Dark/Light Mode

Duta Besar Jerman Untuk Indonesia Peter Schoof

Peringati Hari Penyatuan Jerman Sambil Heningkan Cipta Untuk Korban Gempa Palu

Jumat, 5 Oktober 2018 07:09 WIB
Duta Besar Jerman Untuk Indonesia Peter Schoof Peringati Hari Penyatuan Jerman Sambil Heningkan Cipta Untuk Korban Gempa Palu

RM.id  Rakyat Merdeka - Jerman setiap tahun memperingati Hari Penyatuan Jerman. Tahun ini perayaan ke-28 tahun diwarnai dengan mengheningkan cipta untuk para korban yang terdampak bencana gempa 7,4 SR dan tsunami melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9). Duta Besar Jerman untuk Indonesia Peter Schoof memimpin hadirin untuk mengheningkan cipta. Schoof juga menyatakan Jerman siap membantu Indonesia dalam penanganan dampak bencana gempa bumi dan tsunami.

“Pada prinsipnya, kami siap jika diminta membantu. Kapan pun saat kami menerima pemberitahuan bahwa kami dibutuhkan, kami akan tiba di Indonesia dalam satu hari,” kata Schoof, dalam acara peringatan Hari Penyatuan Jerman di Jakarta, Rabu (4/10).

Baca juga : Ridwan Kamil Raih Penghargaan Jer Basuki Mawa Beya

Menurut Schoof, Jerman terutama siap membantu dalam hal pencarian dan penyelamatan korban, pemurnian air minum, pendirian tempat penampungan pengungsi, serta pengiriman ahli forensik untuk membantu identifikasi korban meninggal dunia.

“Kami memiliki tim yang berpengalaman dalam dapat memberikan penanganan cepat pada kondisi gawat darurat pascabencana, termasuk tim medis dan forensik, yang merupakan pekerjaan sangat sulit mengingat banyaknya korban,” katanya. Kedutaan Besar Jerman terus berkomunikasi dengan Pemerintah Indonesia mengenai rencana pengiriman bantuan tim ke lokasi bencana. Bersama Uni Eropa, Jerman juga berkontribusi pada penyaluran bantuan kemanusiaan senilai 1,5 juta euro (sekitar Rp 26,2 miliar) yang diumumkan pada 30 September 2018.

Baca juga : Jabar Siap Jadi Tuan Rumah Forum Asia Timur-Amerika Latin 2023

Peringatan Penting Meski sudah berlangsung 28 tahun, peringatan hari enyatuan Jerman Barat dan Jerman Timur penting terus diperingati. Sebagai momen untuk mengingatkan bahwa perubahan itu terjadi karena ada sebuah revolusi dan perjuangan dari masyarakat di kedua bagian. Tidak mudah menyatukan kedua negara yang terpisah. Ada tekanan dan demonstrasi besar-besaran. Meski kemudian, proses ini berhasil. Malah bisa menjadi pengalaman, ntuk menghadapi tantangan ketika mereka membuka diri untuk pengungsi.

“Masih penting bagi masyarakat Jerman untuk memperingati hari penyatuan Jerman. Penting bagi kami meneruskan pada generasi muda yang hidup dalam kondisi Jerman yang sudah berbeda bagaimana masyarakat ketika itu berupaya menjadikan Jerman milik bersama. Saya pernah hidup di masa Jerman terbelah,” kata Schoof. Schoof menceritakan, pada November 1989 dan puncaknya pada 3 Oktober 1990, saat rakyat Jerman Barat dan Timur bersatu menghancurkan Tembok Berlin yang memisahkan mereka selama bertahun-tahun. Dia saat itu belajar bahasa Arab. Sebab dia akan segera ditempatkan di ibu kota Suriah, sebagai diplomat. Saat itu, usianya sekitar 30an. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.