Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tinjauan Haji Dalam Berbagai Dimensi Spiritual (8):

Egaliterianisme Ka`bah

Kamis, 14 Juli 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dihadapan Ka’bah, kita semua merasakan seperti satu keluarga besar. Semuanya merasa kembali ke kampung halaman rohani masing-masing. Di sana tidak ada lagi kotak etnik, gender, umur, kewarganegaraan, pimpinan-bawahan, jenderal-prajurit, tuan/nyonya-majikan, Arab-non Arab, Timur-Barat, hitam-putih, pendosa-ahli ibadah, dan lain-lain.

Di halaman Ka’bah, tidak ada lagi atribut sosial, politik, kelas, intelektual, dan jenis kelamin. Bahkan tidak ada lagi atribut spiritual-psikologis. Semuanya merasa sama sebagai “Keluarga Allah”, umat Nabi Muhammad, dan tidak ada lagi atribut “orang lain”. Persis sama yang dikatakan Nabi: “Bagaikan satu anggota badan, jika satu bagian sakit maka yang lain ikut sakit”.

Baca juga : Makna Spiritual Ka`bah (2)

Diharapkan dengan penunaian haji dan atau umrah kita sudah menyimpan memori simbolik berupa suasana batin, yaitu bagaimana rasanya kita hadir dan tersungkur di Baitullah, di depan Ka’bah, seolah-olah kita berada di sebuah alam yang amat lain dengan alam syahadah yang selama ini menyelimuti diri kita.

Sungguh pun di sana kita berdesak-desakan karena begitu padatnya umat Islam, tetapi pada saat yang bersamaan kita juga merasakan kelapangan dada untuk mengerti sekaligus memaafkan semuanya, sungguh pun ada di antara mereka yang betul-betul menyenggol dan menyakiti badan, tetapi terasa tidak ada dendam dan amarah.

Baca juga : Makna Spiritual Ka`bah (1)

Ini menggambarkan, saat orang sedang ber-tawajjuh dengan Tuhannya, semuanya terasa lapang dan tidak ada ganjalan dan sumbatan. Karena itu, sebelum kita menuju ke hadapan Baitullah terlebih dahulu kita menanggalkan simbol-simbol keduniaan dan alam syahadah kita berupa pakaian dan atribut sosial-budaya kita.

Yang tersisa hanya uniform ihram yang melekat di badan berupa kain putih polos. Ini juga melambangkan bahwa siapapun yang ingin mencapai puncak tawajjuh, ia juga harus menanggalkan atribut keduniawian yang menghijab dirinya selama ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.