Dark/Light Mode

Laporan Dari Program Jenesys, Jepang (1)

Warga Jakarta Tinggalkan Kendaraan Pribadi, Kenapa Tidak?

Jumat, 30 November 2018 13:24 WIB
Pemandangan jalur kereta di Stasiun Tokyo, yang merupakan urat nadi kehidupan di berbagai kota di Jepang. (Foto: Bambang Trismawan/Rakyat Merdeka)
Pemandangan jalur kereta di Stasiun Tokyo, yang merupakan urat nadi kehidupan di berbagai kota di Jepang. (Foto: Bambang Trismawan/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Transportasi umum adalah cermin budaya bangsa. Asumsi itu memang tak salah. Di banyak negara maju, termasuk Jepang, transportasi umum selalu menjadi pilihan utama bagi warganya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Dengan banyak pilihan dan terintegrasi hampir ke semua tempat di dalam satu kota, kita bisa pergi ke mana saja dengan moda transportasi, yang ekonomis, bersih, nyaman, dan tepat waktu. Bisa naik subway alias kereta bawah tanah, Japan Rail (JR) Pass, ataupun kereta super cepat. Naik bus pun tak kalah nyaman. Tak heran jika kendaraan pribadi kurang "laku" di sana.

Kondisi ini tentu saja berbanding terbalik dengan di Indonesia. Masyarakat Tanah Air, terutama Jakarta, lebih memilih naik kendaraan pribadi (termasuk motor, red) untuk mobilitas sehari-hari. Alasannya cukup masuk akal: transportasi umum belum layak, nyaman, dan kurang menjamin ketepatan waktu. Dalam hal ini, pemerintah sudah berupaya melakukan pembenahan.

Moda Raya Transportasi alias MRT akan segera beroperasi di Jakarta pada Maret 2019. Menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, tahap pembangunannya sudah mencapai 97 persen. Namun, PR Anies masih panjang. Setelah beroperasi nanti,  Anies harus berpikir keras untuk meningkatkan preferensi masyarakat terhadap transportasi umum. Bagaimana agar pengguna kendaraan pribadi, mau beralih ke kendaraan umum semisal MRT, LRT, KRL commuter line, ataupun busway.

Baca juga : 18 Siswa SMP Indonesia Latihan Di Akademi Juventus Italia

Untuk yang satu ini, wartawan Harian Rakyat Merdeka Bambang Trismawan yang berkesempatan mengikuti Program Jenesys  - program pertukaran pemahaman politik, ekonomi dan sosial budaya yang diselenggarakan oleh Japan International Cooperation Center (JICE), Lembaga dari Kementerian Luar Negeri Jepang - akan membagikan kisahnya dalam perjalanan di negeri Sakura pada 27 November - 3 Desember mendatang. Barangkali, hal ini bisa dijadikan pijakan bagi pemerintah, dalam mengambil keputusan terkait transportasi umum.

Dalam salah satu sesinya, Program Jenesys memberikan pemahaman bagi para peserta yang berasal dari Indonesia dan Filipina. Tentang pembangunan kereta api perkotaan di Jepang. Peneliti Sistem Transportasi dari Fakultas Sains dan Teknologi di Nihon University Profesor Fukuda Atsushi menyampaikan keyakinannya, bahwa membangun kereta (KRL, MRT dan LRT) adalah kunci mengatasi kemacetan jalanan di Ibukota. Hanya saja, harus diikuti dengan rencana-rencana lain seperti membatasi lahan parkir, mengontrol penumpang kendaraan pribadi, dan menyediakan akses dari dan ke stasiun-stasiun kereta.

Wartawan Rakyat Merdeka Bambang Trismawan (kedua kanan, belakang) berfoto bersama Peneliti Sistem Transportasi dari Fakultas Sains dan Teknologi di Nihon University Profesor Fukuda Atsushi (jas hitam berdasi) an peserta Program Jenesys. (Foto: Bambang Trismawan/Rakyat Merdeka)

"Artinya, koordinasi antara perencanaan tata kota sangat diperlukan," kata Atsushi. Atsushi yakin, kelak Jakarta juga bisa seperti Tokyo. Warga Jakarta akan lebih memilih transportasi umum, ketimbang kendaraan pribadi. "Kebiasaan itu akan berubah dalam waktu yang lama. Saat saya muda dulu, hampir setiap mahasiswa memimpikan punya mobil. Sekarang, hampir semua mahasiswa saya tidak pernah bicara mobil. Mereka lebih memilih iPhone. Saat ini, mereka menggunakan sistem car-sharing member. Mereka berpikir, hanya perlu membayar saat mereka ingin menggunakan mobil," jelas Atsushi.

Baca juga : Bicara Sodomi, Najib Ngeledek Anwar

Ia menambahkan, ada tiga kunci keberhasilan transportasi umum atau kereta. Pertama adalah kemudahan informasi. Dalam hal ini, penumpang harus mudah mengakses informasi mengenai berbagai hal terkait transportasi seperti rute, tarif, jadwal pemberangkatan, dan sebagainya. Kedua, mobilitas dan konektivitas. Atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Tidak terjebak macet , dan mudah berpindah dengan moda transportasi lain. Ketiga adalah pelayanan penyedia. 

Menurut Atsushi, Jepang juga pernah mengalami masa-masa sulit saat membangun tranportasi publik. Tahun 1930, moda tranpostasi jenis trem meningkat tajam.  Kepemilikan mobil juga meningkat. Akhirnya, jalanan padat. Sering terjadi insiden trem menabrak mobil. Setelah perang dunia kedua, Jepang juga mengalami masa sulit. Banyak kota hancur karena serangan udara.  Tahun 1960-an begitu juga. Terjadi penumpukan penumpang di stasiun kereta, karena meningkatnya populasi. Tapi, Jepang cepat bangkit.

Pemerintah Jepang membuat berbagai kebijakan, yang mendukung penggunaan transportasi umum. Semisal menerapkan permukiman berbasis transportasi, dan memberi subsidi kepada sekitar 18 persen sektor swasta yang mau membangun transportasi publik semacam subway.   Sehingga, pihak swasta mau berpartisipasi dalam membangun dan mengelola kereta. "Saat ini, ada sekitar 200 perusahaan swasta yang mengelola kereta termasuk commuter, monorail dan subway. Di Tokyo, ada 40 perusahaan swasta yang mengelola kereta," ujar Atsushi.

Baca juga : Ibu Nyetir Saat Anak Duduk Di Atap Mobil

Kesimpulannya, kita jangan mudah menyerah. Upaya pemerintah membangun infrastruktur transportasi, harus kita dukung dengan kesadaran penuh menggunakan alternatif transportasi umum yang disediakan. Karena dengan menggunakan kendaraan umum, Anda tak hanya sedang "menyehatkan" diri sendiri, tetapi juga lingkungan hidup. Setidaknya, kita membantu mengurangi angka polusi udara, yang kian hari kian tinggi. Kalau kita mau, tak ada yang tidak mungkin. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.