Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
RM.id Rakyat Merdeka - Krisis ekonomi sebagai akibat penyebaran virus Covid-19 membuat sejumlah penduduk di negara-negara miskin, termasuk sejumlah negara muslim di dalamnya, mengadu nasib ke luar negeri.
Motivasi mereka selain untuk mencari pekerjaan yang lebih layak, juga mereka merasa lebih save berada di negara-negara maju.
Baca juga : Mendefinisikan Islam Secara Benar (2)
Sebetulnya, jauh sebelum Covid-19 ini, berkembang pola migrasi umat Islam dalam dua dekade terakhir memang sudah banyak meninggalkan negerinya karena kekacauan akibat perang saudara. Sebutlah misalnya Suriah, Libia, Palestina, Iraq, Afghanistan, China, Myanmar, dll.
Eksodus umat Islam besar-besaran ke negara-negara non-muslim tentu saja menimbulkan kerumitan ketatanegaraan tersendiri. Oliver Roy melihat adanya fenomena “State without nation and Brothers without state”, yaitu adanya semacam negara tanpa bangsa dan persaudaraan tanpa negara”.
Baca juga : Mendefinisikan Islam Secara Benar (1)
Mungkin juga bisa dikatakan ada fenomena kebangsaan tanpa negara (nations without state), karena kenyataannya komunitas muslim yang eksodus ke negara-negara non-muslim dengan berbagai alasan dan kepentingan, memang menciptakan melting pot tersendiri di dalam negara tujuan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.