Dark/Light Mode

Trend Islam di AS (63)

Kepribadian Ganda Migran Muslim Di AS: Pengalaman Komunitas Indonesia (2)

Rabu, 26 Juni 2019 10:01 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagi mereka yang tidak memiliki dasar keagamaan yang kuat, apalagi berdomisili di tempat yang tidak ada komunitas Islam, mereka inilah yang mengalami banyak masalah. Mereka ingin menyelenggarakan rangkaian ibadah tetapi mereka tidak terlalu faham dan tidak ada komunitas muslim lain selain keluarganya di daerah itu. 

Ada juga komunitas muslim kita di suatu tempat terpaksa harus bermakmun dan berguru kepada komunitas Islam lain yang berasal dari negara-negara Islam lain seperti dari Timur-Tengah. Terkadang mereka merasa teralienasi kalau ketemu dengan warga Indonesia lain atau kembali ke tanah air, karena praktek keagamaan yang dilakukan selama ini relatif berbeda dengan mainstream muslim tanah air. 

Persoalan rumit yang sering dihadapi warga kita di sana adalah masalah perkawinan lintas agama. Jika anak kita seorang laki-laki yang akan kawin dengan perempuan non Islam, misalnya dengan agama Kristen Protestan yang mayoritas di AS, atau Katolik yang mayoritas di Eropa, mungkin tidak terlalu berat karena ada pendapat ulama yang membolehkannya. Yang jadi masalah jika anak-anak perempuan kita yang beragama Islam akan kawin dengan laki-laki non muslim yang sepakat para ulama tidak membolehkannya. 

Baca juga : Kepribadian Ganda Migran Muslim Di AS : Pengalaman Komunitas Indonesia (1)

Banyak komunitas migrant muslimah terpaksa menjalin perkawinan dengan laki-laki non muslim, karena laki-laki muslim jumlahnya terbatas dan mereka pun lebih banyak memilih kawin dengan perempuan non muslim. Problem seperti ini tidak sedikit melahirkan keretakan keluarga karena kedua orang tuanya tidak merestui perkawinan anak perempuannya yang berlainan agama. 

Namun demikian ada di antara mereka pada akhirnya menerima kembali anak-anaknya karena tidak tega membiarkan anaknya membentuk keluarga di luar bimbingan orang tuanya. Yang perlu diperhatikan bagi umat Islam yang akan berimigrasi ke negara-negara lain, apakah itu untuk tujuan studi atau bekerja, maka yang bersangkutan harus mempersiapkan mental dan pemahaman keagamaan yang cukup. 

Karena jika tidak maka di sana atau sekembalinya dari sana berpotensi menimbulkan masalah. Contoh masalahnya antara lain, suatu ketika pemerintah pernah mengutus siswa-siswa terbaik bangsa belajar ke barat. Mungkin karena wawasan keindonesiaan dan keislamannya lemah, begitu selesai menjalani pendidikan dengan nilai kelulusan terbaik (cum laude), maka ada di antara mereka tidak bekerja menurut job spesialisasinya tetapi malah berhenti menjadi PNS kemudian berkeliling bersama jamaat tertentu ke daerah-daerah menjalankan misi dakwah dari mesjid ke mesjid. 

Baca juga : AS Dan Muslim Stateless

Mungkin ketika di sana keliru memilih guru, karena di sana memang hidup berbagai aliran, mulai yang paling keras sampai paling longgar. Apa yang dilakukannya mungkin tidak salah, apa lagi itu pilihannya sendiri, namun sedikit disayangkan karena dana pendidikan yang digunakan untuk menjadi doktor berasal dari uang rakyat, dan terlalu mahal untuk seorang muballig di daerah-daerah. 

Fenomena migrant muslim di dunia barat telah dikaji oleh beberapa peneliti, sperti Prof Y.Y. Haddad, Jane I. Smith, dan John L. Esposito dalam “Religion and Immigration, Christian, Jewish, and Muslim Experiences in the US”, Murad Wilfried Hofmann dalam “Religion on the Rise, Islam in the Third Millennium”, dan yang paling terakhir Oliver Roy dalam “Globalised Islam, The Search for a New Ummah”. 

Karya-karya tersebut di atas memberikan informasi yang amat penting bagi dunia akademisi dan pemerintah, karena prilaku sehari-hari migrant muslim di lihat dalam berbagai perspektif. Oliver Roy misalnya, mengungkapkan bahwa migrasi besar-besaran mirip eksodus umat Islam ke dunia barat, khususnya ke AS dan Eropa, cepat atau lambat akan melahirkan peta hegemoni social-politik baru di kawasan tersebut. ***
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.