Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Kelompok etnis di Myanmar yang selama ini berbeda pandangan bersatu melawan kudeta militer di Myanmar.
Saw Mutu Saypho, pemimpin dari kelompok etnis bersenjata, Persatuan Karen Nasional (KNU) meminta, kelompok lainnya menyingkirkan perbedaan dan menjadikan junta militer musuh bersama.
“Kita harus bekerja sama untuk bisa mengakhiri kediktatoran ini,” ujar Saypho, dikutip dari Channel News Asia, kemarin.
Baca juga : Komisi IV DPR Minta Anggaran Kementan Ditambah
Kepada internal kelompoknya sendiri, Saypho mengimbau, untuk tidak menerima tawaran apapun dari junta militer. Hal itu menyikapi kabar pemimpin militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, membagi-bagikan posisi di pemerintahan kepada pimpinan-pimpinan kelompok etnis demi mengamankan pengaruhnya.
Selain KNU, kelompok etnis yang juga menentang kudeta Myanmar adalah Pasukan Budha Karen Demokratik (DKBA). Pecahan dari KNU itu turut serta dalam unjuk rasa di Myanmar beberapa hari terakhir. Sambil membawa senapan, mereka ikut berhadapan dengan aparat yang mencoba memukul mundur pendemo.
Kelompok etnis yang bergabung melawan Junta Militer antara lain Pasukan Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), Dewan Restorasi Shan (RCSS), Tentara Arakan (AA), dan Pasukan Kemerdekaan Kachin (KIA).
Baca juga : Selandia Baru Ceraikan Junta Militer Myanmar
“Semoga kediktatoran militer di Myanmar jatuh,” ujar pemimpin TNLA di laman Facebook-nya, sambil memberikan salam tiga jari, salam dari film Hunger Games yang menjadi simbol pemberontakan terhadap junta militer.
Selama ini, kelompok-kelompok etnis di Myanmar terpecah. Ada yang di utara, selatan, maupun wilayah lainnya tersingkirkan oleh dominasi Buddhis Bamar yang menjadi mayoritas di Myanmar. Sebagai minoritas, kelompok-kelompok etnis merasa termarjinalkan dan ditekan.
Meski banyak dari mereka menganggap kepemimpinan Aung San Suu Kyi, sebelum dikudeta, gagal. Beberapa kelompok etnis juga ragu merapat ke kubu Min Aung Hlaing. Hal itu berkaitan dengan pembantaian kelompok minoritas Rohingya di Rakhine pada 2017. Hal itu dianggap menjadi preseden buruk soal kepemimpinan militer. [DAY]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya