Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - China membuka babak baru dalam kampanyenya menekan Taiwan. Yang terbaru, China menuding Taiwan melakukan kegiatan mata-mata. Tudingan yang disampaikan melalui televisi itu mendapat kecaman Taiwan dan disebut hanya sebagai jebakan dan membuat orang takut berkunjung ke China.
Selama ini, China memandang Taiwan sebagai wilayah kedaulatannya. Belakangan, China meningkatkan kampanye untuk menegaskan klaimnya itu. Termasuk dengan mengirim jet tempur ke dekat pulau Taiwan.
Menyikapi hal ini, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, pihaknya tidak akan memprovokasi. Tapi dia menegaskan, negaranya pasti akan mempertahankan diri.
Baca juga : Petani Kamboja Tangkal Covid-19 Pakai Orang-orangan Sawah
Akhir pekan lalu, televisi pemerintah China menayangkan tayangan yang mereka sebut sebagai mata-mata Taiwan, yang ditahan setelah sebelumnya beroperasi di China. Disebutkan, mata-mata itu mengakui kejahatan mereka.
China mengklaim, di bawah kampanye Thunder 2020-nya, telah mengungkap ratusan kasus yang diatur oleh pasukan intelijen Taiwan. “Untuk menyusup dan merusak serta membentuk jaringan mata-mata,” sebut televisi Pemerintah China, seperti dikutip kantor berita Reuters.
The Global Times, sebuah tabloid berbahasa Mandarin yang dijalankan Partai Komunis mengatakan, penangkapan itu merupakan peringatan bagi separatis Taiwan.
Baca juga : TMC Riau Klaim Berhasil Kurangi Api Di Hutan
Tapi, Taiwan menyanggah dan menuding China telah melakukan penjebakan. Yakni dengan menempatkan orang di televisi untuk mengakui kejahatan sebelum diadili. Taiwan mengingatkan hal ini sebagai bentuk pelanggaran serius dalam proses hukum. Bahkan, kelompok hak asasi manusia di China pun yang telah lama mengkritik hal ini.
Berbicara kepada wartawan pada Selasa (13/10), Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan, China menyebarkan fitnah dan menciptakan teror. Ditanya tentang kegiatan mata-mata Taiwan di China, kedua belah pihak selama ini memang telah lama saling menuduh menjalankan jaringan spionase. “Tapi Taiwan tidak melakukan hal itu lagi dan tidak perlu melakukannya,” ujar Su.
Lebih lanjut, kata dia, China adalah negara otoriter, dan selalu melakukan infiltrasi dan kerusakan. “Mereka tidak tahu bahwa Taiwan sudah demokratis dan terbuka selama berabad-abad,” katanya. [PYB]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya