Dark/Light Mode

Final Young Composers Meeting ke-25,

Komponis Muda Indonesia Pukau Publik Belanda

Senin, 4 Maret 2019 15:16 WIB
Komponis muda Indonesia dalam acara Final Young Composers Meeting ke-25,di Pusat Budaya Gigant, Apeldoorn, Belanda, Jumat (1/3). (Foto: KBRI Den Haag)
Komponis muda Indonesia dalam acara Final Young Composers Meeting ke-25,di Pusat Budaya Gigant, Apeldoorn, Belanda, Jumat (1/3). (Foto: KBRI Den Haag)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tepuk tangan meriah memenuhi Ruang Utama Pusat Budaya Gigant di Apeldoorn, Belanda, mengakhiri lantunan musik yang dibawakan oleh Orkest Ereprijs dalam Malam Final Young Composers Meeting ke-25, Jumat (1/3) malam waktu setempat. Komposisi kontemporer tersebut merupakan karya Nursalim Yadi Anugerah, pemenang penghargaan utama “Ereprijst” tahun 2018. 

Yadi menerima komisi untuk menggubah suatu karya untuk orchestra (ensemble) tanpa vokal berdurasi 10 menit untuk ditampilkan dalam malam final tersebut. Gubahan Yadi yang berjudul “Risalah Waktu”, menonjolkan nada dan frekuensi dari berbagai jenis gong, yang merepresentasikan waktu dan medium manusia untuk berkomunikasi dengan Sang Khalik.

Nursalim Yadi Anugerah, peraih Ereprijst 2018. (Foto: KBRI Den Haag)

Tak cuma Yadi yang tampil apik. “Suling Teu Silung”  karya komponis Hilmi Righa Mahardika, yang terinspirasi dari musik tradisional suling bambu Jawa Barat, juga  memukau para penonton. Hilmi adalah satu dari 16 peserta yang terpilih dari 174 pendaftar, untuk mengikuti 25th Young Composers Meeting di Apeldoorn, Belanda pada 24 Februari s.d 1 Maret 2019. 

Baca juga : Menperin: Kontribusi Manufaktur Indonesia Tembus 5 Besar Dunia

"Saya sangat beruntung, bisa masuk dalam seleksi dan diberi kesempatan untuk mendapatkan pelatihan bersama 15 peserta lainnya dari berbagai negara. Selain banyak mendapat pelatihan dari para komponis senior, saya juga banyak mempelajari perbedaan gaya dari masing-masing komponis," ujar Hilmi dalam keterangan tertulis yang dikirim KBRI Den Haag, Senin (4/3). 

"Saya ingin serius mendalami musik kontemporer, karena komponis musik kontemporer di Indonesia masih sedikit jumlahnya," imbuh Hilmi.

Yadi sebagai penerima penghargaan utama tahun lalu, juga menyampaikan harapannya, agar lebih banyak komponis muda berbakat Indonesia yang dapat mengikuti program ini. Baginya, keikutsertaan di tahun 2018 telah membuka wawasan dalam menggubah lagu. Terutama, dalam proses latihan dan komunikasi dengan para pemain orkestra yang berbeda dari di Indonesia. 

Baca juga : Terus Meningkat, Cadangan Devisa Indonesia

Yadi yang didukung Barbara Brouwer, istri mendiang penyair Sitor Situmorang dalam partisipasi tahun lalu, kini telah berhasil memperluas jejaring di dunia musik kontemporer internasional. Dia pun telah banyak diminta untuk menggubah lagu.

"Semoga, lebih banyak lagi komponis muda Indonesia maupun penyair muda Indonesia, yang dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seni dan budaya di Belanda. Hal ini tentunya untuk kemajuan kedua bangsa, Indonesia dan Belanda," tutur Barbara Brouwer.

Young Composers Meeting adalah kegiatan tahunan Orkest de Ereprijs, yang ditujukan untuk memberikan wadah bagi para komponis muda untuk menciptakan suatu gubahan musik kontemporer bagi suatu orchestra/ensemble. Tak hanya untuk mengembangkan bakat dan pengetahuan, event ini juga ditujukan untuk memperluas jejaring para komponis muda tersebut. 

Baca juga : Kehadiran Gojek Positif Bagi Dua Negara

Selama satu minggu, para peserta diberikan tambahan pengetahuan, pelatihan individu oleh komponis senior, serta latihan-latihan bersama. Program ini diikuti oleh para komponis muda Indonesia sejak tahun 2017. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.