Dark/Light Mode

Trend Islam di AS (53)

US Public Diplomacy: Buka Bersama Di White House

Minggu, 16 Juni 2019 09:59 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dekade terakhir kita sering menyaksikan Presiden AS mengundang tokoh-tokoh muslim atau imam berbuka bersama di Istana Kepresidenan AS, Gedung Putih, atau yang lebih populer dengan White House.

Beberapa kali pernah dilakukan Presiden George Bust, Obama, dan bulan Ramadhan lalu Presiden Donald Trump juga melakukan hal yang sama. Dalam acara buka bersama ini, Presiden juga mengundang tokoh-tokoh agama lain untuk meramaikan acara buka bersama ini.

Apa maksud pemerintah AS melakukan acara keagamaan Islam di Gedung Putih? Tentu kita masing-masing bisa memiliki interpretasi. Yang pasti bahwa buka puasa di Gedung Putih (White Hose Ramadhan Dinner), bagian dari upaya positif AS untuk merangkul seluruh warganya, termasuk warga muslim, jumlahnya semakin hari semakin bertambah.

Baca juga : 5 Mitos Tentang Muslim Amerika

Acara ini juga sekaligus digunakan untuk mengakrabkan antara sesama tokoh-tokoh antar umat beragama dan tokoh agama dengan pemerintah. Hal ini mengingatkan kita dengan trilogi kerukunan di Indonesia, yaitu kerukunan internal umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.

Kerukunan internal umat beragama di AS sangat kondusif. Meskipun di sana banyak Syi’ah dan Sunny serta Ahmadiyah, tetapi tetap rukun satu sama lain. Bahkan di beberapa negara bagian ada istilah Islam Susyi, yakni Islam Sunny dan Syi’ah. Mereka bisa menggunakan masjid yang sama dan sama-sama menjalankan keyakinan agamanya masing-masing menurut mazhab yang dianutnya, tanpa ada permasalahan.

Demikian pula dengan agama-agama lain, denominasi dalam satu agama tidak menimbulkan persoalan. Dari segi ini negara-negara muslim perlu belajar di AS. Dalam acara buka puasa bersama itu tentu saja disuguhkan makanan halal, karena acara itu diperuntukkan kepada komunitas muslim.

Baca juga : Imam Sebagai Mediator Umat

Waktu makan malamnya pun mengikuti waktu magrib, pertanda bolehnya seorang shaimin membuka puasa. Siapapun yang datang dalam acara itu tidak disuguhi makanan dan minuman sebelum waktu azan magrib. Otomatis di Gedung Putih pun sudah disiapkan ruang khusus untuk shalat dan salah seorang di antara umat Islam melantunkan azan.

Pemandanhan yang indah di Gedung Putih ini semakin menambah indahnya Gedung Putih. Meskipun AS bukan negara Islam, dan umat Islam minoritas di AS, tetapi komunitas muslim bisa mendengarkan suara azan dan bersujud di hadapan kebesaran Allah di Gedung Putih.

Sebetulnya Presiden ketiga AS, Thomas Jefferson (1743-1826), pernah melakukan hal yang sama, yaitu ketika ia mengundang negara-negara sahabatnya dari Afrika yang tentunya banyak di antaranya beragama Islam, menunda makan malamnya di Gedung Putih, sampai jam menunjukkan waktu buka puasa bagi umat Islam.

Baca juga : Peran Imam di AS

Thomas Jefferson ini juga pernah diisukan sebagai seorang muslim, sebagaimana dikatakan oleh seorang penulis AS, Michael Rieger, yang mengatakan bukanlah hanya Obama orang pertama yang dituduh sebagai Muslim saat mencalonkan presiden, 200 tahun sebelumnya juga pernah terjadi pada Thomas Jefferson.

Ia sudah memiliki sebuah Al-Qur’an yang dibelinya di sebuah toko buku saat ia masih menjadi mahasiswa di Williamsburg, Virginia. Ia secara pribadi memiliki sejumlah sahabat intelektual dari warga muslim. Salahsatu di antaranya yang tercatat dalam sejarah ialah Duta Besar Tunisia dan Duta Besar Tripoli, Sidi Haji Abdul Rahman Adj. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.