Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Jumlah Kasus Baru Di Indonesia Turun Terus, Menkes Baru Malaysia Ditantang Politisi DAP

Minggu, 5 September 2021 15:22 WIB
Politisi PAD Lim Kit Siang (kiri) dan Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin (Foto: MalaysiaKini/Bernama)
Politisi PAD Lim Kit Siang (kiri) dan Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin (Foto: MalaysiaKini/Bernama)

RM.id  Rakyat Merdeka - Politisi Malaysia yang juga Ketua Umum Partai Aksi Demokrat (DAP) Lim Kit Siang kembali mengingatkan Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin, penanganan Covid-19 tak bisa hanya mengandalkan vaksinasi.

Anggota Parlemen dari Iskandar Puteri itu lantas membandingkan kesuksesan Indonesia dalam menekan jumlah kasus harian.

Lim mengatakan, meski memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih banyak, Indonesia mampu meredam laju infeksi lebih cepat dibanding Malaysia.

Saat ini, Malaysia yang menempati peringkat tiga negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara, membukukan rata-rata 20 ribu kasus harian selama lebih dari 4 minggu.

"Bisakah menteri kesehatan yang baru, Khairy Jamaluddin menjelaskan, mengapa Indonesia mampu mengurangi jumlah kasus baru dalam 16 hari berturut-turut. Jumlah kasus di Indonesia kini lebih rendah dari Malaysia. Di saat Indonesia mencatat 8.955 kasus baru pada Kamis (2/9), Malaysia justru 20.988 ," kata Lim.

“Ini bukan mencari-cari kesalahan. Faktanya, kita memang harus mencari cara untuk meningkatkan penanganan pandemi Covid-19. Agar kita bisa menang," imbuhnya.

Baca juga : Kasus Covid-19 Turun, Menkes Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada

Berikut perbandingan jumlah kasus baru Indonesia dan Malaysia, dalam 14 hari terakhir sebagaimana dikutip dari situs resmi kedua negara:

Indonesia

22 Agustus: 12.408, 23 Agustus: 9.604, 24 Agustus: 19.106, 25 Agustus: 18.671, 26 Agustus 2021: 16.899, 27 Agustus: 12.618, 28 Agustus: 10.050, 29 Agustus: 7.427, 30 Agustus: 5.436, 31 Agustus: 10.534, 1 September: 10.337, 2 September: 8.955, 3 September: 7.797, 4 September: 6.727

Malaysia

22 Agustus 2021: 19.807, 23 Agustus: 17.672, 24 Agustus: 20.837, 25 Agustus, 22.642, 26 Agustus: 24.599, 27 Agustus: 22.070, 28 Agustus: 22.597, 29 Agustus: 20.579, 30 Agustus: 19.268, 31 Agustus: 20.897, 1 September: 18.762, 2 September: 20.988, 3 September: 10.378, 4 September: 19.057 

Lim menyebut, saat ini, Malaysia adalah salah satu negara yang memiliki respon Covid terburuk di dunia.

Baca juga : Dukung Kesuksesan PTM Terbatas, Vaksinasi Guru Harus Diprioritaskan

Berdasarkan laporan Our World in Data per 1 September, jumlah kasus baru di Malaysia per satu juta penduduk telah mencapai 572,43. Jauh lebih tinggi dibanding Indonesia yang mencatat angka 37,40, Filipina 126,95 dan Myanmar 61,27.

Malaysia juga menduduki puncak angka kematian Covid-19 di Asia Tenggara dengan angka 8,48 per sejuta orang. Vietnam berada di urutan kedua dengan 8,19. Beda jauh dengan angka kematian harian per satu juta orang di Indonesia, yang hanya 2,36.

"Dengan laju infeksi dan kematian saat ini, kami akan mencapai angka 1,8 juta untuk total kumulatif kasus Covid-19,” kata Lim.

"Sepertinya, kami juga akan menembus angka 2 juta untuk total kumulatif kasus Covid-19, dan memecahkan angka 20 ribu angka kematian akibat Covid-19 l, saat kami merayakan Hari Malaysia ke-58 pada 16 September 2021,” tambahnya.

Dengan situasi saat ini, Malaysia berpotensi menyalip 2: Irak dan Belanda, untuk menduduki peringkat ke-21 di antara negara-negara dengan total kasus positif terbanyak. Bergabung dengan 20 negara lain, yang membukukan lebih dari 2 juta kasus Covid-19.

Kritik terhadap penanganan Covid-19 pun terus bermunculan. Terlebih, dalam 2 bulan terakhir, Otoritas Kesehatan Masyarakat terus melaporkan 5 digit kasus harian dalam 2 bulan terakhir.

Baca juga : Menuju Indonesia Tumbuh, Ini 5 Program Prioritas PUPR

Sebelumnya, Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah pernah menjanjikan, kasus akan stabil pada pertengahan Agustus.

Namun faktanya, tak ada langkah pemerintah yang mampu secara signifikan mengurangi jumlah kasus, termasuk lockdown.

Noor Hisham bahkan telah menolak seruan untuk mengundurkan diri.

Lim mengaku, telah lama meminta pemerintah untuk menjauhkan diri dari kepercayaan buta terhadap lockdown. Serta membuka aktivitas bisnis, dengan tujuan hidup bersama Covid. Saat ini, pembatasan yang ditargetkan dipilih menjadi langkah dalam penanganan Covid. 

“Ini adalah keburukan yang harus kita atasi. Ini adalah angka yang tak terbayangkan bagi Malaysia, ketika pandemi Covid-19 dimulai 20 bulan lalu,” tandas Lim. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.