Dark/Light Mode

Arsitek Perang Irak Meninggal Kena Corona

Colin Powell Banjir Pujian Dan Makian

Rabu, 20 Oktober 2021 06:30 WIB
Mantan Menlu AS Colin Powell. (Foto: AFP).
Mantan Menlu AS Colin Powell. (Foto: AFP).

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) kulit hitam pertama Amerika Serikat (AS) Colin Powell meninggal, Senin (18/10), pada usia 84 tahun setelah terinfeksi Covid-19.

Meninggalnya Powell meninggalkan banyak memori untuk warga irak baik yang mendukung maupun yang men­cibirnya. Powell merupakan pencetus perang Irak. Bahkan, akibat perang Irak pada 2003, hingga kini negeri itu masih bergulat dengan bencana pendudu­kan dan pemberontakan. Konflik itu diakui Powell sebagai noda warisannya.

Bagi banyak orang, Powell adalah wajah invasi AS yang menyebabkan sekitar 200.000 kematian, melepaskan hampir dua dekade kekacauan domestik, dan memicu gejolak di seluruh wilayah.

Di kota Mosul di Irak utara, yang menanggung beban pem­berontakan oleh kelompok ISIS (Negara Islam), Powell yang merupakan jenderal pur­nawirawan itu dianggap kasar dan seringkali tak kenal ampun. Demikian dikutip dari laman The Guardian, Selasa (19/10).

Baca juga : PKS Bikin Lomba Rawi Simtudurror Dan Maulidan

“Amerika Serikat membuat Irak lebih buruk karena mereka menghancurkan seluruh negara, dan mereka adalah alasan orang-orang dari luar Irak datang untuk menguasai Irak,” kata Khaled Jamal, penduduk kota itu.

“Dia memperkenalkan keka­cauan ke Irak,” katanya tentang Colin Powell yang pidatonya di Majelis Umum PBB memaparkan kasus perang AS yang cacat.

Warga Mosul lainnya, Suha Mutlak memberikan penilaian suram terhadap pidato Powell di PBB.

“Dia adalah alasan sepupu saya dibunuh dan keluarga saya harus tinggal di kamp selama tiga tahun,” katanya.

Baca juga : Jepang Mau Kembangkan Teknologi Hutan Berkelanjutan Di Indonesia

“Kemenangan macam apa ini? Bukan untuk mereka dan bukan untuk kita,” kecamnya.

Di selatan Irak, invasi AS yang menggulingkan Saddam Hussein, tetapi meninggalkan pembantaian di belakangnya yang sebagian besar dilihat seba­gai bencana bagi negara itu.

Di ibukota, Baghdad, pan­dangan tentang invasi dan peran Powell lebih beragam.

“Kami lebih bebas. Dan kami bisa bepergian dan mencari nafkah,” kata Ayad Abdul Rah­man, seorang pengusaha lokal dari distrik Adhamiyah.

Baca juga : Menpora Pantau Penerapan Prokes Sepakbola Wanita Di Merauke

“Tapi butuh begitu banyak rasa sakit untuk sampai ke sini; apakah itu benar-benar sepadan dengan penderitaannya? Lebih dari ratu­san ribu warga Irak tewas. Jutaan lagi tersisa. Ada baiknya dia me­renungkan apa yang dia lakukan sebelum dia meninggal.”

Seorang pria mewakili ke­marahan Irak terhadap mantan bos Powell, Presiden George W Bush, menyampaikan pandangannya.

“Saya sedih dengan kematian Colin Powell tanpa diadili atas ke­jahatannya di Irak,” kata Muntader al-Zaidi, yang pada 2008 melem­parkan sepatunya ke Bush pada konferensi pers di Baghdad.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.