Dark/Light Mode

Waspadai Turki, Yunani Tingkatkan Kemampuan Militer

Selasa, 8 September 2020 12:23 WIB
Yunani, Italia, Siprus dan Prancis menggelar latihan militer gabungan di Laut Mediterania, mewaspadai ancaman Turki. [Foto: Kementerian Pertahanan Yunani via Associated Press]
Yunani, Italia, Siprus dan Prancis menggelar latihan militer gabungan di Laut Mediterania, mewaspadai ancaman Turki. [Foto: Kementerian Pertahanan Yunani via Associated Press]

RM.id  Rakyat Merdeka - Yunani menyatakan akan meningkatkan kemampuan militernya dengan persenjataan baru, pasukan, dan pengembangan industri pertahanannya. Hal ini dilakukan sebagai respon terkait ketegangan dengan negara tetangganya, Turki.

Ketegangan menyangkut wilayah perbatasan baru-baru ini memicu kekhawatiran akan terjadinya konflik terbuka antara sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) itu.

Saat ini, Turki terlibat perselisihan dengan Yunani dan Siprus menyangkut hak eksplorasi minyak dan gas di laut Mediterania timur. Yunani dan Turki bahkan sama-sama mengerahkan angkatan laut dan udaranya dalam mengklaim di wilayah tersebut.

"Turki hampir setiap hari mengeluarkan ancaman perang dan membuat pernyataan provokatif terhadap Yunani. Kami menanggapi dengan kesiapan politik, diplomatik dan operasional, dan akan melakukan apapun yang diperlukan, demi melindungi hak kedaulatan kami," kata Juru Bicara Pemerintah Yunani, Stelios Petsas, dikutip kantor berita Al Jazeera Senin (8/9/2020) waktu setempat.

Baca juga : Polda Bali Tangkap Buronan Kasus Pajak Rp 14 Miliar

Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, ujar Petsas, akan mengumumkan rincian rencana peningkatkan kemampuan militer Yunani pada pidato ekonomi tahunan Sabtu (12/9/2020) mendatang. "Kami sudah menghubungi negara-negara sahabat untuk memperkuat angkatan bersenjata kami," katanya lagi.

Pekan lalu, Yunani sudah menganggarkan 2,5 miliar euro (2,96 miliar dollar AS) dalam lelang obligasi, terkait upaya negara itu meningkatkan pengeluaran militer dan mengumpulkan dana untuk bisnis yang terkena pandemi virus corona.

Media Yunani melaporkan, belanja militernya mungkin termasuk untuk membeli jet tempur Rafale buatan Prancis dan setidaknya satu fregat Prancis. Mitsotakis, lanjut Petsas, juga akan bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron Kamis (10/9/2020) lusa, di sela pertemuan dengan negara-negara Mediterania Uni Eropa di Corsica, Prancis.

Seperti diketahui, Sabtu (5/9/2020) lalu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Yunani agar melakukan dialog terkait sengketa klaim teritorial di kawasan Mediterania timur. Bila tidak, Yunani harus menghadapi konsekuensinya. "Mereka akan memahami bahasa politik dan diplomasi, atau di lapangan dengan pengalaman menyakitkan," katanya.

Baca juga : IAEA: Iran Tingkatkan Bahan Nuklir

Menanggapi hal ini, Senin (7/9/2020) kemarin Menteri Luar Negeri Yunani, Nikos Dendias menyatakan, Turki adalah satu-satunya negara kawasan yang mengancam tetangganya dengan perang.

Berbicara setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Malta, Evarist Bartolo saat berkunjung ke Yunani, Dendias mengatakan, Yunani selalu siap berdialog dengan Turki, selama dialog itu berdasarkan hukum internasional. Namun negaranya tak bisa menerima bila dialog itu dilakukan disertai ancaman.

Sejak pertengahan 1970-an, sebenarnya Yunani dan Turki nyaris berada di ambang perang tak kurang dari tiga kali. Salah satunya, terkait konflik hak eksplorasi di Laut Aegea.

Namun perselisihan kali ini meningkat, ketika Turki mengirim kapal penelitian seismik Oruc Reis untuk mencari cadangan minyak dan gas di kawasan antara Siprus dan Pulau Kreta, Yunani, dengan dikawal kapal perang. Padahal, wilayah ini juga diklaim Yunani sebagai wilayahnya. Yunani pun kemudian mengirim kapal perangnya ke daerah itu untuk bersiaga.

Baca juga : Hari Jadi Polwan, Kapolri Anugerahkan Pin Emas dan Perak

Menyikapi ketegangan ini, para pemimpin Uni Eropa menyatakan akan memutuskan pendekatan ke Turki pada 24-25 September mendatang. Kemungkinan, juga akan ada sanksi yang dijatuhkan terhadap Turki.

Sementara ketegangan dengan Siprus, juga dilatari sejarah, dengan terbaginya antara Siprus Selatan yang juga anggota Uni Eropa --dengan bahasa resminya menggunakan bahasa Yunani dan Turki. Sementara Republik Turki Siprus Utara, adalah negara republik yang secara de facto merdeka. Meski tak ada negara lain di dunia yang mengakui kedaulatannya kecuali hanya Turki, yang menduduki daerah itu pada 1974.

Pada 1975, negara ini diproklamasikan dengan perubahan nama Republik Turki Siprus Utara pada 1983. Nama tersebut masih digunakan hingga kini.

Terkait ketegangan saat ini, militer Turki pada Minggu (6/9/2020) lalu malah telah memulai latihan militer tahunannya di Republik Siprus Utara. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.