Dark/Light Mode

Dilema Perempuan Karier (3)

Beban Ganda (1)

Kamis, 17 Februari 2022 07:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebagai akibat dari dikotomi itu, maka muncul konsep beban ganda (double burden) bagi perempuan. Dari satu segi dituntut untuk mengurus secara langsung urusan kerumahtanggaan, tetapi di segi lain ditantang untuk memerankan beberapa peran tertentu yang masuk di wilayah publik.

Aktifnya perempuan di dunia publik didorong oleh berbagai alasan, antara lain untuk menghilangkan ketergantungan kepada suami di samping meringankan beban ekonomi keluarga.

Baca juga : Tantangan Konseptual (3)

Adanya syarat terselubung untuk menempuh jenjang karier bagi perempuan agaknya bukan lagi rahasia. Promosi karier perempuan diminta kemampuan ekstra di atas rata-rata laki-laki. Hal itu tidak terlepas dari stigma yang melekat pada diri perempuan. Stigma itu antara lain hambatan reproduksi, hambatan body, hambatan kodrat, hambatan etika, dan lain sebagainya.

Di sejumlah perusahaan swasta besar, PNS, dunia LSM, dan beberapa institusi bisnis lainnya, sudah memberikan peluang lebih terbuka kepada karyawati atau staf perempuan untuk meniti karier bersaing secara obyektif bersama laki-laki. Stigma kultural tidak lagi dominan menjadi acuan di dalam promosi karier, tetapi sudah mengacu kepada factor meritokrasi, yang berdasarkan skil dan profesionalisme.

Baca juga : Tantangan Konseptual (2)

Pertimbangan jenis kelamin memang sering menjadi faktor di dalam promosi karier. Sebagai contoh, mungkin karena lingkungan pacu secara turun temuran di lingkungan PNS, seringkali ditemukan karyawan atau staf PNS perempuan menampilkan diri sebagai sosok yang tidak bisa diperhitungkan. Misalnya, kelonggaran bagi PNS perempuan untuk meninggalkan tugas dengan alasan anak-anak atau suami yang sakit dan urusan-urusan keluarga lainnya. Ini belum termasuk cuti menstruasi, melahirkan dan menyusui bayinya. Sifat-sifat yang kurang pada diri PNS perempuan seolah-olah juga begitu mudah mendapatkan pengertian.

Untuk memberdayakan perempuan tentu bukan dengan cara memberikan kedisiplinan yang sama dengan laki-laki, tetapi perlu ada pendekatan-pendekatan secara proporsional. Melakukan pendekatan dan kriteria penilaian yang sama antara laki-laki dan perempuan, sudah barangtentu akan merugikan perempuan itu sendiri. [Bersambung]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.