Dark/Light Mode

Lockdown Total, India Rusuh

Ngeri Kan, Kalau Begini...

Senin, 30 Maret 2020 12:34 WIB
Warga India ramai-ramai  mudik meninggalkan Ibu Kota New  Delhi,  kemarin. Karena  jalur  transportasi  ditutup,  mereka  memilih  jalan  kaki.  mereka  takut  kelaparan  jika  terus tinggal di ibu kota. (Foto: Reuters)
Warga India ramai-ramai mudik meninggalkan Ibu Kota New Delhi, kemarin. Karena jalur transportasi ditutup, mereka memilih jalan kaki. mereka takut kelaparan jika terus tinggal di ibu kota. (Foto: Reuters)

RM.id  Rakyat Merdeka - Lockdown total yang dipilih India tak berjalan mulus. Kerusuhan mulai muncul di berbagai wilayah India. Ribuan warga ramai-ramai pulang kampung. Rebutan naik bus, kereta, truk, hingga nekad jalan kaki ratusan kilometer. Akibatnya banyak yang telantar di jalanan, pingsan karena kelelahan. Ngeri kan, kalau sudah begini.

Sampai kemarin (29/3), total kasus positif Covid-19 di India mencapai angka 979 orang, 25 orang meninggal. Agar korban tidak terus bertambah, pemerintah India mengambil kebijakan lockdown total. Kebijakan ini berlaku selama 21 hari, mulai Rabu (25/3) hingga 14 April.

Namun, kebijakan lockdown ini sangat berdampak pada kelompok miskin. Jutaan buruh yang bekerja di kota-kota besar di India, kehilangan pekerjaan.

Ketimbang mati kelaparan, buruh memilih pulang kampung karena tak bisa makan di kota. Mereka mudik bersama keluarga dengan berkerumun di terminal bus. Jumlah bus yang beroperasi sangat terbatas karena kebijakan lockdown.

Transportasi lainnya seperti kereta api, tak cukup bisa menampung. Kerumunan warga tak bisa dihindari. Tujuan memutus penyebaran, malah membuat ribuan buruh ini rentan menjadi korban Covid-19.

Baca juga : Menperin Minta Industri Bantu Perangi Corona

Selain transportasi umum, truk terbuka juga jadi sasaran. Warga miskin yang ingin mudik, ramai-ramai mencegat truk. Warga yang nggak kebagian tumpangan, tetap lanjutkan perjalanan. Beramai-ramai, mereka berjalan kaki ratusan kilomoter dari Kota Delhi ke kampung halamannya di Madhya Pradesh.

Akibatnya, banyak yang pingsan karena kelelalahan. “Bagaimana kita bisa makan jika kita tidak menghasilkan uang. Kami bisa bertahan hidup selama 3 sampai 4 hari kemarin. Namun, tidak untuk 21 hari,” kata Ram Bhajan Nisar, warga yang memutuskan mudik dengan jalan kaki bersama istri dan dua anaknya.

Untuk diketahui, India memiliki sekitar 100 juta pekerja kasar dan berkemampuan rendah yang mencari nafkah di kota-kota besar seperti New Delhi dan Mumbai. Mereka datang dari desa-desa miskin.

Kementerian Dalam Negeri India menyerukan setiap negara bagian memberikan makanan dan tempat bernaung kepada butuh yang rehat di sepanjang jalan tol.

Pemerintah Uttar Pradesh, yang berbatasan dengan New Delhi juga mengirim armada bus umum dan pribadi dengan kapasitas 52 ribu orang di perbatasan Delhi. Tak hanya bagi buruh kasar di kota besar, lockdown juga bikin panik warga India lainnya.

Baca juga : Malaysia Lockdown Hari Ini, Singapura Ketularan Paniknya

Dilansir AFP, Minggu (29/3/2020), setelah PM India Narendra Modi mengumumkan kebijakan lockdown total, warga Delhi dan Mumbai berbondong-bondong memadati toko dan apotek. Memborong bahan pokok. Rak-rak toko-toko di kota-kota besar New Delhi dan Mumbai, kosong.

Tenaga kesehatan dan peralatan pelindung diri untuk tenaga medis juga, mulai kewalahan dan kekurangan. Misalnya ventilator, saat ini hampir 100.000 alat tersebut telah digunakan untuk pasien kritis. Kebutuhan akan ventilator masih banyak, sekitar 70 ribu buah lagi.

Tak sampai di situ. Lockdown juga menyebabkan penutupan layanan kesehatan. Akibatnya, pasien penyakit lain keleleran tanpa perawatan memadai. Associate Professor di Institut Manajemen India Ahmedabad, Reetika Khera mengkritik keputusan PM Modi.

Kata dia, lockdown total hanya menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. Polisi juga disebut Reetika salah menangani lockdown dan banyak melakukan kekerasan. Apalagi, lockdown yang diberlakukan di India benar-benar total. Warga tidak boleh keluar rumah sama sekali. Bagi yang ketahuan keluyuran di jalanan, dibentak, disuruh push up, hingga dipukul polisi India.

Sebelumnya, pada Selasa (24/3), PM Modi mengumumkan pemberlakuan lockdown secara nasional. “Seluruh negara akan di-lockdown. Lockdown total,” kata Modi dalam pidatonya yang disiarkan di televisi, dikutip AFP.

Baca juga : Lockdown Tak Pengaruhi Suplai Makanan Singapura-Malaysia

Dalam pernyataan di radio Mann Ki Baat, Modi meminta maaf. Namun, ditegaskannya, hanya kebijakan ini yang bisa menyelamatkan mereka dari wabah virus corona.

“Masyarakat pasti berpikir saya PM macam apa. Tapi lockdown hanya solusi satu-satunya. Saya minta maaf karena cara ini memberi kesulitan bagi hidup Anda, terutama bagi rakyat miskin. Saya mengerti jika kalian marah pada saya,” kata Modi dikutip dari NDTV, kemarin.

“Saya percaya kalian akan memaafkan saya. Saya harus mengambil keputusan serius yang membuat Anda tidak nyaman saat ini,” tambah Modi. Modi mengingatkan, panic buying hanya akan menyebarkan virus Corona. Dia memastikan pasokan di India cukup.

Untuk menghindari terjadinya kelaparan di tengah kekacauan ini, pemerintah India telah mengumumkan adanya paket stimulus fiskal sebesar 22,6 miliar dollar AS. Anggaran tersebut untuk menyediakan bantuan tunai langsung dan pemberian makanan kepada warga miskin India. Namun, solusi itu tidak menawarkan kejelasan tentang rencana masa depan negara tersebut. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.