Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Sikap politik Arab Saudi tidak berubah meskipun sejumlah negara sekutunya telah berdamai dengan Israel.
Saudi menegaskan mendukung rakyat Palestina serta menolak setiap ancaman terhadap kedaulatan dan integritas negara-negara Arab.
Hasil sidang kabinet yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud mengungkap, Kerajaan Saudi mendukung semua upaya merealisasikan kemerdekaan Palestina.
“Mendukung semua upaya bertujuan untuk mencapai solusi adil dan komprehensif untuk masalah Palestina. Sehingga memungkinkan rakyat Palestina mendirikan negara merdeka sesuai dengan perbatasan pada 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” demikian pernyataan cabinet Arab Saudi, seperti dikutip dari kantor berita SPA, kemarin.
Baca juga : Keponakan Prabowo Tidak Puas
Raja Salman memperingatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal kemerdekaan Palestina dalam pembicaraan telepon antara keduanya awal September.
Kala itu, Trump membujuknya melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Negara-negara Arab, sekutu dekat Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain telah menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel di Gedung Putih.
Disaksikan Presiden AS Donald Trump, Selasa (15/9). Raja Salman menegaskan, pihaknya bersedia menormalisasi hubungan dengan Israel asalkan ada kesepakatan agar negara Palestina merdeka.
Ini sesuai dengan usulan Kerajaan Saudi pada 2002. “Israel juga wajib menarik penuh pasukan dari wilayah yang direbut sejak perang Timur Tengah 1967 itu,” kata Raja Salman dikutip Reuters. Hari Kelam Sejarah Arab Perdana Me
Baca juga : Keponakan Prabowo Sakit Hati Tapi Sabar
nteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyebut kesepakatan yang dibuat Bahrain dan UEA adalah hari kelam dalam sejarah Arab. “Hari yang gelap,” katanya sebagaimana dikutip Reuters.
UEA membuka kerja sama penerbangan langsung dari Tel Aviv ke Dubai. Sedangkan Bahrain akan memulai kerja sama ekonomi dengan Israel.
Namun para pengamat menilai, kerja sama ini akan membuat posisi Palestina makin terjepit. Konflik Israel dan Palestina memang sudah terjadi sejak beberapa dekade.
Namun semakin meruncing pada 1947, saat PBB membagi wilayah itu menjadi tiga bagian, satu untuk Yahudi, satu untuk Arab, dan satu wilayah internasional Yerussalem.
Baca juga : Pegawainya Kena Corona, Suzuki Pangkas Produksi
Perang Arab-Israel pun terjadi. Lalu ada pula perang lainnya pada 1967. Saat itu, Israel mengalahkan Mesir, Suriah dan Yordania.
Akhirnya, Tepi Barat dan Yerusalem Timur jatuh ke tangan Israel. Hingga kini aneksasi masih terjadi di wilayah Tepi Barat. Wilayah lain Palestina yakni Gaza, juga diblokir aksesnya sebagai dampak konflik Israel dan Hamas, pemimpin politik wilayah itu. [DAY]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya