Dark/Light Mode

Kemlu Dan Unsoed Gelar Debriefing Kepala Perwakilan RI

Senin, 1 Maret 2021 23:32 WIB
Duta Besar Budhy Santoso memaparkan pengalaman ketika bertugas di Panama City, di hadapan dosen dan mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman.
Duta Besar Budhy Santoso memaparkan pengalaman ketika bertugas di Panama City, di hadapan dosen dan mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman.

RM.id  Rakyat Merdeka - Dengan semangat “Duta Besar Berbagi ke Kampus”, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soerdirman (Unsoed), Purwokerto, menggelar Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI secara virtual.

Acara itu, pada 26 Februari lalu, menghadirkan Budhy Santoso (Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh RI untuk Panama merangkap Honduras, Kosta Rika, & Nikaragua periode 2016-2020) dan Amelia Achmad Yani (Duta Besar LBBP RI untuk Bosnia dan Herzegovina periode 2016-2020). Mereka berbagi pengalaman dan menyampaikan berbagai potensi kerja sama yang masih dapat digali Pemerintah Indonesia. Tak hanya itu, forum tersebut dapat menjembatani kerja sama antara Perguruan Tinggi dan para pelaku usaha dengan Perwakilan RI.

Acara Forum Debriefing Perwakilan RI bersama Universitas Jenderal Soedirman.

Forum dibuka Kepala Pusat Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan (P2K2) Amerika dan Eropa BPPK, Ben Perkasa Drajat, Rektor Unsoed Suwarto, dan Djarot Santoso, Dekan FISIP Unsoed. Acara diskusi dipandu Listyowati (Diplomat Ahli Madya, P3K2 Amerop BPPK), dengan Arif Darmawan(Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Unsoed) sebagai pembahas.

Dubes Budhy Santoso menyoroti geopolitik Panama sebagai salah satu Pelabuhan terbesar di Pacific Rim, dan didukung Terusan Panama yang merupakan penghubung jalur perdagangan dari Pasifik ke Atlantik. Ia juga membahas perdagangan ekonomi 2015-2020 mengalami trend positif di Nikaragua dan Honduras. Namun, dan trend negatif di Panama dan Kosta Rika.

"Namun kinerja diplomasi ekonomi KBRI Panama mengalami peningkatan khususnya pada saat dunia diterpa pandemi Covid-19," katanya. Selain itu, sambungya, kerja sama pendidikan, maritim, dan politik mengalami kemajuan yang positif terkait kunjungan Wakil Presiden merangkap Menteri Luar Negeri Panama, Isabel de Saint Malo de Alvarado ke Indonesia.

Baca juga : PBB Ungkap Kejahatan Israel Selama Dua Pekan Ini

"Kunjungan tersebut menandai babak baru hubungan diplomatik kedua negara sebagai kunjungan kerja pertama pejabat tinggi dari Panama ke Indonesia sejak pembukaan hubungan diplomatik 1979," imbuhnya.

Ia juga menekankan perlu aksi proaktif pemerintah daerah untuk menjajagi peluang ekonomi karena keempat negara akreditasi KBRI Panama City yaitu Panama, Honduras, Kosta Rika dan Nikaragua memiliki karakteristik masing-masing dan terdapat banyak peluang kerja sama yang dapat dilakukan secara Goverment-to-Government maupun Business-to-Business.

Sedangkan Dubes Amelia Achmad Yani bercerita, dirinya dan tim, intens melakukan diplomasi budaya. Sebab, masih banyak yang belum mengenal Indonesia saat awal ia datang ke sana. Salah satu kegiatannya adalah memperkenalkan nasi tumpeng dan filosofinya kepada publik Bosnia-Herzegovina. Hal lainnya, putri Jenderal A Yani itu juga memberikan gambaran yang komprehensif mengenai situasi sosial budaya serta pembangunan pasca perang yang terjadi di Bosnia-Herzegovina.

Amelia Achmad Yani memaparkan pengalamannya sebagai Duta Besar Indonesia untuk Bosnia-Herzegovina.

Ia menyoroti, ekspor Indonesia ke Bosnia-Herzegovina diarahkan pada usaha menengah dan kecil, produk kelapa sawit, produk kayu dan turunannya hingga produk industri besar seperti mesin dan elektronik.

"Perlunya meningkatkan kerja sama perdagangan dan joint production peralatan militer dari Bosnia-Herzegovina ke Indonesia yang telah memenuhi standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)," terangnya.

Baca juga : Kembangkan Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Perkuat Kolaborasi Kepala Daerah

Kemudian masuk ke pembahasan, Arif Darmawan menekankan geostrategis Panama di Kawasan Pasifik dan Atlantik. Ia menilai peluang kerja sama Indonesia dan Panama cukup besar, meskipun kinerja perdagangan mengalami penurunan. "Persamaan kekuatan kemaritiman, Indonesia dan Panama menjadi bagian dari negara-negara penting maritim dunia," katanya.

Terkait paparan Dubes Amelia, Arif menilai, karena faktor jarak, menurut Arif, people-to-people contact antara Indonesia dan Panama masih kurang. Padahal, P-to-P penting agar soft diplomacy berjalan efektif dan membuka ruang untuk kerja sama budaya hingga menciptakan dasar peningkatan kerja sama ekonomi.

Sebagai informasi, Bosnia-Herzegovina dan Indonesia memiliki ikatan historis yang kuat. Presiden Soeharto pernah berkunjung ke Sarajevo untuk mengakselerasi perdamaian di kawasan. Selain itu, Indonesia juga telah membangun sebuah masjid yakni Mesjid Istiqlal di Sarajevo yang merupakan salah satu soft diplomacy Indonesia di Bosnia-Herzegovina.

Menurut Arif, adanya reformasi pembelajaran dan Kampus Merdeka, potensi kerja sama pendidikan antara kedua negara sangat tinggi, dan perlu untuk segera ditindaklanjuti. Selanjutnya Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Multilateral BPPK, Rio Budhi Rahmanto berkesempatan memberikan paparan kajian Vegetable Oil dan kontribusinya terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) pada saat gencarnya misinformasi dan diskriminasi terhadap minyak nabati kelapa sawit di dunia, seperti di Uni Eropa, Pakistan dan Rusia.

"Indonesia gencar melakukan diplomasi minyak nabati dengan mengarusutamakan dan mengubah narasi kontribusi dan mendorong penerapan standar keberlanjutan minyak sawit dalam SDGs, serta terus berupaya untuk melakukan kajian positif minyak nabati demi mendukung proses diplomasi diseluruh tingkat kerjasama internasional," tuturnya.

Baca juga : Kasus Bansos, KPK Geledah Dua Kantor Perusahaan Swasta

Rio menutup paparannya dengan kesimpulan: semua minyak nabati berkontribusi dalam pencapaian SDGs, minyak sawit, kedelai dan minyak biji bunga matahari berkontribusi besar pada sejumlah indicator SDGs.

Di akhir acara, BPPK melakukan soft launching vegetable oil dashboard agar para stakeholders dapat melihat perkembangan kajian dan segala bentuk informasi yang telah diinput BPPK, menggunakan aplikasi Tableau.

Forum Debriefing diikuti setidaknya 549 peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Unsoed maupun perguruan tinggi lain, Pemerintah Daerah Purwokerto, perwakilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan media. Peserta terlihat sangat antusias dalam mengikuti jalannya forum. Acara ini bisa disaksikan di https://youtu.be/c1qmqneqEsw. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.