Dark/Light Mode

Hasil Survei ISEAS-Yusof Ishak Institute

Pengaruh China Lebih Besar Dari AS, Negara-negara ASEAN Hati-hatilah...

Selasa, 8 Januari 2019 16:50 WIB
Seorang pria berdiri di depan spanduk yang berisikan mimpi China mengenai proyek-proyek, Belt and Road Initiative (BRI). (Foto : Andy Wong/AP Photo)
Seorang pria berdiri di depan spanduk yang berisikan mimpi China mengenai proyek-proyek, Belt and Road Initiative (BRI). (Foto : Andy Wong/AP Photo)

RM.id  Rakyat Merdeka - China makin berpengaruh di Asia Tenggara. Amerika Serikat makin pudar tidak hanya secara ekonomi tetapi juga dalam hal pengaruh politik dan strategis di kawasan itu. Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) mesti hati-hati dan waspada karena diyakini China tidak akan melakukan hal yang benar dalam berkontribusi pada perdamaian global, keamanan, kemakmuran, dan pemerintahan.

Demikian temuan kelompok think-tank Singapura ISEAS-Yusof Ishak Institute itu dirilis kemarin. Lembaga itu menyurvei 1.008 responden dari 10 negara ASEAN antara 18 Nov dan 5 Desember 2018.  Responden mencakup orang-orang di pemerintahan, akademik dan komunitas bisnis, masyarakat sipil dan media.

Baca juga : Awali 2019, KBRI Beijing Promosikan Makanan & Minuman Indonesia Di Harbin

China dipandang 73 persen responden memiliki pengaruh ekonomi terbesar di kawasan tersebut dan diyakini memiliki pengaruh politik dan strategi yang lebih besar daripada AS. Tetapi orang-orang yang disurvei kelompok think-tank juga menyatakan keprihatinan tentang ambisi geostrategis Beijing. Satu dari 10 responden melihat China sebagai "kekuatan yang ramah dan baik hati". Kemudian separuhnya mengatakan Beijing memiliki "niat untuk mengubah Asia Tenggara menjadi wilayah pengaruhnya".

"Hasil ini adalah seruan bagi China untuk membakar citra negatifnya di seluruh Asia Tenggara meskipun Beijing berulang kali menjamin kebangkitan ramah dan damai," tulis para penulis laporan kelompok itu yang dikutip Reuters.

Baca juga : Yang Di-Pertuan Agong Lengser

Sekitar 70 persen responden mengatakan pemerintah mereka harus berhati-hati dalam menegosiasikan proyek-proyek, Belt and Road Initiative (BRI) China."Untuk menghindari perangkap utang keuangan yang tidak berkelanjutan dengan China," lanjut laporan itu mengacu pada sikap responden di Malaysia, Filipina dan Thailand.

Hampir setengah dari responden mengatakan kebijakan ciri khas Presiden Xi Jinping akan membawa ASEAN lebih dekat ke orbit China. Sedangkan sepertiga responden mengatakan proyek BRI tersebut kurang transparan dan 16 persen responden memperkirakan proyek itu akan gagal. Di tengah jangkauan China yang semakin meningkat, negara-negara Asia Tenggara semakin skeptis terhadap komitmen AS terhadap kawasan tersebut sebagai mitra strategis dan sumber keamanan.

Baca juga : PM Perancis Belum Goyah

Di bagian lain dari survei menunjukkan setiap enam dari 10 responden mengatakan pengaruh AS secara global telah memburuk dari tahun lalu. Kemudian dua pertiga responden meyakini keterlibatan Washington dengan Asia Tenggara telah menurun. Sekitar sepertiga responden mengatakan mereka memiliki sedikit atau tidak ada kepercayaan pada Washington sebagai mitra strategis dan penyedia keamanan regional.

"Kearifan konvensional yang dipegang China berpengaruh dalam ranah ekonomi sementara Amerika Serikat menggunakan pengaruhnya dalam ranah politik-strategis perlu ditinjau kembali berdasarkan hasil survei," imbuh laporan lembaga tersebut. Beberapa pemerintah Barat menuduh China memikat beberapa negara ke dalam perangkap utang dengan proyek infrastruktur besar-besaran Belt and Road Initiative. Namun, tuduhan itu ditepis Beijing. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.