Dark/Light Mode

Remehkan Pekerja Lokal Kita

China Kurang Ajar

Jumat, 26 Juni 2020 05:30 WIB
Konselor Bidang Ekonomi dan Bisnis Kedubes China untuk Indonesia Wang Liping (Foto: Istimewa)
Konselor Bidang Ekonomi dan Bisnis Kedubes China untuk Indonesia Wang Liping (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah munculnya gelombang protes warga Kendari atas datangnya ratusan buruh China, pihak China justru mengeluarkan pernyataan yang benar-benar kurang ajar. Mereka berani meremehkan pekerja lokal kita. Negeri Tirai Bambu itu menyebut, pekerja lokal Indonesia kurang terampil. Makanya, wajar kalau gajinya lebih rendah dari pekerja mereka. 

Sikap meremehkan itu keluar dari mulut Konselor Bidang Ekonomi dan Bisnis Kedubes China untuk Indonesia Wang Liping, saat video teleconference bersama wartawan, Rabu, (24/6). "Pekerja Tiongkok kebanyakan merupakan pekerja terampil dan manajemen teknis. Sementara pekerja lokal kebanyakan kurang terampil dan cuma pekerja biasa. Maka, gaji pekerja Tiongkok lebih tinggi," ujar Wang menjelaskan alasan perbedaan gaji antara pekerja asal negaranya dengan pekerja lokal. 

Wang mengklaim, perusahaan China di Indonesia mencoba terlebih dahulu untuk mencari pekerja lokal pada tiap proyek kerja sama. "Kalau kurang SDM dan tidak bisa memenuhi kebutuhan perusahaan, baru didatangkan pekerja Tiongkok," imbuhnya. 

Baca juga : Demokrat Sesalkan Kedatangan 156 TKA China di Kendari

Dia pun meminta pekerja lokal tak perlu khawatir. Dia memastikan, pekerja China akan melakukan transfer teknologi saat bekerja di sini. Dengan begitu, pekerja lokal bisa mendapatkan keterampilan tambahan. Ujungnya, pekerja lokal bisa juga mendapatkan gaji yang besar sesuai kompetensinya. "Dengan upaya transfer teknologi, pekerja Indonesia akan mendapat keterampilan kuat dan bisa mendapat gaji lebih besar," tuturnya. 

Wang juga mengklaim, kontrak yang diberikan untuk para pekerja China cenderung pendek. Khususnya, yang mengatasi masalah teknis. Sementara, yang menetap lama adalah pekerja yang mentransfer teknologi. "Kalau transfer teknologi selesai dan proyek stabil, mereka akan pulang," tandasnya. 

Tiga pekan lalu, Wang juga sempat mengungkapkan perbedaan gaji antara pekerja China dengan pekerja lokal. Wang menyebutkan, pekerja China bisa digaji 30 ribu dolar AS per tahun di Indonesia atau setara Rp 427 juta. Ini di luar biaya penerbangan internasional dan akomodasi yang ditanggung perusahaan. Sementara itu, pekerja lokal cuma digaji 10 persennya. Sama seperti pernyataannya Rabu kemarin, Wang menjelaskan, perbedaan gaji itu disebabkan perbedaan kompetensi. 

Baca juga : Menteri LHK Apresiasi Kerja Nyata Anak Pejuang Lingkungan

TKA asal China, katanya, kebanyakan menduduki jabatan manajerial selain tenaga ahli dan terampil. Hal itu karena Indonesia dinilai belum mampu menyediakan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan perusahaan terkait. Dengan demikian, meski biayanya tinggi investor China memutuskan mengambil tenaga terampil dari negaranya. 

Pernyataan Wang itu dianggap menghina dan merendahkan martabat pekerja lokal. Ekonom senior Rizal Ramli terlihat amat jengkel dengan pernyataan itu. “Pernyataan ini tidak sepenuhmya benar dan agak kurang ajar dari seorang Dubes. Kok segitu beraninya?” ucapnya di akun Twitter @RamliRizal.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon juga tampak kesal. "Tak pakai diplomasi, suara dari Kedubes RRC ini sangat merendahkan pekerja Indonesia," cuit Fadli lewat akun @fadlizon di Twitter. 

Baca juga : Terapkan Protokol Kesehatan, Gus Jazil Minta Kemenag Turun Tangan Bantu Pesantren

Anggapan serupa juga dilontarkan Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar. Menurutnya, pernyataan resmi pihak Kedubes China tersebut bisa merusak hubungan kedua negara. "Sudah hampir 75 tahun Indonesia merdeka, mitra Indonesia (seperti) Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan lain-lain tidak pernah merendahkan pekerja Indonesia. Hanya Dubes China yang hina pekerja kita," kicaunya di akun Twitter pribadinya @musniumar.

Pada Selasa malam (23/6), gelombang pertama pekerja China mendarat di Bandara Haluoleo Kendari, Sulteng. Ada 152 pekerja plus empat tenaga medis dalam gelombang pertama itu. Kedatangan para pekerja China ini disambut demonstrasi penolakan oleh warga setempat. Demonstrasi yang berlangsung sejak Selasa siang hingga Rabu dini hari berujung ricuh. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.