Dark/Light Mode

Darurat, UNICEF Desak Pemimpin G7 Untuk Segera Berbagi Vaksin

Senin, 17 Mei 2021 14:18 WIB
Vaksin AstraZeneca untuk Indonesia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (Foto: Biro Pers Setpres)
Vaksin AstraZeneca untuk Indonesia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (Foto: Biro Pers Setpres)

RM.id  Rakyat Merdeka - Organisasi PBB yang memberikan bantuan kemanusiaan, dan perkembangan kesejahteraan jangka panjang kepada anak-anak dan ibunya di negara-negara berkembang (UNICEF) meminta negara-negara G7 untuk menyumbang vaksin Covid dalam skema COVAX.

Melalui skema COVAX, negara-negara miskin dan berkembang diharapkan dapat mengakses vaksin Covid untuk bersama-sama mengakhiri pandemi Corona.

Ini merupakan langkah darurat yang penting dilakukan, untuk mengantisipasi kelangkaan vaksin akibat gangguan ekspor vaksin India.

Saat ini, India memang menyetop ekspor vaksin AstraZeneca buatan Serum Institute untuk sementara, karena saat ini negara tersebut tengah berjuang keras menjinakkan gelombang 2 Covid. Padahal sebelumnya, India telah berkomitmen untuk menyumbangkan vaksin tersebut melalui fasilitas COVAX.

Baca juga : Gelar Seminar Khusus, UNJ Beri Kontribusi Pemikiran Untuk Peta Jalan Pendidikan

Persoalan gangguan ekspor vaksin India ini, diharapkan bisa tuntas pada akhir Juni mendatang.

UNICEF, yang bertugas memasok vaksin Covid melalui COVAX, memprediksi akan terjadi kekurangan pasokan sebanyak 140 juta dosis pada akhir Mei, dan sekitar 190 juta pada akhir Juni.

"Berbagi kelebihan vaksin dengan segera adalah langkah penting dan darurat, yang sangat diperlukan saat ini," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore, seperti dikutip Reuters, Senin (17/5).

"Ini dapat membantu mencegah negara-negara yang rentan menjadi hotspot global berikutnya," imbuhnya.

Baca juga : MPR Dukung Pemerintah Bentuk Roadmap IHT Berkeadilan

Peringatan ini disampaikan UNICEF, jelang pertemuan para pemimpin G7 di Inggris bulan depan.

Pekan lalu, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, kesulitan yang dihadapi negara miskin dalam mengakses vaksin Covid adalah bentuk bencana moral dari ketidakadilan vaksin. 

WHO menganjurkan negara maju untuk menyumbangkan stok vaksinnya ke negara miskin dan berkembang, ketimbang menggunakannya untuk anak-anak yang kurang rentan terhadap risiko Covid,

Mengutip penelitian terbaru dari perusahaan informasi dan analisis ilmiah Airfinity, Fore mengatakan, dengan hanya berbagi 20 persen dari stok vaksin yang dimiliki selama Juni, Juli dan Agustus, negara-negara G7 dapat menyumbangkan sekitar 153 juta dosis vaksin.

Baca juga : Ramadan, FIFGroup Fest Berikan Promo Spesial Untuk Warga Yogyakarta

"Donasi ini tetap bisa dilakukan, di tengah upaya negara-negara tersebut memvaksin penduduknya sendiri," ujar Fore.

Sejauh ini, fasilitas COVAX yang memberikan akses kesetaraan vaksin, dijalankan oleh WHO bersama aliansi vaksin GAVI, sangat bergantung pada pasokan vaksin AstraZeneca. Produsen vaksin asal Inggris itu optimis bisa memasok 2 miliar dosis vaksin, pada tahun ini. [HES] 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.