Dark/Light Mode

Warga Afghanistan Pakai Bitcoin Atasi Masalah Keuangan

Senin, 11 Oktober 2021 13:46 WIB
Perempuan Afghanistan melek digital dan mata uang kripto. (Foto Twitter/Somaya Faruqi)
Perempuan Afghanistan melek digital dan mata uang kripto. (Foto Twitter/Somaya Faruqi)

 Sebelumnya 
Kebangkitan Penganut Kripto

Di negara seperti Afghanistan, negara yang mayoritas penduduknya tak memiliki rekening bank serta bank-bank tutup dalam waktu yang panjang dan mata uang lokal terpuruk, penganut kripto mulai bangkit. Ada Farhan Hotak (22). Ia membantu keluarganya mengungsi dari provinsi di selatan, Zabul, ke Pakistan. 

Menurut Hotak, ia memakai kripto sejak 2019. Ketika dia mulai mendengar tentang keuntungan besar yang bisa didapat dari bitcoin. Saat kotanya dikunci akibat wabah Covid-19 tahun lalu, ia menghabiskan sebagian besar waktunya di internet dan mulai berinvestasi.

Baca juga : Yusril: Yang Aneh Itu, Kalau DPP Partai Bikin Anggaran Dasar Perubahan

Awalnya, dia hanya mencari keuntungan cepat dari jual-beli, lalu mulai jadi pengikut pengguna kripto lain dan berinvestasi di koin-koin baru seperti Matic, XRP and xHunter. Kini, ia ingin membuka pelatihan kripto bagi orang lain.

"Ini pilihan yang bagus bagi saya dan orang lain seperti saya. Dengan kursus akan membuat mereka memahaminya dengan lebih baik sehingga bisa membantu mereka. Saya akan berbicara soal kripto di setiap provinsi yang saya kunjungi," tuturnya.

China Melarang

Baca juga : 2 Juta Vaksinasi Kelar Bulan Ini...

Meski punya beragam keuntungan, banyak negara masih mengkhawatirkan keamanannya. China pada September lalu melarang semua aktivitas yang berkaitan dengan mata uang kripto. Para peneliti di Universitas Teknologi Sydney, Australia, menemukan bahwa hampir separuh transaksi bitcoin pada 2009-2017 terkait dengan jual-beli barang dan jasa ilegal.

Namun, sebuah laporan dari perusahaan riset Chainanalysis menunjukkan, porsi kejahatan dari semua aktivitas kripto tahun lalu turun 0,34 persen dari 2,1 persen pada 2019. Bagi Mahboob dan murid-muridnya, juga pengguna lain yang kebanyakan anak muda di Afghanistan, mata uang kripto telah menjadi penyelamat.

"Sekarang saya berpikir -kenapa kita tidak mengajarkan kripto secara lebih agresif, sehingga lebih banyak orang Afghanistan punya dompet kripto dan mampu mengakses uang mereka," kata Mahboob, yang dinobatkan majalah Time sebagai satu dari 100 tokoh berpengaruh pada 2013.

Baca juga : Menpora Yakin Papua Bakal Jadi Provinsi Olahraga Di Indonesia

"Pelaku perdagangan manusia dan penculik selalu punya cara untuk menyiasati sistem, namun kekuatan kripto lebih besar. Terutama bagi kaum wanita dan mereka yang tak punya rekening bank. Kripto sangat menguntungkan dan memberdayakan," tandasnya, dilansir new.trust.org dari Thomson Reuters Foundation/Rina Chandran. [MEL

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.