Dark/Light Mode

Mengunjungi Tiga Kota di Negeri Tirai Bambu (1)

Shenzhen, Surganya Teknologi di China

Selasa, 5 November 2019 12:57 WIB
Robot buatan UBTECH yang bisa menari. (Foto Wahyu Suryani/RM)
Robot buatan UBTECH yang bisa menari. (Foto Wahyu Suryani/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kedutaan Besar China di Indonesia mengundang para pimpinan media dan think- thank mengunjungi tiga kota. Yaitu: Shenzhen, Wuhan dan Beijing di China, 27 Oktober-1 November 2019. Wartawan Rakyat Merdeka Wahyu Suryani berkesempatan mengikuti kegiatan itu. Berikut laporannya 

Kota yang pertama kami kunjungi adalah Shenzhen di Provinsi Guangdong. Kota ini terkenal dengan sebutan Silicon Valley-nya China. Disebut juga sebagai Ibu Kota Teknologi China, yakni tempat berkumpul- nya para raksasa teknologi.

Ada ZTE, Tencent dan UBTECH, perusahaan pembuat robot. Salah satu produk yang dikeluarkan perusahaan ini adalah robot Ironman. Selain itu, Shenzhen juga sebagai pusatnya Huawei, perusahaan peralatan telekomu- nikasi terbesar di China. Masuk ke Kota Shenzhen, di sepanjang jalan banyak berjejer toko-toko peralatan telekomunikasi. Paling banyak toko handphone. Ada banyak merek yang ditawarkan, Huawei, Oppo, Vivo hingga Apple.

Harganya ada yang mahal dan murah, tergan- tung spek dan jenis HP. Ada juga barang yang KW. Kata Tour Guide kami, barangnya hampir mirip dengan asli dan harganya murah banget. Biasanya ini yang diburu wisatawan yang datang ke Kota Shenzhen. Termasuk saya juga penasaran, hehehehe...Tapi sayang, kami tidak sempat melihat- lihat barang itu karena jadwalnya padat dan waktu yang sempit.

Baca juga : 7 Negara Imbau Warganya Hindari Lokasi Unjuk Rasa

Sebelum menjadi kota teknologi, Shenzhen merupakan kampung nelayan yang kumuh. Kota ini mulai berbenah sejak 1979 dan saat ini telah menjadi zona ekonomi khusus. Hebat loh, sekarang kita bisa lihat gedung-gedung pencakar langit di setiap sisi jalan. Kotanya juga tertata rapi. Tak ada polusi, karena sebagai besar kendaraan yang digunakan masyarakat setempat berbahan bakar listrik. Mobil, motor dan sepeda listrik. Sementara transportasi utama masyarakat adalah Metro. Kereta yang beroperasi di bawah tanah ini sangat efisien, bersih dan murah.

Sebagai kota yang sudah maju dan berbatasan dengan Hong Kong, Shenzhen membuka proyek bersama dengan Hong Kong dan Macau yang disebut Shenzhen Hong Kong Macau Greater Bay Area. Deputi Direktur Jenderal Uru-san Hong Kong dan Macau Pemerintah Kota Shenzhen, Zhao Zhiying, yang ditemui rombongan delegasi Indonesia mengatakan, sebelum terjadi protes di Hong Kong, Pemerintah Hong Kong telah melakukan banyak penelitian dan layanan.

Hong Kong perlu meningkatkan kolaborasi dan bisnisnya di Tanah Air (China) jika ingin memperbaiki status ekonomi dan kemakmurannya. Zhao mengaku, pemerin- tah pusat ingin pihaknya menyelaraskan peraturan dengan dua wilayah administrasi khusus lain, dengan harapan mempercepat pengembangan inovasi.

Shenzhen adalah kota administrasi Provinsi Guangdong. Pada saat yang sama, Shenzhen adalah zona ekonomi khusus. Meski Shenzhen berada di administrasi Provinsi Guangdong, namun masih memiliki banyak ruang untuk menerapkan kebijakan sendiri. Shenzhen telah melakukan pembelajaran. Kota ini menjadi ekonomi pasar. Pemerintah Shenzhen memiliki hubungan yang cukup baik dengan bisnis. Karena itu, kota ini berkomit- men untuk melatih kembali birokrasi guna menciptakan lingkungan yang ramah bisnis.

Baca juga : Wapres Buka World Zakat Forum Conference 2019

Akhir tahun lalu, banyak perusahaan swasta mengalami kemunduran dan pemerintah telah membantu mereka melewati masa-masa sulit. Dulu, Shenzhen masih kota kecil dengan 300.000 penduduk sehingga tidak memiliki kondisi yang cukup baik dalam hal pen- didikan dan kesehatan. “Kita masih sangat tertinggal di aspek-aspek itu dibanding negara-negara maju dan kota- kota lain. Tapi, dibandingkan dengan empat dekade lalu, kita bangga telah menempuh banyak jalan untuk mencapai seperti sekarang,” ucap Zhao.

Dikunjungi Wisatawan

Selain sebagai kota bisnis, Shenzhen juga menjadi salah satu tujuan wisata. Khususnya wisatawan asal Indonesia. Aksi demonstrasi di Hong Kong ternyata memberi keuntungan buat Shenzhen. Banyak wisatawan masih takut berkunjung ke Hong Kong dan mengalihkannya ke Shenzhen. 

Asin, Tour Guide yang menemani kami selama di Kota Shenzhen mengaku sekarang wisatawan asal Indonesia sudah banyak yang berkunjung ke Shenzhen. 40 tahun menjadi kota madya dan berbatasan dengan Hong Kong, tentu posisi kota ini sangat strategis.

Baca juga : Tangkap Kakak Perempuan Al Baghdadi, Pasukan Turki Berasa Nemu Tambang Emas

Banyak yang bisa dilihat wisatawan di sini. Ada China Folk Culture Village, yakni salah satu taman budaya yang di dalamnya ter- dapat bangunan-bangunan khas Cina dan taman-taman kecil beserta kebudayaannya. Seperti Green Lake, Wind Rain Bridge, Waterfall Cable Sliding, Yao Village, Drum Tower, Lamasery, Quadrangle Gallery, Impression of China dan lain-lain.

Selanjutnya, Dapeng Fortress, sebuah komplek benteng pertahanan, sebagai tempat perlindungan dari serangan bajak laut Jepang. Lalu ada Window of The World, sebuah taman yang di dalamnya terdapat tiruan bangunan ikon dari seluruh dunia. Ada Menara Eiffel, Menara Piza, Angkor Wat, Colosseum, Piramida, Sphinx, Candi Borobudur, juga Taj Mahal. Replika ikon-ikon tersebut dibuat dengan sangat detail, hingga mirip dengan aslinya. Tapi, lagi-lagi karena waktu yang sangat sempit, kami hanya sempat memasuki area Window of The World. ■ Bersambung

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.