Dark/Light Mode

Di Balik Gerakan Boikot Produk Prancis Di Negara-Negara Muslim

Selasa, 27 Oktober 2020 21:33 WIB
Seorang pekerja ritel di Amman, Yordania, menutupi produk Prancis, sebagai protes terhadap kartun Nabi Muhammad yang dicetak ulang di Prancis. Di penutup tertulis, dalam bahasa Arab: Sebagai solidaritas kepada Nabi Muhammad SAW, semua produk Prancis telah diboikot. [Foto: Muhammad Hamed / Reuters]
Seorang pekerja ritel di Amman, Yordania, menutupi produk Prancis, sebagai protes terhadap kartun Nabi Muhammad yang dicetak ulang di Prancis. Di penutup tertulis, dalam bahasa Arab: Sebagai solidaritas kepada Nabi Muhammad SAW, semua produk Prancis telah diboikot. [Foto: Muhammad Hamed / Reuters]

 Sebelumnya 
Bulan lalu, sejumlah politisi dari Partai En Marche, yang mengusung Macron, menyebut warga yang mengenakan hijab akan susah beradaptasi dan menyatu dengan kehidupan sipil Prancis.

"Saya tidak terima kalau ada yang ikut dalam tim kerja kita di Dewan Nasional ternyata memakai hijab," ujar Anne-Christine Lang, yang kemudian walk out saat melihat ada perempuan mengenakan hijab hadir dalam kegiatan yang dia hadiri.

Baca juga : Sertifikasi Halal Bantu Produk RI Bersaing Di Tengah Pandemi

Dua tahun lalu, Macron juga pernah menyebut hijab "tidak sesuai dengan kehidupan bermasyarakat Prancis."

Semua hal ini membuat kesal negara-negara Islam. PM Pakistan Imrah Khan menyebut Macron sudah memupuk Islamophobia kepada rakyatnya. "Saat ini Presiden Macron harusnya memberi obor dan bukannya malah memupuk perpecahan dan pengucilan yang akan berujung pada radikalisasi," cuit PM Khan.

Baca juga : Bobby-Aulia Janji Kesehatan Gratis Buat Warga Miskin

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pun mengecam ucapan Macron dan menyebutnya telah menyerang umat Muslim. OKI terkejut pada pernyataan yang dipakai Macron karena hanya akan memupuk rasa benci. Dia menggunakan ini semua dinilai hanya demi kepentingan politik.

Kementerian Luar Negeri Kuwait turut pula mengkritik ucapan Macron dengan menyebut "Macron menggambarkan citra yang melenceng dari sebenarnya. Ini adalah penghinaan atas ajaran Islam dan melukai perasaan Muslim di seluruh dunia."

Baca juga : KBRI Beijing Gencar Promo Produk Pertanian, Durian Hingga Kopi Di Henan

Meski tidak mengecam Macron, Kementerian Luar Negeri Yordania mengecam penerbitan karikatur Nabi Muhammad "dengan alasan kebebasan berekspresi." "Kami menolak segala jenis diskriminasi dan upaya pembuatan citra melenceng yang membuat Islam dihubung-hubungkan dengan terorisme."

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu meminta para politisi Prancis untuk berhenti berpikiran fasis dan kolot. "Saat kebenaran ditunjukkan di hadapan mereka, negara rasis di Eropa bakal muncul dan mengompori Islamophobia dan rasa ketakutan atas etnis dan agama tertentu. Ini saatnya menghentikan kelakuan politisi kolot dan fasis di Eropa," ujar Cavusoglu dikutip kantor berita Al Jazeera. [Linah Alsaafin, Produser English Al Jazeera Online] (*) [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.