Dark/Light Mode

Turut Dibantu Oleh Peran Besar Media

Selandia Baru Sukses Hadapi Corona

Senin, 27 Juli 2020 21:26 WIB
Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya (kanan) dan istri, Dewi Handayani, bersama Perdana Menteri Jacinda Ardern (Foto: Koleksi Pribadi)
Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya (kanan) dan istri, Dewi Handayani, bersama Perdana Menteri Jacinda Ardern (Foto: Koleksi Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah gempuran wabah Covid-19, tidak hanya tim medis yang berperan penting di garis terdepan dalam melawan virus. Media juga. Khususnya dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat luas. Hal ini terbukti di Selandia Baru.

Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya mengatakan, keberhasilan negara yang dipimpin Perdana Menteri Jacinda Ardern ini, tak terlepas dari peran media mainstream.

Dalam diskusi sore bertajuk "Tangan Besi Negeri Kiwi Tangani Pandemi" pada Senin petang (27/7), Dubes Tantowi menyebut, ada perbedaan yang mencolok peran media di Selandia Baru. Perbedaan ini bisa dibandingkan dengan Indonesia.

Baca juga : Cuma Penumpang Yang Bisa Sembuhkan Garuda

"Salah satu perbedaan yang sangat mencolok adalah 70 persen orang Selandia Baru masih membaca koran. Artinya mayoritas mendapatkan informasi yang sudah terverifikasi dari media-media mainstream," ujanya. Hal ini berbeda dengan Indonesia. Karena rakyatnya masih saja hobi berbagi informasi hoaks. Tanpa mengecek ulang keabsahan berita.

Tapi, jelas Dubes Tantowi lagi, bukan berarti warga Negeri Kiwi tidak main sosmed. Meski sosmed tetap digandrungi warga Selandia Baru, lanjutnya, masyarakat di sana tetap bersikap positif, dengan hanya mempercayai informasi dengan sumber yang jelas, sehingga hoaks mudah ditangkal.

"Dengan begitu, pemerintah sangat mudah menyampaikan informasi kepada masyarakat. Terlebih jumlah media arus utama Selandia baru pun relatif tidak terlalu banyak," jelas Dubes Tantowi.

Baca juga : Di Tengah Pandemi, BNI Mudahkan Ekspor

"Komunikasi pemerintah dan rakyat sangat lancer. Penyimpangan informasi sangat minim. Karena masyarakat tidak menggantungkan diri pada informasi sosial media yang tidak terverifikasi," imbuhnya.

Di samping itu, komunikasi antar lembaga pemerintah juga berlangsung baik dan dekat. Pihak pemerintah mengeluarkan kebijakan secara tegas melalui satu pintu. Kolaborasi pemangku kepentingan, yakni pemerintah, parlemen, serta media juga dijalankan dengan solid, menurut pengamatan Tantowi.

Seperti diketahui, Selandia Baru mendapatkan apresiasi dunia atas upaya penanggulangan wabah di wilayah itu. Khususnya dengan persiapan dan kesigapan dalam menutup perbatasan, serta memberlakukan karantina wilayah atau lockdown.

Baca juga : Ini Pilot Inggris Yang Jadi Simbol Sukses Vietnam Lawan Corona

Kasus Covid-19 pertama muncul di Selandia Baru pada 28 Februari. Dalam waktu sekitar satu bulan, pemerintah sudah menerapkan pembatasan sosial secara bertingkat. Hingga akhirnya, saat ini mulai melonggarkan peraturan tersebut, karena jumlah kasus baru terus menurun.

Dengan sekitar lima pekan karantina wilayah, Selandia Baru dapat menjaga jumlah kasus infeksi akibat virus corona itu dalam angka yang relatif rendah dibandingkan negara-negara lain di seluruh dunia. Yakni 1.499 kasus positif dengan 21 kematian dan 1.433 kesembuhan. (DAY)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.