Dark/Light Mode

IAEA: Iran Tingkatkan Bahan Nuklir

Sabtu, 5 September 2020 15:39 WIB
Teknisi Iran bekerja di fasilitas baru yang memproduksi uranium. [Foto File: Vahid Salemi / AP]
Teknisi Iran bekerja di fasilitas baru yang memproduksi uranium. [Foto File: Vahid Salemi / AP]

RM.id  Rakyat Merdeka - Iran ternyata terus meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya, dengan melanggar batasan yang ditetapkan dalam Kesepakatan Nuklir 2015 (JCPOA). Dikutip kantor berita Al Jazeera, temuan terbaru ini diungkap oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Namun, bunyi laporan dokumen yang didistribusikan ke negara-negara anggota IAEA itu, Iran dinilai mulai menyediakan akses ke beberapa tempat, di mana negara itu diduga telah menyimpan, atau menggunakan bahan nuklir yang tidak diumumkan.

Bahkan, persediaan uranium yang diperkaya Iran, sekarang berada lebih dari 10 kali batas yang ditetapkan dalam Kesepakatan Nuklir 2015. Pada 25 Agustus, Iran telah menimbun 2.105,4 kg (4.641,6 pon) uranium yang diperkaya rendah. Dalam laporan pada 20 Mei, bertambah 1.571,6 kg (3.464,8 pon).

Baca juga : OJK Mainkan Banyak Jurus

IAEA juga melaporkan, Iran terus memperkaya uranium hingga kemurnian 4,5 persen, lebih tinggi dari 3,67 persen yang diizinkan berdasarkan JCPOA.

Padahal, pada 2015 Iran menandatangani kesepakatan nuklir dengan sejumlah negara, yaitu Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Inggris, China, dan Rusia. Kesepakatan itu disebut dengan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Di situ disepakati, Iran hanya boleh menyimpan persediaan 202,8 kg (447 pon) uranium. Kesepakatan itu juga menjanjikan insentif ekonomi bagi Iran sebagai imbalannya.

Namun pada 2018, Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Amerika Serikat (AS) keluar dari kesepakatan tersebut. Alasannya, kesepakatan itu mesti dirombak ulang.

Baca juga : Suramnya Dunia Penegakan Hukum

Sejak itu, Iran secara perlahan meningkatkan uraniumnya. Hal itu dilakukan, sebagai upaya menekan negara-negara yang masih ada dalam JCPOA, agar mau meningkatkan insentif guna mengimbangi sanksi baru AS yang melumpuhkan ekonomi Iran.

Namun, negara-negara tersebut, Jerman, Prancis, Inggris Raya, China, dan Rusia tetap menilai, meski Iran telah melanggar banyak kesepakatan, kesepakatan mesti diteruskan. Karena Iran dinilai tetap memberikan akses kepada IAEA untuk memeriksa fasilitas nuklirnya.

Terakhir, pekan lalu, dikutip kantor berita Agence France-Presse (AFP), Iran bahkan mengumumkan akan mengizinkan akses kepada IAEA untuk mengambil sampel lingkungan yang mereka butuhkan. Sampel tersebut akan dianalisis di laboratorium.

Baca juga : Hidayat Ingatkan Jasa Besar Ulama Dan Umat

Laporan itu melanjutkan, pemeriksaan ke Iran akan dilakukan pada September 2020, pada tanggal yang telah disepakati dengan Iran. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.