Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika, Al Busyra Basnur

Babak Baru Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Ethiopia, Kekuatan Baru di Afrika Timur

Kamis, 20 Februari 2020 10:23 WIB
Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika, Al Busyra Basnur (Foto: Istimewa)
Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika, Al Busyra Basnur (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketika berbicara dalam suatu forum ekonomi di Jakarta, yang dihadiri pengusaha Indonesia tahun lalu, beberapa sahabat pengusaha mengatakan jujur kepada saya, bahwa mereka belum begitu tertarik melakukan kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika. Termasuk, Ethiopia.

Lebih ekstrim, mereka berkata, mendengar kata Afrika saja mereka “lemas”. Apalagi, untuk melakukan kerja sama ekonomi. Terutama, perdagangan.

Hal ini sungguh semata disebabkan karena pengetahuan banyak sahabat pengusaha Indonesia terhadap Afrika, terutama di bidang ekonomi masih sangat terbatas.

Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap Ethiopia, masih tak jauh beda dengan kondisi pada 1984-1985. Saat terjadi kemiskinan absolut menuju kematian massal, akibat kelaparan dan penyakit merajalela.

Bencana kemanusiaan itu melumpuhkan bangsa dan sumber utama pembangunan nasional Ethiopia. Akibatnya, masyarakat internasional ramai mengulurkan bantuan kemanusiaan kepada Ethiopia, Sudan, dan sejumlah negara lain Afrika.

Lagu “We are the World” (1985) yang ditulis Michael Jackson dan Lionel Richie serta lagu nestapa “Ethiopia” (1984) oleh Iwan Fals, dikenal sangat luas pada masa itu.

Baca juga : Dubes Al Busyra Basnur Luncurkan Indonesia-Ethiopia Business Connect di Jakarta

Namun, berbagai tamu yang saya terima selama hampir satu tahun bertugas di Ethiopia - seperti pejabat pemerintah, akademisi, pengusaha, wartawan, tokoh pemuda, mahasiswa, dan professional, baik dari pusat maupun daerah - mengaku salah persepsi menilai Ethiopia. Terlebih, setelah mereka melihat perkembangan dan kemajuan terkini Ethiopia, terutama ibu kota Addis Ababa.

Bersama beberapa kota lain di Ethiopia, Addis Ababa tumbuh dan berkembang pesat. Bangunan menjulang tinggi tumbuh bagaikan jamur di setiap bagian kota. Jalan-jalan tol merambah luas. Dengan penduduk 4,6 juta jiwa, Addis Ababa dijuluki “Capital of Africa” karena di sini bermarkas African Union, organisasi 55 negara Afrika.

Selain itu, di kota ini juga terdapat banyak lembaga dan organisasi regional dan internasional lain. Termasuk, United Nations Economic Commission for Africa (UNECA).

Suhu kota yang terletak 2.200 meter di atas permukaan laut ini berkisar 8 - 25 derajat Celcius.

Geliat Afrika

Refleksi di atas, memperlihatkan potensi kerja sama antar bangsa - terutama pengusaha Indonesia dan Afrika, khususnya Ethiopia - memerlukan upaya ekstra, menyeluruh, terkini dan berkelanjutan.

Baca juga : Dubes Al Busyra Basnur Bagi-bagi Tips Masuk Pasar Ekonomi Ethiopia

Karena itu, berbagai elemen pemerintah dan non-pemerintah perlu melakukan rangkaian kegiatan ekstra diplomasi yang lebih terfokus dan menyentuh masyarakat luas, khususnya diplomasi ekonomi.

Presiden Joko Widodo telah mengimbau pengusaha Indonesia dan menginstruksikan seluruh Duta Besar RI di luar negeri untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dengan negara-negara sahabat.

Terhadap Afrika, Presiden Joko Widodo mengatakan pentingnya upaya-upaya meningkatkan hubungan politik yang sudah terjalin sejak 1955, menuju kerja sama ekonomi yang konkret melalui promosi investasi, mengurangi hambatan perdagangan, dan meningkatkan kerja sama teknik.

Sejak lebih dari 20 tahun lalu, Afrika yang berpenduduk 1.216 miliar, menjadi pusat perhatian berbagai bangsa dan negara di dunia karena memiliki potensi dan perkembangan ekonomi yang sangat besar. Sedang menggeliat.

African Economic Outlook 2020 – yang peluncurannya saya hadiri belum lama ini di sela-sela KTT Uni Afrika di Addis Ababa - memperkirakan pertumbuhan ekonomi Afrika tahun 2020 tetap stabil pada angka 3,9 persen. Sementara pada 2021, naik 4,1 persen.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara Afrika tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi di dunia.

Baca juga : Al Busyra Basnur Pidato di Depan 200 Mahasiswa Ethiopia

Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat, tahun 2019 seperti juga tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi beberapa negara Sub-Sahara Afrika tercepat di dunia, yaitu Ethiopia, Rwanda, Ghana, Cote d’Ivore, Senegal, Benin, Kenya, Uganda dan Burkina Faso.

Indonesia memiliki hubungan historis penting dan erat dengan negara-negara Afrika. Asian African Conference di Bandung 18-24 April 1955, menjadi awal semua kekuatan pemikiran bersama antar bangsa, suatu semangat dan komitmen yang tak bisa ditawar menjadi fondasi perjalanan hubungan Indonesia – Afrika.

Hubungan itu kemudian diperkuat oleh Asian African Summit 2005, Asian African Conference Commemoration Indonesia 2015, Indonesia Africa Forum 2018, Indonesia Africa Maritime Dialogue 2019 dan Indonesia Africa Infrastructure Dialogue 2019.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.