Dark/Light Mode

Trend Islam di AS (56)

Fenomena Mark A.Gabril

Rabu, 19 Juni 2019 10:47 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Tentu saja ada sekelompok orang yang tidak senang melihat Islam berkembang di AS. Mereka selalu mem-blow-up setiap kasus yang menjelekkan Islam, termasuk dalam tahun 2000-an karya-karya Murtad Ibn Warraq (nama samaran) yang pindah ke agama Kristen (atau ateis?) memublikasikan banyak buku yang menohok keaslian Kitab Suci Al-Qur’an. 

Akan tetapi provokasinya menjadi absurd setelah karya-karya kemukjizatan Al-Qur’an bermunculan di AS yang ditulis oleh orang-orang Barat sendiri yang tadinya non-muslim menjadi muslim. Banyak orang yang tadinya membenci Islam dan menyerang kitab suci Al-Qur’an kemudian berubah pikiran. 

Di antaranya ialah Garry Wills, mantan pendukung berat Presiden Donald Trump, menulis sebuah buku yang mengejutkan dan kini menjadi penyandang The New York Times Bestselling. Buku itu ialah What the Qur’an Meant and It Matters. Tadinya begitu negative pandangannya terhadap Al-Qur’an, tetapi setelah membaca secara keseluruhan Al-Qur’an maka lahirlah buku ini yang begitu kuat simpatinya terhadap kandungan isi Al-Qur’an. 

Baca juga : Mengapa Abrahamic Religions di AS Kompak?

Jika Allah Swt akan memberi hidayah kepada hamba-Nya maka sekeras apapun anti keislaman Umar ibn Khattab, yang pernah berencana membunuh Nabi Muhammad Saw tiba-tiba menjadi pembela setia ajaran Islam. Sebaliknya jika Allah Swt membutakan hati seseorang, sekalipun dari TK sampai DR dan Gurubesar di Universitas Al-Azhar tetap saja tergelincir, seperti yang menimpa Mark A.Gabriel, yang sekarang menjadi fenomenal di AS. 

Ia lahir sebagai muslim dari keluarga fanatik, mengecap pendidikannya sejak taman kanak-kanak sampai ke jenjang S3 Fakultas Adab di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ia sempat menjadi profesor Sejarah Peradaban Islam di Universitas terkemuka ini. Ia termasuk pemikir muda yang moderat.
 
Suatu saat ia diculik kelompok garis keras dan ditahan di tahanan bawah tanah di Mesir. Ia disiksa dengan berbagai macam siksaan, termasuk kukunya dicopot satu persatu. Ia dianggap sebagai kelompok liberal dan antek Barat. 

Suatu ketika ia berhasil lolos di malam hari dan kembali ke rumahnya. Bukannya mendapat sambutan dari ayahnya, ia pun didamprat oleh ayahnya dan diusir karena pikirannya dianggap terlalu ”maju”. Ibunya memberi kunci mobil dengan uang seadanya agar lari sejauh-jauhnya. Ia pun menancap gas tanpa tujuan dan tidak terasa memasuki jalur lintas Afrika. 

Baca juga : Produk Halal Dan Kosher Di AS

Terakhir ia terdampar di salahsatu kota di Afrika Selatan. Di sana, ia berkenalan dengan seorang pendeta Kristen dan di sana ia memutuskan untuk pindah. Entah bagaimana caranya akhirnya ia sampai ke AS dan di sana ada sekelompok orang memberi peluang untuk menulis dan berbicara di berbagai forum, meskipun kalangan intelektual AS tidak langsung merespon positif mental-kepribadian orang seperti Max Gabrill, karena masih sangat labil. 

Ia menulis buku yang pernah menjadi The Best seller di AS dengan judul: ”Islam and Terrorism” diterbitkan oleh Charisma House A Srang Company (2002). Kesimpulan dalam buku itu ialah Islam berada di balik terorisme, bukan orang Islam. Teroris muslim hanyalah korban dari agamanya yang menganjurkan terorisme. 

Di antara pokok-pokok pikiran Mark dalam buku ini antara lain: Surat al-Qital (Muhammad) sebagai Legitimator Perang. Surah ini seperti genderang perang untuk kaum kafir. Ia juga menilai Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad untuk lebih memprioritaskan membunuh musuh ketimbang menjadikannya tawanan perang. 

Baca juga : US Public Diplomacy: Buka Bersama Di White House

Hal demikian tersebut dalam Q.S. al-Anfal [8]: 67. Ia tidak mau tahu kalau ayat-ayat itu memiliki sabab nuzul tersendiri. Pandangan Mark ini sangat berlebihan karena doktrin jihad dalam al-Qur’an tidak pernah bersifat pre emptive, mendahului dalam memerangi. Fakta sejarah membuktikan bahwa masyarakat Islam di Madinah tetap bersahabat dengan pemeluk agama lain dari kalangan Yahudi dan Kristen. 

Sungguh tidak berdasar jika menyebut al-Qur’an memusuhi ahl al-kitab. Bukankah al-Qur’an juga menceritakan bahwa di antara ahl al-kitab tersebut terdapat orang yang dapat diamanati harta yang banyak, akan menjaga keutuhannya hingga dikembalikan kepada pemiliknya (Q.S. Ali ’Imran [3]: 75). Konon Mark Gabrill saat ini sedang bingung dengan keputusannya sendiri dan banyak menutup diri. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.