Dark/Light Mode

Netanyahu Ngaku Arab Saudi Mau Baikan Sama Israel

Senin, 22 Maret 2021 16:01 WIB
Presiden Donald J Trump, Menteri Luar Negeri Bahrain Dr. Abdullatif bin Rashid Al-Zayani, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed Al Nahyani menandatangani Abraham Accords Selasa, 15 September , 2020, di Halaman Selatan Gedung Putih. [Foto Resmi Gedung Putih/Shealah Craighead]
Presiden Donald J Trump, Menteri Luar Negeri Bahrain Dr. Abdullatif bin Rashid Al-Zayani, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed Al Nahyani menandatangani Abraham Accords Selasa, 15 September , 2020, di Halaman Selatan Gedung Putih. [Foto Resmi Gedung Putih/Shealah Craighead]

RM.id  Rakyat Merdeka - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus berupaya memenangkan Pemilu Israel Selasa (23/3) nanti. Termasuk, membocorkan adanya empat negara baru yang bersiap melakukan kesepakatan perdamaian dengan Israel. Yaitu Arab Saudi, Qatar, Oman dan Nigeria

Namun, klaim ini langsung disanggah Qatar, yang dikabarkan sebagai satu dari empat negara yang bakal melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

Diberitakan Bloomberg, Senin (22/3), Netanyahu berusaha mendapatkan dukungan tambahan dengan menggembar-gemborkan isu, bahwa pemerintahannya berhasil menggaet lebih banyak negara untuk memperbaiki hubungan diplomatik dengan Israel. Pekan lalu, Netanyahu menyebut pihak intelijennya mendapatkan informasi bahwa Qatar, Arab Saudi, Oman dan Nigeria merupakan empat negara yang akan menjalin hubungan baru dengan pihaknya.

Baca juga : Darah Muda Jadi Andalan Tim Oranje

Sayangnya, klaim sepihak ini langsung dibantah mentah-mentah oleh negara-negara bersangkutan. Menteri Urusan Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al Jubeir mengatakan normalisasi hubungan dengan Israel harus sesuai dengan penyelesaian konflik Palestina. Jika tidak, Riyadh tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Tel Aviv.

Perwakilan Kementerian Luar Negeri Qatar juga menegaskan hal yang sama, sebagai syarat perbaikan hubungan dengan Israel.

Upaya Netanyahu mencampur-adukkan isu diplomasi dengan politik, memicu tanggapan pedas dari Uni Emirat Arab. UEA adalah salah satu negara Arab pertama yang menjalin hubungan dengan Israel. Jumat (19/3/2021) pekan lalu, Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan marah, karena Netanyahu mengeksploitasi kesepakatan normalisasi UEA dengan Israel sebagai upaya mendongkrak popularitasnya jelang Pemilu.

Baca juga : Bamsoet Bakal Jadi Saksi Nikah Atta-Aurel

Putra mahkota yang populer dipanggil MBZ ini mengaku tidak senang, karena Netanyahu mengklaim bahwa MBZ telah meyakinkan Israel untuk melakukan investasi langsung dalam jumlah miliaran dolar untuk UEA, sebagai mahar normalisasi hubungan.

Dikutip kantor berita Turki Anadolu, Jumat (19/3), UEA mengaku kecewa dengan sikap Netanyahu. Karena itu, UEA telah menangguhkan pertemuan puncak dengan Israel dan sejumlah negara Arab hingga pemilu Israel selesai. "UEA tidak akan menjadi bagian dari pemilihan internal di Israel, sekarang atau selamanya," tegas mantan Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash.

Gargash mengatakan, dari perspektif UEA, tujuan Abrahamic Accords adalah untuk memberikan landasan strategis yang kuat guna mendorong perdamaian dan kemakmuran dengan Israel dan di wilayah yang lebih luas. Gargash menegaskan, kesepakatan normalisasi hubungan UEA dengan Israel bukan untuk ikut campur dalam pemilihan umum.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.