Dark/Light Mode

Alasan Terjadinya Tragedi Christchurch

Sudah Berencana, Pelaku Penembakan Mau Lindungi Kulit Putih

Sabtu, 16 Maret 2019 18:10 WIB
Warga Christchurch berduka atas penembakan yang menewaskan umat Muslim. (Foto Michael Bradley/AFP)
Warga Christchurch berduka atas penembakan yang menewaskan umat Muslim. (Foto Michael Bradley/AFP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Brenton Tarrant (28) tersangka penembakan massal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, telah lama merencanakan aksinya itu. Sejak sekitar dua tahun lalu. Tapi memilih Christchurch baru dalam tiga bulan terakhir.

Diketahui, Tarrant merupakan warga Grafton, Australia. Bersama tiga orang lain, dia menembaki umat Islam yang tengah shalat Jumat (15/4). Tarrant tidak asal ketika melakukan penembakan. Melalui manifesto berjudul "The Great Replacement" yang dia buat, disebutkan jika Tarrant sudah merencakan aksi kejinya itu sejak lama.

Diberitakan Independent.ie,  "Aku memulai rencana serangan ini sejak dua tahun terakhir. Kemudian menetapkan lokasi di Christchurch dalam tiga bulan terakhir," katanya.

Baca juga : Menteri Singapura: Komen Senator Australia Memuakkan Dan Islamofobia

Dalam manifesto setebal 74 halaman itu, Tarrant memperkenalkan diri sebagai anti-imigran. Para korban disebutnya sebagai "sekelompok penjajah". Di manifesto tersebut, dia mengatakan ingin membebaskan tanah milik kaumnya dari "para penjajah", dan terinspirasi dari Anders Breivik.

Breivik merupakan seorang ekstremis sayap kanan yang menyerang kantor pemerintah di Oslo, Norwegia, pada 22 Juli 2011. Brevik meledakkan bom mobil di depan kantor pemerintah, dan melakukan penembakan di kamp musim panas sayap muda Partai Buruh di Pulau Utoya. Teroris yang kini berusia 40 tahun itu mengaku, dia membunuh para korban karena mereka mendukung budaya multikulturalisme.

Tarrant dalam manifesto mengutarakan: dia adalah pria kulit putih dengan orangtua yang merupakan keturunan Inggris, Skotlandia, dan Irlandia.

Baca juga : Hidup Nomaden, Pelaku Penembakan Diadili Di Selandia Baru

"Saya hanyalah pria kulit putih biasa, dari keluarga biasa saja, yang memutuskan untuk berdiri dan memastikan keberlangsungan kaum saya," katanya.

Dikutip Daily Mail, dia menyerukan kematian bagi sejumlah pemimpin dunia seperti Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dia mengaku mendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai simbol identitas kulit putih yang baru, serta keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Manajer gym di Grafton, Tracey Gray sebagaimana diwartakan ABC menuturkan, Tarrant bekerja sebagai personal trainer di tempatnya. Gray berkata Tarrant bekerja sebagai instruktur kebugaran selesai sekolah pada 2009 hingga 2011. Kemudian, dia memutuskan melanglang buana. Tarrant diketahui sudah melancong ke negara kawasan Asia Tenggara, timur Asia, hingga Eropa. Dia bahkan pernah singgah di Korea Utara (Korut).

Baca juga : Suasana Masih Tegang, Aparat Amankan Dua Masjid Selandia Baru

Sebelumnya, Tarrant menyerang  menyiarkan aksinya di Facebook. Selain di Masjid Al Noor, penembakan juga terjadi di Masjid Linwood yang berjarak sekitar lima km. Aksi brutalnya menewaskan hingga 49 orang.

Polisi Selandia Baru menyatakan mereka menangkap empat orang, terdiri dari tiga pria dan satu perempuan, beberapa jam setelah penembakan. Di mobil yang dinaiki oleh keempat terduga teroris tersebut, polisi berujar terdapat bom rakitan yang langsung dinetralkan militer. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.