Dark/Light Mode

Konferensi Tingkat Tinggi Pelecehan Seksual Digelar Vatikan

Cerita Duka Korban Pelecehan Seksual Oknum Gereja

Jumat, 22 Februari 2019 19:54 WIB
Paus Fransiskus membuka KTT Pelecehan Seksual di Vatikan. (Foto Associated Press)
Paus Fransiskus membuka KTT Pelecehan Seksual di Vatikan. (Foto Associated Press)

RM.id  Rakyat Merdeka - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pelecehan Seksual berlangsung di Vatikan pada 21 hingga 24 Februari. Langkah ini menyusul maraknya pengaduan terkait pelecehan seksual di gereja. Paus Fransiskus menuntut nantinya ada hasil konkret. Sekitar 200 petinggi gereja yang hadir berharap ada panduan untuk menghadapi kasus seperti ini.

Dilansir Associated Press, berawal dari laporan seorang wanita Afrika yang mengaku dilecehkan pasturnya selama puluhan tahun dan dipaksa menggugurkan tiga kandungannya,  makin banyak laporan mengenai pelecehan yang dilakukan oknum gereja. Paus Fransiskus menganggap kasus ini sebagai momok merusak kepercayaan publik pada pengurus gereja dan juga merusak kesucian tugas para pastur dan kardinal. Lalu, Paus memutuskan menggelar KTT tersebut.

"Anda adalah penjaga hati, jiwa, tapi sayangnya anda juga bisa berubah menjadi pembunuh dan perusak moral dan keyakinan," ujar penyintas asal Chile, Juan Carloz Cruz. Dia adalah salah satu perwakilan korban pelecehan seksual dari lima benua. Dia tegar mengungkapkan kisah dukanya di hadapan para uskup dan petinggi gereja.

Seorang penyintas lain dari Afrika tak mau menyebutkan namanya. Pengalamannya tak kalah menyedihkan. Dia bercerita sangat mempercayai pasturnya. Namun, kepercayaannya dinodai. Pastur itu memperkosanya di usia yang masih sangat belia. Dia bahkan tidak tahu sedang dilecehkan.

Baca juga : Kemenkes Segera Dirikan Tenda Reproduksi Bagi Korban Tsunami

"Dia memberiku apapun asal saya membiarkannya berhubungan seks dengannya. Jika tidak, dia akan memukul saya. Saya hamil tiga kali dan dipaksa aborsi tiga kali. Karena dia tidak mau menggunakan alat kontrasepsi," ujar penyintas itu.

Kardinal dari Manila, Filipina, Luis Tagle mengatakan, dia  sangat terluka mendengar pengakuan para penyintas. Dia meminta rekan-rekannya untuk tidak menutup mata pada kejahatan itu. "Minimnya respons kita hanya membuat luka para korban makin dalam," ujar Tagle.

Uskup Charles Scicluna mengusulkan tahapan bagaimana untuk menyelidiki kasus pelecehan seksual tanpa melanggar hukum gereja. Menurut Sclicuna, para uskup dapat bekerja sama dengan petugas kepolisian agar perilaku kejahatan pelaku pelecehan tidak menyebar sampai ke masyarakat luas.

"Korban punya hak mencari perlindungan ke gereja dan mendapatkan tuntunan untuk menghilangkan trauma," ujarnya.
Dia menegaskan, dosa bagi mereka yang "berdiam dan bungkam" mengenai kasus pelecehan yang terjadi di sekililing mereka.
Misalnya kasus pastur Theodore McCarrick. Sudah menjadi rahasia umum bahwa McCarrick meniduri petugas gereja muda. Gelarnya akhirnya dicabut, dan diadili sebagai pelaku kejahatan seksual.

Baca juga : Trump Klaim Pangkas Jobless Turunan Afrika

Paus Francis menawarkan 21 poin jalan keluar untuk mencegah, menyelidiki dan menangani perkara pelecehan seksual yang diduga dilakukan sejumlah pemuka Gereja Katolik. Dia menyatakan tidak ingin hal itu berlanjut. "Dengarkan permintaan tolong anak-anak muda di sana. Mereka meminta keadilan. Tuhan mengawasi dan akan mengutuk pelaku. Kita harus mengambil langkah tegas," ujar Paus Francis.

Meski setelah 30 tahun skandal pelecehan gereja di Irlandia terkuak, dan kasus lain bermunculan, masih banyak gereja dan jemaat yang dipaksa untuk bungkam mengenai pelecehan seksual ini. Paus pun muak, terlebih lagi setelah dia menemukan kasus serupa terjadi di negara kelahirannya, Chile.

Kardinal dari Kolombia Ruben Salazar Gomez menegaskan,"siapapun oknum di gereja yang tega melakukan pelecehan sudah sepatutnya dijebloskan ke penjara." Banyaknya kasus pelecehan seksual di lingkungan gereja membuat Katolik Roma mendapat tekanan untuk membuka nama-nama terduga pelaku pelecehan dan transparansi pemberian hukuman.

"Masalahnya, gereja tetap memberi tempat bagi para pedofil. Padahal mereka harusnya segera dibawa ke polisi dan mendapat hukuman secara normal. Kejahatan ini tidak ada hubungannya dengan agama," ujar anggota advokasi penyintas Italia Francesco Zanardi.

Baca juga : Barbershop Vietnam Gratiskan Potong Rambut Ala Trump & Kim Jong Un

Di Polandia, ada gerakan protes dan aksi merobohkan patung pastur yang diketahui sebagai pelaku kejahatan seksual. Aksi ini juga sebagai bentuk protes kepada kepolisian setempat menindak kasus pelecehan tersebut. [DAY]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.