah langkah yang bertujuan mempercepat upaya merombak tatanan dunia yang dianggap sudah ketinggalan zaman.

“Tentu saja, dengan latar belakang ini, kontak bilateral menjadi sangat penting. Dan situasi di Semenanjung Korea, tentu saja, sangat penting bagi keamanan dan stabilitas di kawasan,” terang Vorobieva mengutip Zakharova.

Baca juga : Ketua Parlemen Thailand Puji Peran Aktif KBRI Bangkok Genjot Hubungan Bilateral

Pertemuan Kim Jong Un dengan Putin terjadi beberapa jam setelah Korut menembakkan dua rudal balistik ke arah laut. Pembicaraan keduanya dilakukan setelah mereka mengunjungi berbagai fasilitas di Vostochny Cosmodrome, Rusia. Fasilitas di tempat itu termasuk dua landasan peluncuran roket.

Keputusan untuk bertemu di Vostochny Cosmodrome, menunjukkan bahwa Kim Jong Un sedang mencari bantuan teknis dari Rusia sebagai upayanya mengembangkan satelit pengintaian militer.

Dalam beberapa bulan terakhir, Korut berulang kali gagal menempatkan satelit mata-mata militer pertamanya ke orbit. Soal apakah Rusia akan membantu Korut membangun satelit dan potensi kerja sama militer, Putin mengatakan, Kim Jong Un telah menunjukkan minat yang besar terhadap teknologi roket.

Selain itu, kata Putin, Korea Utara juga tengah mencoba mengembangkan ruang angkasa.

“Kami akan membicarakan semua masalah tanpa terburu-buru. Ada banyak waktu,” katanya.

Baca juga : Kejagung Bakal Usut PT Sendawar Jaya

Bagi Putin, pertemuan dengan Kim Jong Un adalah kesempatan untuk mengisi kembali simpanan amunisi yang telah terkuras habis oleh perang yang telah berlangsung selama 18 bulan dengan Ukraina.

Korea Utara disebut memiliki puluhan juta peluru artileri dan roket tua yang dibuat berdasarkan rancangan Soviet. Pada pertemuan dengan Putin, Kim juga membawa Jo Chun Ryong. Pejabat yang bertanggung jawab atas kebijakan senjata.

“Kunjungan ini memprioritaskan kepentingan strategis dengan Moskow,” jelas Kim, dikutip Kantor Berita Korea Utara, KCNA.

Kunjungan langka Kim Jong Un membuat Pemerintah Amerika Serikat panas dingin. Pihak Gedung Putih telah memperingatkan akan ada konsekuensi jika kedua negara membuat kesepakatatan jual beli senjata untuk memenuhi pasokan senjata Rusia dalam perang Ukraina.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.