Dark/Light Mode

AS Khawatir Warganya Jadi Korban Penegak Hukum China

Beijing Vs Washington Masih Sering Tegang

Sabtu, 5 Januari 2019 12:16 WIB
China menerima banyak turis AS setiap tahunnya. Turis AS berada di posisi puncak setelah Eropa. (Foto : Xinhua)
China menerima banyak turis AS setiap tahunnya. Turis AS berada di posisi puncak setelah Eropa. (Foto : Xinhua)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketegangan sering terjadi China dan Amerika Serikat. Di level pemerintah. Hubungan antara masyarakat malah adem-ayem.

Kali ini, AS mengkhawatirkan warga negaranya yang berada di China menyusul penahanan beberapa warga Kanada. Kementerian Luar Negeri AS mengeluarkan imbauan agar warganya hati-hati saat berada di Negeri Tirai Bambu itu. Disebutkan, otoritas China tengah memberlakukan kebijakan melarang warga AS keluar dari negara tersebut jika ketahuan melakukan pelanggaran kebudayaan dan warisan budaya China.

“Warga AS harus meningkatkan kehati-hatian karena penegakan hukum lokal yang sewenang-wenang serta berbagai ketentuan khusus pada warga yang memiliki dwi kewarganegaraan AS-China,” pernyataan Kemlu AS, dikutip AP, kemarin. “Warga AS harus sadar bahwa aturan dari Pemerintah China tidak memiliki ukuran pasti. Warga AS tidak akan tahu berapa lama mereka ditahan otoritas setempat.”

Baca juga : Amerika Siap Turun Tangan

Warga AS di China bisa saja dilarang meninggalkan China selama bertahun-tahun. Kemlu AS menyebut China menggunakan larangan keluar “secara paksa” untuk memaksa warga AS berpartisipasi dalam berbagai penyelidikan Pemerintah China.

Pemerintah AS juga mengingatkan adanya pemeriksaan berulang untuk kunjungan ke Xinjiang dan Tibet. Imbauan serupa pernah dikeluarkan Kemlu AS pada 22 Januari 2017. Meminta warga Negeri Paman Sam itu meningkatkan kewaspadaan terhadap penerapan hukum lokal. Tahun lalu, China juga mengeluarkan imbauan berpergian kepada warganya yang akan pergi ke AS. Mereka menyebut adanya ancaman penembakan massal dan tingginya harga pengobatan. 

Meski ketegangan yang cukup sering terjadi di antara dua negara itu, jumlah turis dari dan menuju AS dan sebaliknya masih menjadi angka terbesar. Kebanyakan mahasiswa China sekolah dinas dan begitu sebaliknya.

Baca juga : Bersyukur Banyak Pemuda Belajar Di Al Azhar

China telah menahan 13 warga Kanada sejak awal Desember ketika seorang eksekutif senior raksasa telekomunikasi China Huawei ditangkap di Vancouver atas permintaan AS atas dugaan pelanggaran sanksi Washington terhadap Iran, menurut Ottawa. Namany Meng Wanzhou, Chief Financial Officer (CFO) perusahaan telekomunikasi China, Huawei Technologies Co Ltd, di Vancouver pada 1 Desember 2018 lalu. Penangkapan dilakukan atas permintaan AS. Meng ditangkap atas dugaan pidana terkait pelanggaran sanksi Iran yang diberlakukan AS.

Dilansir AFP, kemarin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Kanada, Guillaume Berube, mengonfirmasi jumlah tersebut. Namun disebutkan juga bahwa dari jumlah itu, sebanyak delapan orang di antaranya telah dibebaskan otoritas China.

Sebanyak 13 orang yang ditangkap di China, termasuk mantan diplomat Michael Kovrig dan konsultan Michael Spavor yang ditangkap pada 10 Desember 2018. Mereka dituduh melakukan aktivitas-aktivitas yang dianggap mengancam keamanan nasional China.

Baca juga : PBNU: Sudah selesai, Kasus Twit Dubes Saudi Terkait Bendera

Salah satu warga Kanada yang ditangkap China atas tuduhan mengancam keamanan nasional adalah Sarah McIver. Dia telah dibebaskan dan kembali ke Kanada. Diperkirakan total ada sekitar 200 warga Kanada, yang sejauh ini pernah ditahan di China atas serangkaian tuduhan dan menghadapi proses hukum. Jumlah itu relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir. Angka itu tergolong tidak banyak jika dibandingkan dengan jumlah warga Kanada yang ditahan dan menjalani proses hukum di AS.

Meng telah dibebaskan otoritas Kanada usai membayar jaminan 10 juta dolar Kanada atau Rp 108 miliar, namun persidangan ekstradisi terhadapnya masih akan berlanjut. Sejumlah pengamat meyakini penahanan Kovrig yang kini bekerja untuk International Crisis Group dan Spavor yang kerap menjadi konsultan untuk urusan terkait Korea Utara (Korut), merupakan aksi balasan atas penangkapan Meng yang terancam diekstradisi ke AS. 

Dengan didukung AS dan sejumlah negara Eropa, Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland telah berulang kali menyerukan pembebasan segera Kovrig dan Spavor, yang penangkapannya dianggap sewenang-wenang oleh Kanada. [AP/DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.