Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Biden Di Atas Angin

Trump Seperti Dewa Mabok

Jumat, 6 November 2020 06:18 WIB
Donald Trump (kiri) dan Joe Biden. (Foto: Istimewa)
Donald Trump (kiri) dan Joe Biden. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Joe Biden selangkah lagi menuju Gedung Putih. Sampai tadi malam, Capres Amerika Serikat dari Partai Demokrat ini sudah mengumpulkan 264 Electoral College (suara elektoral). Dia cuma butuh tambahan 6 Electoral College untuk menjadi Presiden AS, menggantikan Donald Trump. Trump pun frustrasi. Capres petahana asal Partai Republik itu menggunakan jurus "dewa mabok" untuk menjegal lawannya.

Sampai pukul 21.00 WIB tadi malam, proses penghitungan suara Pilpres AS masih berlangsung. Biden unggul meninggalkan jauh Trump. Biden sudah mengumpulkan 264 Electoral College. Sementara Trump, baru 214 Electoral College.

Tinggal 4 negara bagian yang belum mengumumkan hasil pilpres. Yaitu Carolina Utara (15 Electoral College), Georgia (16 Electoral College), Pennsylvania (20 Electoral College), dan Nevada (6 Electoral College). Total, masih ada 57 Electoral College yang masih diperebutkan. 

Baca juga : Ririn Dwi Ariyanti, Akur Dengan Aldi Demi Anak-anak?

Menurut Associated Press, Trump sementara ini memimpin di Carolina Utara, Georgia, dan Pennsylvania, dengan selisih tipis. Sedangkan Biden memimpin di Arizona dan Nevada. Jika, hasil tersebut tak berubah sampai akhir, hampir dipastikan Biden akan menggeser Trump dan menjadi Presiden ke-46 AS.

Kondisi ini bikin Trump kelabakan. Ibarat film kung fu, dia pun mengeluarkan jurus dewa mabok demi bisa menjegal Biden ke Gedung Putih. Misalnya, menuduh ada kecurangan dan pencurian suara tanpa bukti. Trump juga menuduh Partai Demokrat melakukan rekayasa perhitungan saat ia tertidur. Kata dia, semalam ia memimpin di negara bagian kunci dan di semua wilayah yang yang dikuasai Demokrat. Tapi, saat bangun, posisinya sudah berubah. “Sangat aneh,” kicaunya, di Twitter @realDonaldTrump.

Trump juga menggugat agar perhitungan suara di Pennsylvania, Nevada, dan Georgia dihentikan. Selisih hasil suara di tiga negara bagian itu memang sangat tipis. Ia juga menggugat hasil suara di Arizona, yang dimenangkan Biden.

Baca juga : NKRI Seperti Gadis Cantik

Selain itu, seperti dilaporkan CNN, Trump memarahi para gubernur negara bagian dari Partai Republik. Di antaranya, Gubernur Arizona Doug Ducey, Gubernur Georgia Brian Kemp, dan Gubernur Florida Ron DeSantis. Di beberapa negara bagian, gubernur punya kewenangan untuk memutuskan sengketa pemilu.

Para pendukung Trump sama frustrasinya. Di berbagai negara bagian, mereka turun ke jalan melayangkan protes. Di Michigan misalnya, pendukung Trump mendatangi tempat perhitungan suara untuk meminta proses perhitungan dihentikan. Aksi unjuk rasa di Manhattan, New York, lebih parah lagi. Aksi yang awalnya berjalan damai berakhir rusuh. Bentrokan pendemo dengan polisi pecah. Dalam aksi ini, Polisi menangkap 50 orang. Polisi juga menyita kembang api dan senjata tajam. 

Ini pemandangan yang langka. Sebab, jarang-jarang warga AS turun ke jalan untuk memprotes hasil Pilpres. Karena alasan itu, sejumlah pengamat politik menyebut, Pilpres AS kali ini yang paling banyak diikuti sekaligus paling membelah. 

Baca juga : Biden Vs Trump Debat Perdana 90 Menit

Menurut US Election Project, sekitar 70 persen warga AS menggunakan hak suaranya. Angka tertinggi dalam 120 tahun terakhir. Biden disebut mendapat dukungan dari 70,5 juta pemilih. Angka terbanyak dari yang pernah diraih kandidat presiden sepanjang sejarah AS. Bahkan mengalahkan perolehan suara Barack Obama. Adapun Trump, mendapat dukungan 67,2 juta pemilih. Empat juta lebih banyak dari yang diraihnya pada 2016.

Kepala Biro ABC di Washington DC, David Lipson, dalam cuitannya di @davidlipson menyebut, nuansa Pilpres AS sama panasnya saat Pilpres di Indonesia pada 2019. Cuitan itu langsung ditanggapi Ross Tapsell, dosen politik di Australian National University. Taspell menyebut bahwa situasi ini belum begitu mirip kecuali jika Trump diangkat menjadi Menteri Pertahanan oleh Biden. "Benar. Tapi itu bukan politik Indonesia yang sebenarnya kecuali Trump akhirnya menjadi Menteri Pertahanan Biden," cuitnya di @RossTapsell. [BCG]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.