Dark/Light Mode

Trend Islam di AS (57)

Fenomena Ibn Warraq Dan Fred Donner

Kamis, 20 Juni 2019 10:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Ibn Warraq adalah sebuah nama yang pernah menjadi fenomenal di dunia Barat, karena tadinya seorang muslim dan lahir di lingkungan keluarga yang taat beragama Islam, tiba-tiba murtad dan menjadi pengritik Islam yang amat pedas. 

Ia lahir di Rajkot, India, kemudian pindah dan melanjutkan studinya di Inggris, tepatnya di University of Edinburgh, dalam jurusan Filsafat dan Bahasa Arab dengan konsentrasi Islamic Studies di bawah bimbingan W. Montgomery Watt. 

Ia seorang yang amat kritis terhadap Al-Qur’an. Beberapa bukunya sangat gencar mengkritisi apa yang sering disebut orang Islam sebagai orisinalitas Al-Qur’an. Ia mencoba meyakinkan pembaca bahwa Al-Qur’an itu tidak bisa disebut kitab suci orisinal karena masih banyak ia temukan riwayat kontroversi. Bahkan ia secara demonstrative menyerang Al- Qur’an. 

Baca juga : Fenomena Mark A.Gabril

Ibn Warraq sangat produktif menulis buku dan menyelenggarakan seminar lalu makalah-makalah hasil seminarnya dibukukan. Di antara buku-bukunya ialah: Why I Am Not a Muslim (1995), Leaving Islam: Apostates Speak Out, edited by Ibn Warraq, (2003), What the Koran Really Says: Language, Text, and Commentary, ed & Trans (2002), Quest for the Historical Muhammad, ed & Trans (2000), The Origins of The Koran: Classic Essays on Islam’s Holy Book, ed, (1998), Defending the West: ACritique of Edward Said’s Orientalism (2007), Which Koran?: Variants, Manuscripts, and the Influence of Pre-Islamic Poetry (2007), dll. 

Buku Mark tersebut di atas oleh para pengamat buku dinilai lebih merupakan biografi orang sakit hati ketimbang sebagai buku akademik. Dalam pengamatan Mark, al-Qur’an berisikan sejumlah ayat yang kontradiktif satu sama lain. Ia mencontohkan dengan ayat-ayat yang memuji umat Kristiani, sedangkan di ayat yang lain mengidentikkannya dengan penghuni neraka. Atau sesekali menekankan keharmonisan hubungan dengan umat Kristiani, dan di lain ayat menekankan bahwa mereka mesti di-konversi (masuk) Islam. 

Semula Ibn Warraq memang menampilkan fenomena baru di kalangan ilmuan Islam di Barat, tetapi belakangan orang mulai sadar, terutama dengan nuansa emosional dan dendam pribadi yang terasa di dalam buku-bukunya membuat banyak orang kehilangan simpati terhadapnya. Apalagi ia samasekali tidak menemukan sedikitpun kebaikan yang terkandung di dalam ajaran Islam. Buku-buku Ibn Warraq lebih merupakan biografi orang sakit hati ketimbang sebagai buku akademik. 

Baca juga : Mengapa Abrahamic Religions di AS Kompak?

Bagi masyarakat AS umumnya tidak gampang terprovokasi oleh buku-buku atau karya-karya kontroversi seperti karya-karya Ibn Warraq. Adalah Fred Donner, seorang Professor di Near Eastern Studies, AS, memberikan komentar terhadap karya-karya Ibn Warraq sebagai karya yang tidak konsisten di dalam menganalisis Bahasa Arab (inconsistent handling of Arabic materials), dan tidak mempunyai argumentasi yang orisinal. 

Apa yang sering dikemukakan tentang Al-Qur’an sesungguhnya repetisi yang pernah dilontarkan ilmuan Barat lainnya, seperti Goldziher. Donner mengkritisi karya-karya Ibn Warraq, tidak bisa menyembunyikan unsur popularitas atau apa yang disebut Donner dengan “heavy-handed favoritism”. Ibn Warraq dinilai oleh Donner sebagai “… is not scholarship, but anti-Islamic polemic”. 

Banyak lagi ilmuan lain yang mungkin juga non muslim tetapi tetap respek dan menghormati kitab suci Al-Qur’an sebagaimana halnya kitab-kitab suci lainnya. Tidak bisa mengukur Al-Qur’an sepenuhnya compatible dengan perkembangan masyarakat modern tetapi setidaknya Al-Qur’an saat ini sedang digandrungi oleh dunia Barat, khususnya oleh kalangan schollars. ***
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.