Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ngaji Rumi: Catatan Ringan Atas Buku Karya Afifah Ahmad

Selasa, 13 April 2021 12:51 WIB
Ngaji Rumi: Catatan Ringan Atas Buku Karya Afifah Ahmad

 Sebelumnya 
Usai haji, mereka tidak kembali ke Balkh, melainkan melewati Damaskus, lalu ke Anatolia dan kota-kota lain di Turki, sampai akhirnya menetap di Konya. Sekadar info, masa perpindahan ini memakan waktu empat tahun (1218-1228 M).

Di Konya, ayah Rumi mendirikan pusat pendidikan agama dan Rumi juga belajar dari ayahnya. Setelah ayahnya meninggal, Rumi belajar agama selama sembilan tahun dari ulama lainnya, lalu lanjut belajar agama lagi beberapa tahun di Aleppo dan Damaskus. Ya Allah, ini dua kota yang terasa sangat “dekat” dengan saya, karena selama 10 tahun terakhir saya banyak sekali menulis soal konflik Suriah.

Baca juga : Kubu AHY Nilai Marzuki Alie Cs Cabut Gugatan Karena Takut Kalah

Lanjutan biografi Rumi, silakan Anda baca sendiri di bukunya. Yang baru buat saya, ternyata Rumi itu penyair yang awalnya belajar agama dulu bertahun-tahun. Pantesan syair-syair Rumi (sependek pengetahuan saya, maklum cuma modal Google) kadang seolah parafrase dari ayat Quran atau hadis Nabi. Di buku Afifah juga ada sub-bab “Sastra Qur’ani dalam Syair-Syair Matsnawi.”

Buku ini terdiri dari enam bab: Konsep Cinta dan Manusia; Perempuan dan Kesetaraan; Etika Sosial, Toleransi dan Perdamaian; Beribadah dengan Bahagia; Rumi dan Karya-Karya yang Membersamainya; dan Album Puisi Rumi. Afifah dengan kalimat-kalimat yang mudah dipahami, menceritakan syair-syair Rumi yang diterjemahkannya langsung dari bahasa Persia, memberitahukan maknanya (dengan ber-sanad pada buku-buku terkemuka soal Rumi), kemudian menunjukkan relevansinya pada berbagai fenomena aktual. Prolog yang indah ditulis oleh Buya KH Husein Muhammad dan epilognya ditulis oleh Prof. Esfandiar, yang sudah 25 tahun mengampu kelas sorogan Matsnavi-e Maknavi di Tehran, dan diikuti oleh Afifah selama enam tahunan.

Baca juga : Marzuki Cs Cabut Gugatan, Kubu AHY : Baguslah, Akhirnya Mereka Sadar

Saya akhiri catatan singkat ini dengan mengutip syair Rumi (lagi-lagi dengan cara acak tadi, sambil memikirkan sebuah kegalauan, hahaha): Wahai Hud-hud, bicaralah kepada aneka burung dengan bahasa mereka masing-masing, agar pesanmu tersampaikan dengan baik.

Masya Allah. Sumber kegalauan saya memang soal “bicara.” Saya sedang memulai sebuah podcast di Youtube, “Serial Kajian Timur Tengah.” Ternyata, bikin podcast itu tak mudah Ferguso, karena saya lebih suka menulis daripada bicara.

Baca juga : Anwar Ibrahim: Kumandangkan Lagi Pemahaman Karya Buya Hamka

Selamat atas buku indah ini, Afifah!

[Oleh: Dr Dina Y Sulaeman, Direktur Indonesia Center for Middle East Studies (ICMES)]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.