Dark/Light Mode

Prof Tjandra Hadiri Pertemuan WHO Di Jenewa, Ini Yang Dibahas

Senin, 5 Februari 2024 18:44 WIB
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama. (Dok Pribadi)
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama. (Dok Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama, menghadiri pertemuan ke-7 Working Group International Health Regulation (WGIHR-7) di kantor WHO Jenewa, Swiss, Senin (5/2).

"Saya sedang berada di kantor WHO Jenewa, Swiss, dengan suhu pagi dan siang di bawah 5 derajat Celsius, bahkan malam hari dibawah O derajat," kata Prof Tjandra, dalam keterangan tertulis, Senin (5/2).

Ia menjelaskan, pertemuan ini digelar sebagai respons terhadap dampak pandemi COVID-19. Refleksi atas ketidaksiapan dunia dalam menghadapi krisis kesehatan. 

"Perlu ada perbaikan nyata di masa depan, apalagi kita tahu bahwa pasti akan ada pandemi lagi di masa datang, hanya kita belum tahu kapan akan terjadinya dan penyakit apa yang jadi pemicu pandemi mendatang," lanjutnya.

Baca juga : Marak Petisi Kampus Jelang Pemilu, Ini Tanggapan PP Muhammadiyah

Ia mengingatkan, saat krisis Covid-19 melanda, World Health Assembly sepakat membentuk Intergovernmental Negotiating Body (INB) pada 1 Desember 2021 lalu. Tujuannya untuk, mengatasi pandemi melalui langkah-langkah pencegahan (prevention), persiapan (prepration) dan respons global.

Sejak saat itu, INB menyusun draft dan melakukan negosiasi membentuk aturan dalam bentuk konvensi, kesepakatan atau instrumen internasional lainnya atau convention, agreement or other international instrument WHO di bidang ini.

Tercatat sudah tujuh pertemuan digelar oleh INB. Lembaga ini, sebutnya berproses dan bernegosiasi menyusun proposal bersama. Negara-negara juga sepakat melakukan amandemen terhadap International Health Regulations tahun 2005, aturan internasional yang ditandatangani oleh seluruh negara untuk menangani penularan penyakit antar negara.

"Untuk hal ini dibentuklah Working Group on Amendments to the International Health Regulations 2005 (WGIHR) yang pertemuanya ke tujuhnya berjalan dalam seminggu ini, 5 sampai 9 Februari 2024 yang saya ikuti," tutur Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Baca juga : Indonesia Emas 2045 Di Depan Mata, Ini Kata Bang Zaki

Prof Tjandra menjelaskan bahwa Working Group on Amendments to the International Health Regulations (WGIHR) ke-7, yang berlangsung 5-9 Februari 2024 ini melibatkan hampir 200 negara anggota WHO. 

"Pembahasan dan negosiasinya amat alot, dibahas pasal per pasal dan bahkan terkadang kalimat per kalimat," tuturnya.

Ia mengaku pernah mengikuti pembahasan seketat ini bahkan sampai hampir 4 tahun lamanya dari 2007 sampai 2011 yang lalu. 

Pertemuan-pertemuan diplomasi kesehatan internasional seperti ini selalu berjalan maraton, dari pukul 09.00 sampai 17.30 setiap hari, bahkan dilanjutkan sampai malam. 

Baca juga : Partai Buruh: Pertumbuhan Ekonomi Hanya Dinikmati Orang Kaya

Selain pembicaraan di ruang sidang, Prof Tjandra juga mengaku harus mengikuti banyak lobi-lobi yang dilakukan secara informal. Para delegasi juga harus berkomunikasi dengan pemerintahnya masing-masing serta perwakilan negara di Jenewa, seperti Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) Jenewa.

Ia merinci ada tiga hal penting dalam pengaturan kesehatan global yang jadi pegangan dalam diskusi dan negosiasi di WHO. Di antaranya; pertama, kepemimpinan. Kedua, inklusifitas dan ketiga, akuntabilitas.

Seain itu, Prof Tjandra juga menyebut tiga prinsip penting yang selalu jadi dasar utama setiap melakukan diplomasi internasional di WHO, yaitu kejujuran, kesetaraan dan transparansi.

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara ini juga menyebutkan lima prinsip dalam memperkuat ketahanan kesehatan dunia dalam menghadapi berbagai masalah kesehatan antar negara, yaitu:

  1. Koordinasi kerjasama internasional
  2. Multilateralisme
  3. Solidaritas global
  4. Pengaturan pada tingkat politis tertinggi dan lintas sektor yang relevan  (“governance at the highest political levels and across all relevant sectors”)
  5. Tujuan diplomasi kesehatan global harusnya dapat mengatasi masalah tidak setaraan atau inequities dan juga menjamin keberlangsungan berbagai jenis pelayanan kesehatan yang terjangkau, efektif, efisien dan tersedia pada waktu yang diperlukan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.